Breaking News
Pebisnis yang memberi harapan kepada banyak orang. Sebuah ilustrasi (Foto : AdaSebelas)

Sufi Moderen (6)

Bisnis sebagai Jihad

Oleh: Tabrani Syabirin

Pebisnis yang memberi harapan kepada banyak orang. Sebuah ilustrasi (Foto : AdaSebelas)

Banyak yang baru menyadari akan manfaat dan rahasia dari sabda Nabi Muhammad SAW kecuali setelah seseorang mengamalkannya atau memerlukan waktu yang panjang.

Rasulullah SAW bersabda, hendaklah kalian memegang teguh kejujuran sehingga style hidupmu dalam kejujuran. Kejujuran itu akan membuka kebaikan yang banyak. Dan kebaikan itu akan menuntun jalanmu ke sorga. Itulah bagian dari jihad fii sabilillah.

Menjadi orang benar dan terus menerus berada dalam kebenaran merupakan jihad. Karena menjalankannya membutuhkan keyakinan dan energi besar untuk mewujudkannya.

Agama Islam adalah agama yang diturunkan Allah untuk hambanya melalui   Rasulullah SAW. Allah sangat menginginkan hambanya untuk menjadi khalifah, mengatur dan mengelola perbendaharaan ciptaan Allah di dunia ini. Hal itu hanya bisa diserahkan dengan sikap jujur dan benar. Inilah nilai abadi Islam yang akan mewarnai jalan kehidupan.

Lama warna itu tidak terlihat. Bahkan nyaris kabur dan luntur dimakan rayap-rayap kepalsuan dan kebohongan.

Dalam perjalanan sejarahnya, ajaran Islam yang bertabur bintang keindahan telah sirna bahkan redup kerena tertutup awan gelap kebodohan. Bahkan rahmat Islam masuk ke dalam birokrasi tarekat yang tidak mudah untuk diikuti.

Seperti kita jelaskan bahwa kita ingin menampilkan sosok sufi yang update dengan kondisi kekinian atau sufi milenial. Maka rumusan sufi adalah mereka yang memegang dunia dengan tangan tapi tidak dengan hati.

Kondisi umat Islam masih kontradiksi. Mereka yang memegang dunia masih suka melakukan maksiat dan sedikit sekali beramal sholeh. Pada sisi lain tangannya hampa dari dunia. Kekayaan yang merupakan karunia Allah tidak berada dalam genggamannya. Mereka hidup di bawah payung kemiskinan. Tidur dan bercengkrama dalam suasana miskin, sementara hatinya sangat merindukan kekayaan dunia. Lalu untuk melanggengkan kemiskinan dibuatlah teologi untuk kaum musta’afiin.

Sementara Islam merupakan agama yang menjadi rahmat buat seluruh penduduk di muka bumi ini (rahmatan lil alamiin).

Sufi yang kita tampilkan adalah sufi yang hidup dalam suasana metropolitan. Mereka yang selalu memburu kekayaan duniawi, pada saat yang sama, mereka berlomba dalam beramal sholeh dengan membuka usaha guna memberikan harapan kepada orang-orang yang kehilangan harapan.

Dunia Islam membutuhkan mereka yang bernafsu mengejar duniawi, tapi juga peduli untuk menyelesaikan persoalan sosial yang terjadi di negeri ini. Pilihan kita adalah kaum bisnis yang sukses dengan spritualitas yang tercermin dalam usahanya.

Sebelum memutuskan seseorang untuk menjadi pengusaha sufi, ada beberapa hal yang

mutlak diperlukan sebagai standar.

  1. Pilihan bisnis.

Jenis bisnis yang dijalankan seseorang akan menentukan sejauh mana keseriusan dirinya untuk berada di jalan Islam.

Ada seorang teman yang rajin shalat berjamaah, bahkan baju “taqwa” (maksudnya baju koko) selalu tergantung di samping meja kerjanya. Dia sanggup umroh hampir setiap tahun. Tapi caffe shop yang dia miliki masih menjual khamar (minuman beralkohol).

Ketika diingatkan dengan tegas dia akan membantah. “Itu bukan khamar. Itu adalah wine, vodka, sake, bir. Kalau khamar memang haram, tapi minuman itu bukanlah termasuk jenis minuman yang diharamkan”, atanya beralibi. Prilaku seperti ini tentu tidak akan pernah mencapai kebaikan. Menjadi sufi milenial adalah kesanggupan dan keteguhan untuk menjauhi yang haram.

  1. Managemen bisnis

Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana suatu bisnis dijalankan. Seberapa banyak karyawan yang bekerja pada perusahaan yang dijalankan tentu akan sangat menyuburkan ladang amal yang dikelola.

Sistim upah tentu sangat mendapat tempat yang utama. “Bayar lah upah buruh sebelum keringat mereka kering”.

Ketika keadaan negara makin susah, angka pengangguran tinggi. Pada saat itu anda membuka usaha dengan gaji yang memberi harapan. Maka anda adalah seorang pejuang yang tidak kalah heroiknya dengan mereka yang membawa dan mengibarkan bendera tauhid dalam suatu peperangan.

Lebih besar lagi pahala yang diperoleh karena usaha yang anda buka telah menyelamatkan agama dan keyakinan karyawan yang bekerja.

Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini dakwah Islam tidak berkembang, karena Islam tidak datang sebagai pencerahan yang melindungi. Ketika usaha yang anda buka bisa menjadi benteng iman maka anda adalah seorang mujahid. Dimana Allah akan menjamin keberkahan pada saat hidup dan juga setelah wafat.

  1. Mendaya gunakan harta

Poin ini juga akan menjadi ukuran seseorang yang akan selamat dihadapan Allah. Mengeluarkan zakat adalah upaya utama untuk membersihkan harta. Zakat sesuai nisab dan ukurannya adalah 2,5%. Kalau jumlah yang kecil itu bisa dipaksakan maka harta yang diperoleh sudah bersih.

Tapi selain zakat, tentu ada lagi panggilan untuk menyuburkan harta dan kadang amal. Diantaranya sedeqah, infak, qardan hasanan, hadiah dan lain-lain lain. Maka tidak jarang ada juga yang mengeluarkan 10 % dari keuntungan bisnis yang dia peroleh.

Dengan tiga landasan ini yang dijalankan dengan benar dan penuh kesungguhan maka itulah sosok bisnisman sufi. Tdak sulit bukan??

About Redaksi Thayyibah

Redaktur