Breaking News
Untuk melengkapi sedekah paksa, Yusuf Mansur kerap membumbui ceramahnya dengan kisah-kisah fiktif. Banyak korban sedekah paksa Yusuf Manur yang terangku, dalam buku-buku ini. (Foto : Istimewa)

Kisah Sedekah Paksa oleh Yusuf Mansur

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

Untuk melengkapi sedekah paksa, Yusuf Mansur kerap membumbui ceramahnya dengan kisah-kisah fiktif. Banyak korban sedekah paksa Yusuf Manur yang terangku, dalam buku-buku ini. (Foto : Istimewa)

Kejadiannya beberapa tahun lalu, ketika suatu hari Yusuf Mansur berceramah pada karyawan kantor di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Pesertanya puluhan jumlahnya. Waktu itu, dengan percaya diri Yusuf Mansur berbicara tentang sedekah. Hadirin pun termanggut-manggut ketika si penceramah berbicara tentang ajaibnya sedekah.

Sedekah itu, menurut Yusuf Mansur, bisa menyembuhkan penyakit, bisa membuat hati tentram, keluarga bahagia, dan ini yang paling menarik: bisa melipatgandakan rezeki. Semua itu, atas izin Allah (bukan atas izin Yusuf Mansur), bisa saja terjadi. Seakan tersihir oleh ceramahnya, semakin banyak jamaah yang tertarik untuk menyimak secara khusyu’ apa yang diomongkan oleh Yusuf Mansur. Yusuf Mansur pun antusias menyampaikan testimoni para pelaku sedekah.

Di tengah-tengah ketertarikan jamaah mendengar tentang keajaiban sedekah itulah Yusuf Mansur mengakhiri ceramahnya. Lalu dengan sigap ia mengajak jamaah untuk praktik sedekah. Caranya, keluarkan saja apa yang ada di dompet dan apa yang nempel di badan. Di dompet ada uang, di badan ada alroji, gelang, cincin, dan sebagainya. Seakan tersihir, mereka mulai mengeluarkan dompet, menguras isinya, dan melepas apa saja yang nempel.

Di tengah kesibukan para jamaah menguras isi dompet dan perhiasan, tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Kalau begini jadinya, kita bisa pulang jalan kaki.” Barulah beberapa orang tersadarkan, lalu mereka buru-buru mengambil isi dompet yang sudah keluar tadi, juga tidak jadi melepas perhiasannya. Melihat sebagian jamaah tidak jadi menguras isi dompet dan perhiasannya, yang lain pun seakan tersadar, lalu melakukan hal yang sama.

Kini, uang dan perhiasan sudah terkumpul. Lalu dikemanakan hasilnya? Yusuf Mansur siap menerima sedekah tersebut atas nama Daarul Qur’an (Daqu). Tetapi, ada peserta yang mengusulkan, kalau hasil sedekah dibagi dua: separuh untuk Yusuf Mansur, separuh diberikan ke yayasan pendidikan diluar Daqu. Yusuf Mansur, kali ini, tidak bisa berkutik karena itu adalah keputusan pihak penyelenggara.

 

(Cerita-cerita fiktif, kisah-kisah sedekah paksa dan siasat-siasat bisnis Yusuf Mansur bisa didapat dari buku-buku ini dengan  mendownload gratis di https://bahasbisnis.com/2020/06/10/buku-yusuf-mansur-dan-siasatnya-dowload-gratis/)

 

Kisah sedekah paksa ini juga terjadi di berbagai daerah dan forum. Pada awal tahun 2013, ketika Yusuf Mansur sedang gencar-gencarnya memasarkan saham hotel Siti dan Condotel Moya Vidi,ia berceramah di sebuah gedung di Surabaya. Seusai ceramah, Yusuf langsung meminta jamaah untuk mengeluarkan isi dompet dan perhiasannya. Seakan terhipnotis, mereka ramai-ramai menguras isi dompet dan melepas perhiasannya. Tetapi, ada saja yang tersadarkan secara tiba-tiba, lalu mengambil lagi perhiasan yang sudah dilemparkan ke tempat “penampungan” barang. Salah satunya adalah mereka yang kini sedang menggugat Yusuf secara perdata di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten.

Ketika   pada bulan Maret 2014 Yusuf Mansur bersama rombongan datang ke Hong Kong, ia memasarkan hotel Siti, Condotel Moya Vidi, Veritra Sentosa Internasional (VSI, cikal bakal PayTren), Tabung Tanah, dan sebagainya. Yang disasar adalah para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), khususnya kaum perempuan yang bekerja di Hong Kong, untuk berinvestasi.

Bukan hanya investasi di dunia, tetapi, mereka yang sudah jadi investor di hotel Siti, Condotel Moya Vidi, dan VSI, Tabung Tanah, juga diminta sedekah setiap bulan untuk Daqu. Besarannya Rp 300 ribu setiap bulan. Ada iming-imingnya, akan diberi kemudahan jika mau memasukkan anak atau keponakannya ke Daqu, sebagai santri. “Semuanya gratis,” katanya. Ternyata, ketika mereka sudah pada pulang ke tanah air, lalu akan memasukkan anak-anaknya atau keponakannya ke pesantren Daqu, ternyata tidak ada yang gratis. Semuanya berbayar,dan mahal lagi.

Tentu saja mereka kecewa berat. Hotel Siti, Condotel Moya Vidi, Tabung Tanah, dan VSI, semuanya bermasalah. Hotel Siti misalnya, setelah berjalan, ternyata tidak ada pembagian hasil sebagaimana yang dijanjikan. Condotel Moya Vidi dan Tabung Tanah tidak ada realisasinya, sedangkan VSI, begitu mereka sampai ke Indonesia, sudah tidak bisa lagi diakses, uang pun tak kembali. Padahal, untuk VSI saja, sebagai contoh, para TKI bisa investasi dengan nilai puluhan juta rupiah. Ketika investasi-investasi yang bermasalah tersebut disoal dan diminta kembali uangnya oleh investor, jalan berliku ditempuh, uang pun tidak kembali.

Atas semua kejadian tersebut diatas, kita mengetuk kesadaran Yusuf Mansur, agar menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut, supaya tidak sampai dikejar-kejar orang sampai di akhirat kelak. Wallahu A’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur