Breaking News

Asli Tapi Bo’ong

Oleh : Davy Byanca

Sahabat sufiku.

MENGAPA banyak orang yang suka dengan kepalsuan? Sebagian wanita mereparasi tubuh dan mukanya dengan berbagai operasi plastik demi memperoleh kecantikan guna memikat pria kaya. Ada juga wanita dan pria yang mengkoleksi  tas, arloji dan sepatu KW (kata lain dari palsu) saat tampil di depan publik, tujuannya agar memperoleh status sosial tertentu di masyarakat. Ada pria yang sibuk mempertahankan ‘keaslian’ ijazahnya demi mempertaruhkan reputasi dan ‘kehormatannya’ dengan menggunakan berbagai jurus, walau satu persatu kedok kepalsuannya mulai dibongkar oleh para pakar digital forensik.

WOOIII, tahu gak? Rasulullah saw itu hidupnya sederhana. Tapi kalau soal memberi, beliau mempermalukan Raja-raja. Tanpa kamera, tak perlu diposting di media sosial untuk tayangan give away, tanpa mengharapkan balasan dalam bentuk apa pun. Tahu gak sih, manusia itu bukanlah rumah, dan mereka tidak akan pernah menjadi rumah. Manusia adalah sungai, selalu berubah, dan terus mengalir. Mereka akan pergi bersama semua yang telah kautitipkan di dalamnya.

MEREKA yang hidupnya penuh dengan kepalsuan untuk memperoleh harta, jabatan dan pasangan hidup, akan dibongkar sifat aslinya oleh uang yang dimilikinya, hatta uang tak bisa berbicara. Tapi bagi mereka yang hidup apa adanya. Yang hidupnya tak ingin mengumbar kepalsuan, dan yang tak mengumbar kartunya ke publik, akan merasa lebih tenang dan nyaman menjalani hidup. Dia biarkan orang lain memandang dirinya rendah.

PILIHAN ADA di tangan Anda. Lebih memilih show off di depan publik dengan tas, arloji dan kacamata dengan merek tertentu tapi palsu, atau hidup apa adanya sesuai kemampuan. Apa kauingin menjadi mas Petruk yang tinggal di atas awan sambil membekap ‘ijazah asli’-mu atau menjadi orang yang hidupnya tak tergantung pada ijazah. Hematku, berhentilah untuk takut diomongin orang lain, kerana kesederhanaanmu. Jangan sampai orang lain yang mengatur hidupmu hanya kerana kamu ngotot ingin cantik, kaya dan berkuasa. Kerana semua kepalsuan itu akan kaubawa sampai mati, sampai kejujuran terungkap atau saat kauberani berkata jujur.

MENGAPA KITA tak berkaca pada Mawlana Rumi, “Tempat ini adalah mimpi. Hanya orang yang tidur yang menganggapnya nyata. Kemudian kematian datang seperti fajar, dan kamu terbangun sambil tertawa atas apa yang kamu anggap sebagai kesedihanmu.”

Sekian.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur