Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.“BAGI KAMI kemiskinan bukan cerita, ia adalah lantai tanah yang dingin. Nasi yang dibagi lima, dan seragam sekolah yang diwariskan dari satu tubuh mungil ke tubuh mungil berikutnya”, ia membuka pembicaraannya, saat aku tawarkan dia untuk duduk bersama sarapan bubur ayam. Pagi itu, Darmin sedang mengamen membawakan tembang-tembang Dewa dan Padi. Aku tertarik sama vokal dan ...
Read More »Lifestyle
Sama-sama Kantuk
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.HUJAN TAK menunjukkan akan menurunkan intensitasnya. Suman baru saja menutup gerai martabaknya yang ke-11, gerai ini baru dibuka sebulan lalu. Malam ini tak tampak bulan. Akhirnya Suman memutuskan untuk pulang naik motor vespa kuno kesayangannya menerjang hujan. Walau terbilang sukses, Suman tetap saja senang mengendarai ‘si Gembul’ nama vespa antiknya. Dia ingin segera sampai di rumah, ...
Read More »Fenomena Sekar
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.ANAK PEREMPUAN itu mendekat pelan-pelan. Dia pikir mereka sakit. Tapi kenapa tak ada luka, tak ada darah, tak ada batuk. Hanya mata mereka merah seperti habis diterpa hujan. “Kenapa emak menangis?” tanya Sekar. Tapi jawaban tak datang, hanya isakkan yang terputus. Lalu ia pun ikut menangis. Bukan kerana lututnya tergores, bukan kerana mainannya rusak. Tapi kerana ...
Read More »Tayangan Dungu Berjemaah
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.SEPULUH TAHUN terakhir ini kita disajikan dagelan berupa tayangan diskusi politik secara live di beberapa stasiun tv. Bagi pemirsa yang menginginkan tontonan yang edukatif, cerdas dan bermanfaat, siap-siap saja untuk kecewa. Sebagai institusi bisnis, produser pasti menginginkan banyak viewer dari acara tersebut, bukan bermutu tidaknya program tersebut. Jangan heran jika di antara pembicara harus ada tokoh ...
Read More »Sibuk dengan Lukisannya
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.DI SEKITAR KITA, ada beberapa manusia yang melukis wajah kita dari cerita-cerita manusia lain yang samar, lalu mereka mengolok-olok lukisannya sendiri seolah-olah itu adalah diri kita. Mereka gelisah ketika kita mulai punya batas, mereka cemas saat kita tak lagi bisa dimanipulasi, dan mereka marah bukan kerana kita berubah, tapi kerana mereka kehilangan kendali atas versi diri ...
Read More »Bincang-bincang di Mataram
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.SIANG INI aku mendarat di bandara Praya Lombok International di Lombok Tengah. Rencana mau langsung ke Mataram, di Bandara aku dijemput sama anak muda energik asli Lombok, kenalan lamaku, guru honorer di sekolah agama. Sebut saja namanya, Dedi. Mengajar adalah hobbynya, disamping sebagai guru honorer, kesehariannya Dedi mengasuh pesantren kecil peninggalan almarhum ayahnya. Kami berpelukan hangat, ...
Read More »Ayu dengan Mas Suman
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.PEREMPUAN itu sedang menikmati sepinya suasana pegunungan. Sudah dua hari dia menginap di vila mungil di kawasan Sentalun, Lombok. Kemarin dia menikmatinya indahnya gunung, sekarang dia menikmati indahnya gunung, dan berharap sampai senja nanti masih menikmatinya. Dia sedang menghabiskan segmen terakhir dari novelnya yang sudah 6 bulan tak selesai-selesai. Berharap di kesunyian ini, ia dapat merampungkannya. ...
Read More »Kiat Kafe E-Pos
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.SAHABATKU sedang di persimpangan jalan. Usaha resto dan kafe yang dia rintis selama 3 tahun masih terasa jalan di tempat, padahal lokasinya strategis. Sudah 4 kali dia mengganti konsep, menu dan style restonya; mulai dari kedai kopi biasa, jualan makanan Timur Tengah, lalu roti dan pasta, sekarang di modifikasi dengan menambah kuliner gerobak menjual ayam goreng ...
Read More »Diajari Untuk Dilupakan
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.DALAM SEBUAH wawancara imajiner, seorang pemuda bertanya kepada Karl Marx, “Kalau kamu hidup di Indonesia hari ini, apa yang akan Anda lakukan pertama kali?” Tuan Marx menjawab, “Aku akan berjalan ke pasar. Duduk di angkot. Masuk ke pabrik. Lalu membaca harga sebuah buku di toko kecil yang sepi”. “Kenapa toko buku?” “Kerana di sanalah aku bisa ...
Read More »Blues For Emak
Oleh : Davy ByancaSahabat sufiku.DENGARLAH KAWAN, hujan itu adalah puisi yang dilantunkan langit dengan kidung hening, gugur satu persatu dalam lirih. Menyulam tanah dengan bening lalu angin mengantarkan rindu. Di antara gerimis yang jatuh syahdu, pada dedaunan yang menari pelan, seorang pemuda tertunduk lesu memegang pusara di pemakaman yang sepi.TANGANNYA GEMETAR, dadanya sesak dan pikirannya melayang. Pesan-pesan Ibu yang dulu ...
Read More »
Thayyibah