Breaking News
Mimpi bertemu Nabi, sebuah ilustras (Foto : Istimewa)

Anak “Bermimpi”, Yusuf Mansur “Bertemu” Nabi

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

Mimpi bertemu Nabi, sebuah ilustras (Foto : Istimewa)

 

Sebuah video yang tayang pada 2012 dan 2016, kembali tayang dan ramai diperbincangkan publik dengan beragam komentar di semester kedua 2019 ini. Video tersebut menyangkut pengakuan putrinya Yusuf Mansur, Wirda, yang bermimpi bertemu Abu Bakar ash-Siddik dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sedangkan video kedua, Yusuf Mansur mengaku bertemu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam keadaan sadar.

Pada tahun 2012, dalam sebuah acara TV, Yusuf Mansur membawa anaknya, Wirda, yang memberi kesaksian bahwa si anak pernah bermimpi bertemu sahabat Abu Bakar ash-Siddik dan Nabi Muhammmad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Diceritakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menegur Wirda, mengapa tidak melanjutkan hafalan Al-Quran yang sudah 15 juz itu?

Yusuf Mansur sendiri, di acara tersebut, merasa iri, karena dia belum pernah bermimpi bertemu Sang Nabi. Wirda mengaku bermimpi bertemu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada tahun 2008, ketika usianya baru 7 tahun. Delapan tahun kemudian, Yusuf Mansur sendiri mengaku bertemu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam secara langsung. Ia mengaku “bertemu” Nabi sebelum tidur atau ketika di mobil. Dan ia merasa diawasi oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Bermimpi bertemu Nabi Muhammad Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam, bisa jadi benar, karena setan tidak bisa menyerupai wajah Sang Nabi. Tetapi, para ulama memberi syarat-syarat. Yakni, hendaknya orang yang bermimpi itu tahu ciri-ciri Nabi Muhammad Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam.

Imam ath-Tirmidzi dalam kitab “Mukhtashar Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah” telah membantu kita untuk mengenal secara detil ciri-ciri fisik Sang Nabi. Selain itu, para ulama juga sepakat bahwa mimpu bertemu Nabi Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam adalah pengalaman spiritual seseorang yang tidak boleh diberitakan kepada sembarang orang, apalagi diumumkan secara terbuka.

***

Jika mimpi bertemu Nabi Muhammad Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam ada syarat-syarat yang ketat, lalu, bagaimana dengan Yusuf Mansur yang mengaku bertemu beliau dalam keadaan sadar? Bukankah yang pernah bertemu beliau adalah para sahabat? Itu pun ada syaratnya, tentang definisi sahabat.

Adalah Imam as-Suyuti yang memberi definisi lengkap tentang sahabat. Menurutnya, sahabat adalah, “Setiap orang yang bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam keadaan muslim dan meninggal juga dalam keadaan muslim.”

Mereka, para sahabat itu, adalah para pengikut yang paling setia, murid, dan penolong beliau.  Para sahabat melanjutkan tugas-tugas pasca kenabian, dalam bentuk menyampaikan risalah, hadits-hadits, dan sunnah-sunnah yang mereka riwayatkan. Inilah keistimewaan peran sahabat. Dan ini hanya ada di jaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Para Sahabat adalah sebaik-sebaiknya manusia, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Istimewanya kedudukan para sahabat di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bisa disimak hadits yang dinarasikan oleh Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu, ”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.”  (HR. Imam Bukhari, Muslim, at-Timidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Para sahabat itu punya posisi aqidah, syariah, dan akhlak yang luar biasa, sebagai sumber keteladanan umat manusia sepanjang massa. Mereka adalah generasi terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewanti-wanti kita agar tidak berdusta atas nama beliau. Sahabat Al-Mughirah menarasikan, “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

***

Bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam boleh jadi itu benar. Tetapi itu ada syarat-syaratnya, faham betul tentang ciri-ciri fisik beliau sebagaimana diisyaratkan oleh Imam ath-Tirmidzi. Pertayaannya, apakah benar anak usia 7 tahu, yang belum baligh, bisa mimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Boleh jadi, ciri-ciri fisik beliau belum dikenali secara benar oleh anak-anak di suia 7 tahun tersebut. Begitu pula dengan ayahnya Wirda, Yusuf Mansur, yang lebih dahsyat lagi: bertemu Nabi.

Baik dalam kisah Wirda maupun Yusuf Mansur, keduanya sama-sama memberikan kisah yang baik-baik, tentang melanjutkan hafalan Al-Quran dan amalan-amalan yang berkaitan dengan sunnah Rasul. Tetapi, bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu, dalam sejarahnya, tidak lazim dialami oleh anak-anak seusia 7 tahun, atau mereka yang belum baligh. Apalagi tidak punya pemahaman tentang sosok Sang Nabi secara rinci. Begitu juga dengan bertemu Sang Nabi dalam keadaan sadar. Jauh dari panggang.

Meskpun pesan moralnya baik, tetapi karena tidak sesuai dengan ketentuan syariat, hendaknya ditolak. Mengapa? Selama ini, mereka yang didatangi Nabi dalam mimpi, adalah mereka yang istimewa. Apalagi jika bertemu lansung dengan Nabi dan jadi pengikut setianya, tentulah orang-orang yang luar biasa, baik secara spiritual maupun secara moral.

Dan ini akan mengoncang sendi-sendi masyarakat prismatic (nilai-nilai lama ditinggalkan dan nilai-nilai baru belum ditemukan) dalam memahami keluarga Yusuf Mansur. Akan muncul kultus baru terhadap keluarga Yusuf Mansur. Dan itu jelas-jelas sudah keluar dri syariat.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur