Breaking News
Semua janji Yusuf Mansur ternyata hoax. Palsu.

Janji (Hoaks) ala Yusuf Mansur

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

 

Semua janji Yusuf Mansur ternyata hoax. Palsu.

Beberapa waktu lalu, penulis bertandang ke kota Pontianak, Kalimantan Barat. Di kota Kathulistiwa ini penulis bersilaturahim ke beberapa komunitas umat Islam. Mereka adalah para pendakwah yang tak lelah berjalan di jalan Allah.

Sampailah penulis ke sebuah komunitas yang sedang menggerakkan masyarakat untuk berdakwah dengan menyisihkan sebagian harta yang diamanahkan kepadanya. Di sinilah beredar ceritera, bahwa Yusuf Mansur pernah bertandang ke rumah seorang habaib di Pontianak yang sedang membangun lokal untuk pengembangan pesantrennya. Tanpa banyak bicara, Yusuf Mansur langsung mengeluarkan uang sebesar Rp 50 juta. Konon, uang sebesar itu yang ada di tas Yusuf Mansur. Ia kuras isinya untuk sedekah dan wakaf.

Ketika cendekiawan Muslim asal India, Dr. Zakir Abdul Karim Naik melakukan safari dakwah di Indonesia pada April 2017, tampang Yusuf Mansur muncul di berbagai media. Ada agenda yang mestinya tertutup untuk pers, ternyata bocor. Dan, lagi-lagi tampang Yusuf Mansur muncul menghiasi media. Ada apa? Rupanya, ketika mendengar Zakir Naik akan datang ke Indonesia, Yusuf Mansur menyambutnya dengan suka-cita. Bahkan, ia juga membantu akomodasi yang waktu itu dibutuhkan oleh panitia.

Tetapi di sisi lain, ia sangat lihai memanfaatkan momentum tersebut. Yusuf mendapat keuntungan dengan berbagai liputan media. Minimal wajah polosnya ikut menghiasi media. Ia berhasil mem-branding dirinya sebagai seorang pendakwah yang punya kepedulian terhadap Zakir Naik yang di negerinya banyak mendapat halangan dan rintangan dalam berdakwah.

***

Dua kisah diatas telah membuat Yusuf Mansur berhasil mem-branding dirinya. Dan itu sah-sah saja. Tetapi, benarkah Yusuf Mansur sehari-seharinya seperti itu?

Banyak kisah yang tidak sejalan dengan dua ceritera tersebut. Bahkan kontradiktif. Simaklah kisah-kisah berikut ini.

Pertama, ada seorang jurnalis yang sejak awal karirnya Yusuf Mansur sebagai penceramah ikut memperkenalkan ke dunia yang lebih luas. Ia lebih dari 15 tahun mengenal Yusuf yang aslinya bernama Jam’an Nur Khotib Mansur, itu. Karena merasa berhutang-budi, setiap kali bertemu dengan sang jurnalis, Yusuf selalu mengajaknya umroh bersama. Tetapi, itu hanya hiasan bibir saja, karena faktanya tidak pernah terealisir. Tetapi, jika bertemu dengan sang jurnalis, Yusuf selalu mengajaknya pergi umroh bareng. Dan it uterus berulang.

Kedua, ada seorang cendeiawan Muslim yang menulis buku tentang “Pendidikan”. Yusuf bertemu dengan sang penulis, lalu tertarik dengan buku barunya itu. Spontan Yusuf berkata, “Okay, saya beli 100 eksemplar, ya!” Betapa senangnya si penulis, buku seharga Rp 100.000 itu jika jadi diborong 100 eksemplar, nilanya cukup lumayan, Rp 10 juta.

Dari hari ke pekan, pekan ke bulan, sampai berganti tahun, janji si Yusuf ngeborong buku tak juga terealisir. Beberapa kali Yusuf dan si penulis bertemu di suatu acara, Yusuf tak lagi pernah menyinggung soal buku tersebut. Walhasil, lebih dari 1 tahun janji tersebut menguap begitu saja.

Ketiga, Suatu hari Yusuf Mansur mendatangi kantor sebuah majalah di bilangan Jakarta Selatan. Yusuf yang merasa dirinya sudah punya nama besar, ingin berbagi tentang sedekah kepada masyarakat yang lebih luas. Maka ia berencana menulis kolom di majalah tersebut. Selain akan membayar kolom yang ia tulis (advertorial dalam bentuk kolom), Yusuf juga berjanji akan membeli 300 eksemplar majalah setiap kali kolomnya muncul.

Setelah berjalan tiga bulan, setiap sepekan sekali kolom Yusuf muncul dan 300 eksemplar majalah disetor ke dia, ternyata pembayaran yang dijanjikan tak pernah terealisir. Pihak majalah akhirnya menghentikan kerjasama tersebut. Beberapa bulan berikutnya, setelah tak lagi menulis di majalah, seorang wartawan media tersebut bertemu dengan Yusuf. Apa kata Yusuf pada si wartawan? “Eh, saya kan yang menulis, mestinya saya yang dibayar, bukan saya yang harus bayar.” Tentu saja pernyataan Yusuf tersebut tidak sesuai dengan perjanjian awal, dimana dia yang akan bayar berikut pembelian 300 eksemplar majalah.

Keempat, Setelah “Patungan Usaha” dan “Patungan Aset” mulai disoal oleh para investor, karena jangankan bagi hasil, laporan keuangan saja tidak ada. Tahun 2017 para investor sudah mulai melaporkannya ke polisi. Yusuf Mansur akhirnya merespon mereka Pada 18 Oktober 2017, ketika ia mengadakan jumpa pers di sebuah restoran di kawasan Pondok Indah, Jakarta. Yusuf mengutarakan niatnya untuk mengadakan road show ke 8 kota guna menjelaskan patungan usaha dan patungan aset yang sudah mulai bermasalah.

Tetapi, di hari dan tanggal yang telah ditetapkan, ternyata Yusuf tidak muncul batang hidungnya. Rencana yang telah diberitakan oleh lebih dari 10 media itu akhirnya lenyap begitu saja. Anehnya, tidak ada media yang memberitakannya. Senyap.

Begitulah kisah Yusuf Mansur tentang janji-janji yang tak pernah dia penuhi. Jika didaftar, jumlahnya akan panjang. Yang jelas, janji Yusuf Mansur lebih banyak hoaks daripada realisasinya.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur