Breaking News
(Foto : Markaz Inaayah)

THE TRAINING DAY

Tentang Energy Positif

(Foto : Markaz Inaayah)

Waktu itu, dalam perjalanan pulang dari kantor Imigrasi Jl. Tendean ke Tebet Timur, ditengah jalan ternyata hujan turun deras sekali. Saya terpaksa meneduh dibawah jalan layang, karena saking derasnya hujan dan ada puluhan motor melakukan hal yang sama.

Di samping saya, ada seorang ayah yang juga memarkirkan motor bebeknya. Ia kemudian berdiri disamping saya. Dia seorang ayah dengan anaknya berusia kurang lebih 10-12 tahun. Sang anak badan-nya sudah kuyup berdiri merapatkan badannya ke ayah-nya, tampaknya kedinginan.

Posisi kami yang disisi jalanan dan meletakan motor dipinggir jalan (raya) membuat jalanan menjadi menyempit dan menjadi agak macet bagi pengendara mobil. Karena deras, air menggenang naik cepat sehingga sejajar trotoar tempat kami berdiri.

Tiba-tiba, ada mobil Kijang Innova melaju dengan kecepatan tinggi di dekat kami. Sehingga membuat siraman air kotor muncrat membasahi tubuh kami. Semua orang menghujat seketika. Termasuk saya dan sang anak kecil di samping ayahnya tadi.

Nampak sang ayah berusaha menenangkan anaknya. Saya yang berdiri disampingnya tak kuasa untuk tidak mendengarkan percakapan ayah dan anak ini.

“Sudah nak, jangan marah-marah memaki begitu, gak baik itu, hayo sabar dan memaafkan,” kata ayahnya santun walupun separuh celananya juga terkena cipratan air.

“Tapi dia kurang ajar, Pa..! dia kotori orang-orang,” si anak berargumen.

“Sombong bener, mentang-mentang pakai mobil tidak menghargai orang.!”

“Ya sudah, selesaikan marahnya ya. Marah dan memaki itu tidak pernah menyelesaikan masalah” sang ayah berkata tetap dengan nada santun.

“Begini nak, kita marah itu mengeluarkan energy negative dari diri kita. Ingat, di dunia ini berlaku hukum semesta, dan ingat satu lagi energy itu kekal. Sekali energy itu tercipta, mereka akan terus ada dan karena kehidupan itu berputar, energy itu akan kembali ke diri kita sendiri. Menurut hukum Allah di semesta, apa yang kamu berikan pasti akan kembali lagi ke kamu. Jadi kalau kamu memberikan kebaikan kepada orang lain, sesungguhnya kamu memberikan kebaikan kepada diri kamu sendiri. Kalau kamu memberikan energy negative kepada orang lain, sesungguhnya kamu sedang memberikan “kesialan” dalam hidupmu.”

Saya terdiam termangu mendengarkan dan sang ayah melanjutkan.

“Mulai sekarang kamu harus bisa mengeluarkan energy hanya yang positif saja. Misalnya, doakan orang tadi agar selamat sampai di rumah. Ingat selalu ikhlas dalam berdoa, ikhlas itu energynya positif. Doakan semua orang yang berteduh di sekeliling sini juga agar selamat sampai di rumah dan tidak terkena penyakit”.

“Doakan pengemis di pinggir jalan. Doakan apa yang kamu lihat. Doakan anak sekolah yang baru pulang. Doakan tukang sapu jalanan. Doakan anak-anak yatim-piatu yang sangat membutuhkan bantuan mu. Jadi semua yang kamu lihat doakan. Percayalah hidupmu akan lurus, mudah, dan selamat dunia akhirat”.

“Mamamu juga demikian, bahkan selagi menanak nasi dia berdoa, dia ucapkan doa baik buat petani yang menanam, doakan pedagang yang berjualan, doakan pengendara yang membawa beras ini, doakan petani yang menggiling padi menjadi beras. Bahkan ikan yang dimasakpun mama selalu mendoakan, sehingga apa yang kita makan sudah disyukuri sudah diikhlaskan, sudah diseimbangkan.

Kamu ngerti kan?” sang ayah mencoba menekankan perkataannya agar si anak faham.

Anak tadi termangu, begitu pun saya yang turut mendengar. Tak lama ayahnya menerima telpon tanpa saya jelas mendengar percakapanya, hanya beberapa kata terdengar oleh saya,”Iya, saya dibawah fly over, iya, iya, iya …”. hanya itu yang saya dengar.

“Berapa? 5 menit, iya kami tunggu”.

Hujan tidak reda juga dan enam menit kemudian, sebuah mobil Alphard berwarna hitam tepat berhenti didepan mereka dan pintu terbuka.

“Mamaaa …!” kata sang anak sambil naik ke mobil tersebut.

Kemudian supir mobil tersebut keluar, bertukar posisi dengan sang ayah. Sang supir membawa motor dan sang ayah mengemudikan mobil tersebut.

Saya termangu lama menyaksikan fenomena ini. Ada beberapa orang juga yang memperhatikan seperti saya.

Sang ayah santun sekali, karena kami semua disapa dengan kalimat, “Permisi, mohon maaf ya, kami duluan, permisi…”

Hampir ke semua orang yang ada disekitar dia dan ada beberapa yang dia salami.

Melihat itu pikiran saya melayang, rupanya ini the training day sang ayah ke anaknya untuk melihat sisi lain dari kehidupan. Entah mengapa saya merasa malu, saya tutup wajah saya dengan helm, saya senang sekali pelajaran parenting yang diajarkan olehnya ke anaknya.

Saya berkata dalam hati, “Terima kasih yaa Allah ….. Alhamdulillah, hari yang luar biasa untuk pelajaran Mu yang kudapat”

Berpikir dan berkata positif tentang orang lain, ataupun untuk diri sendiri itu penting. Karena pikiran positif dan perkataan positif akan kembali kepada dirimu sendiri.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur