thayyibah.com :: Tiga akhlak ini kalau kita miliki berarti sudah memiliki tiga akhlak nubuwwah. Ingat, tiga hal tersebut mudah dilakukan.

 

Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Female Viagra no rx, acquire dapoxetine.  bersabda, “Ada tiga akhlak nubuwwah:

  • Menyegerakan buka puasa
  • Mengakhirkan makan sahur
  • Meletakkan tangan kanan di depan tangan kiri (saat sedekap) dalam shalat.

(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir secara marfu’ dan mawquf. Hadits itu secara mawquf –yakni perkataan Abu Ad-Darda’- dihukumi shahih. Sedangkan hadits itu secara marfu’-sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam– dinilai dha’if karena ada perawi yang tidak dikenal biografinya. Hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir tanpa menyebutkan bilangan tiga, kesimpulannya perawinya baik)

 

Beberapa faedah dari hadits di atas yang bisa diambil:

  • Hadits di atas menunjukkan keutamaan menyegerakan buka puasa, tidak menunda-nundanya hingga gelap malam. Kita dianjurkan berbuka ketika telah nyata tenggelamnya matahari.
  • Menyegerakan berbuka puasa menunjukkan seseorang bersemangat dan bersegera dalam melakukan kebaikan. Dan memang dalam melakukan kebaikan, kita dituntut untuk bersegera.
  • Hadits di atas menunjukkan keutamaan mengakhirkan waktu makan sahur, yaitu di akhir malam, dekat dengan terbit fajar Shubuh. Mengakhirkan makan sahur akan membuat seseorang lebih kuat berpuasa. Di samping itu, mengakhirkan makan sahur akan menghindarkan diri dari tidur setelah makan sahur yang sering membuat seseorang luput dari shalat Shubuh yang keutamaannya sangat-sangat luar biasa.
  • Mengakhirkan makan sahur menunjukkan seseorang mencari sebab untuk melakukan ketaatan pada Allah, yaitu supaya lebih kuat dalam menjalankan puasa.
  • Hadits di atas juga menunjukkan anjuran saat shalat untuk bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di depan tangan kiri.
  • Meletakkan tangan kanan di depan tangan kiri menunjukkan ketawadhu’an seseorang (rendah hati), ketenangan (sakinah), dan kepasrahan pada Allah.

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

 

Referensi:

Arba’una Haditsan, Kullu Haditsin fii Tsalatsi Khishalin. Cetakan pertama, tahun 1424 H. Prof. Dr. Shalih bin Ghanim As-Sadlan*. Penerbit Dar Balansia.

 

* Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Ghanim As-Sadlan hafizahullah adalah seorang guru besar di kuliah Pasca Sarjana, Jurusan Fikih, Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyyah di kota Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia.

 

Ditulis @ Batik Air (Ambon – Surabaya), Selasa sore, 28 Rajab 1438 H

Yang butuh akan ampunan Rabbnya: Muhammad Abduh Tuasikal