Breaking News
(Foto : akurat)

H.I.J.R.A.H

Sebuah Tansformasi Pemikiran yang Utuh

Oleh: Pierre Suteki

(Foto : akurat)

Hari, pekan, bulan dan tahun baru datang silih berganti dan menandakan bahwa perubahan terus terjadi. Dunia ini pantareih-berubah mengalir tanpa henti, begitu kata Heraclitus (5 BC). Satu kalimatnya sangat terkenal: “Seseorang tidak bisa dua kali masuk di sungai yang sama”. Itulah perubahan dan perubahan itu adalah keabadian itu sendiri. Kita sebagai pelaku sejarah menyaksikan betapa peradaban manusia mengalami jatuh bangun, keterpurukan dan kebangkitan selalu datang silih berganti. Sebelum Islam datang, mamusia telah mengenal berbagai macam peradaban. Ada peradaban Hindu, Budha, Tao, Yunani dan lain sebagainya. Pada abad 7 M Islam datang sebagai The New Order of The Ages yang menawarkan kehidupan yang lebih baik dan beradab sesuai dengan fitrah hidup manusia, yakni ketauhidan, ibadah dan syariah serta pengutamaan pertimbangan akal sehat.

Islam datang dengan serangkaian pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu. Islam hadir dalam bentuk garis-garis hukum yang global (khuthuuth ‘ariidlah), yakni makna-makna tekstual yang umum, yang mampu memecahkan seluruh problematika kehidupan manusia. Dengan demikian akan dapat digali (di-istinbath) berbagai cara pemecahan setiap masalah yang muncul dalam kehidupan manusia. Islam menjadikan cara-cara pemecahan problema kehidupan tersebut bersandar pada suatu landasan fikriyah (dasar pemikiran) yang dapat memancarkan seluruh pemikiran tentang kehidupan. Kaidah itu pun telah ditetapkan pula sebagai suatu standar pemikiran, yang dibangun di atasnya setiap pemikiran cabang (setiap pikiran baru yang muncul).

Islam datang dengan melakukan berbagai macam transformasi (hijrah). Setidaknya ada 4 transformasi dalam Islam. Keempat macam transformasi itu sebagai berikut:

1. TRANSFORMASI PERTAMA:
Mengubah pandangan hidup manusia: dari pemikiran yang dangkal ke pemikiran yang mendalam.

Hal ini tercermin dalam aqidah Islam yaitu: pemikiran yg menyeluruh tentang alam dari sebelum dan sesudah kehidupan. Semula orang hanya tahu hidup itu hanya sekedar: kerja, cari duit, cari makan dan lain-lain. Islam datang dengan mengubah pemahaman tentang kehidupan. Hidup ini hanya jembatan kehidupan yang setelahnya ada pertangggung- jawaban. Dunia sementara, sebentar tapi sangat menentukan baik buruknya akhirat yang kekal selama-lamanya. Tidak ada tempat kembali.

2. TRANSFORMASI KEDUA:
Islam mengubah standar perbuatan manusia, yang semula hanya utk kenikmatan diri sendiri dan serba jasmani (HEDONISTIK) menjadi berstandar halal atau haram.

Semula makan hanya sekedar utk kenikmatan, lalu berubah menjadi standar halal atau haram. Tidak sekedar nafsu tetapi ada pertimbangan halal atau haram. Dalam perkara makan muslimin pun punya visi akherat. Jadi orang Islam itu orang yang CERDAS, tidak DUNGU (A-VIDYA) karena mampu mengendalikan dirinya. Perbuatannya atau nafsunya dikendalikan dan visinya jangka panjang, setelah kematian.

Kalau manusia paham dan ia mempunyai visi jangka panjang, seseorang tidak akan korupsi. Ingatlah, Bangsa Arab semula tdk dipandang dunia tapi ketika memiliki standar hidup, bahkan baru 10 tahun saja, bangsa ini bisa berhadapan tegak dgn bangsa Persia dan Romawi.

3. TRANSFORMASI KETIGA:
Mengubah pemahaman tentang bahagia. Apa itu bahagia?

Bahagia sebelum Islam dimaknai sebagai pemuasan nafsu dan keinginan terpenuhi. Setelah Islam datang: bahagia itu adalah ketika mendapat ridho Alloh swt. Salman Al Farizi itu seorang yg miskin tapi ia merasa bahagia. Abdurrahman bin auf dgn uangnya diinfaqkan di jalan Alloh. Itu bahagia. Umar bin khatab: yang semula gagah berani dan bangga patriotis, ia jadi pembela Islam yang tangguh karena untuk mecapai kebahagiaan sebagai umat yang satu tidak tersekat dinding chauvinisme.

4. TRANSFORMASI KEEMPAT:
Mengubah pola interaksi manusia dari yang semula hanya mengejar manfaat dan diikat hanya sukuisme, nasionalisme dan atau negeri menjadi ikatan aqidah.

Orang Islam itu merasa bersaudara dengan tidak peduli dari bangsa mana ia berasal. Umatan wahidah. Negeri Madinah itu sejak awal terdiri dari dua suku bangsa yakni: Aus dan Khazraj konflik lebih dari 200 tahun. Dengan datangnya Islam mereka bersatu dalam aqidah.

Tentu Anda paham betul bahwa Imam Malik (guru Imam Syafii) dan Imam Syafii saling mencintai, apakah mereka tidak ada perbedaan? Ada, bahkan banyak perbedaan hingga mencapai lebih dari 7000 perkara. Tapi, apakah mereka saling bermusuhan? Tidak! Mengapa? Karena mereka memiliki keikhlasan dan memiliki ilmu, tidak bodoh, tidak dungu, bukan avidya dan tidak ANTI INTELEKTUALISME. Mereka tetap bersatu padu. Coba kalau mereka tidak ikhlas dan bodoh pasti mereka bercerai berai dan bahkan bermusuhan.

Ketidakikhlasan dan kebodohan ternyata berakibat serius dalam menghadapi perbedaan. Haruskah perbedaan mesti dipersekusi? Persekusi dan permusuhan terjadi karena ketidakikhlasan dan kebodohan…! Itu prinsip!

Islam itu real ADA, tetapi tidak dipahami dengan baik. Setelah dipahami dengan baik belum tentu diterapkan. Ini saya kira sesuai dengan tesis ahli strategi perang Israel bernama Moshes Dayan (1915-1981) yang menyatakan bahwa kelemahan utama umat Islam adalah malas baca sehingga literasinya jeblok, anjlok, rendah. Seandainya pun membaca, ia tidak mengerti. Jika ia mengerti, tetapi tidak bertindak. Inilah yang makin memperburuk kejatuhan peradaban Islam yang memiliki VISI JAUH KE DEPAN. FUTURISTIK!

Anda mau tetap diam tanpa melakukan melakukan atau turut serta ambil bagian dalam transformasi? Satu kata: HIJRAH! Itulah hakikat transformasi itu! Maukah Anda menjadi trigger perubahan di negeri ini karena perubahan pasti terjadi. Tentukan, di koordinat mana Anda berada. Koordinat KAUM PERUSAK (Okhlokrasi) ataukah KAUM PEMBANGUN (Restorasi)? Pasca keambrukan komunisme dan kapitalisme dalam misinya “mensejahterakan dunia”, Islam hadir menawarkan solusi bagi dunia, khususnya negeri ini yang sedang dirundung duka, kini.

Tabik…!!!

Semarang, 1 Muharram 1442 bertepatan dengan
Kemis Pon: 20 Agutus 2020

About Redaksi Thayyibah

Redaktur