Breaking News
Jokowi Mengimami Sholat. Syirkul Khafi? (Foto : Tribun)

Mengimami Sholat agar Dipilih sebagai Presiden adalah Syirkul Khafi

Oleh : Iip Wijayanto

 

Jokowi Mengimami Sholat. Syirkul Khafi? (Foto : Tribun)

Pernyataan Prabowo Subianto, bahwa beliau merasa tidak pantas menjadi imam sholat, karena banyak yang lebih fasih adalah bentuk sikap tawadhu yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Kita ambil contoh riil saja, jika ada acara besar di Istiqlal saat kepemimpinan imam besar (alm) Prof. KH.Ali Musthofa Ya’kub, beliau selalu mempersilahkan ulama lainnya untuk menjadi imam. Ini sikap tawadhu.

Dalam kunjungan Kyai Kholil Bangkalan ke Tebu Ireng, beliau dan Kyai Hasyim Asy’arie rebutan menjadi makmum, bukan menjadi imam, dan ini sikap tawadhu. Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani atau yan g sering kita kenal sebagai Imam Ahmad sering sekali datang berkunjung ke masjid Al-Quwaity, tempat muridnya Al-Atsram (Ahmad bin Muhammad) mengajar. Imam Ahmad datang menjelang waktu sholat, membaur dgn jama’ah agar tidak diminta menjadi imam sholat. dan setelah sholat, ketika Al-Atsram duduk menghadap jama’ah, ia gemetar demi mengetahui telah meng-imami sang guru. Ini adalah sikap tawadhu.

Gurunda tercinta Al-Hafidz Prof. KH. Zaini Dahlan, MA, saat di semester 8, say adalah mahasiswa dan santri beliau. Beliau selalu menarik saya untuk menjadi imam sholat, sekuat apapun saya menghindar, bahkan beliau pernah sampai jalan ke shaf belakang tempat saya “sembunyikan diri” dan menarik saya untuk jadi imam sholat tarawieh, karen saat kultum beliau melihat saya. Jika saya menolak, beliau bilang, “Iip, kamu masih ngakui saya sebaga gurumu?” Saya jawab, “Iya, Prof. Sampai saya matipun saya tetap murid.” Setelah itu beliau bilang sambil tersenyum sejuk, “Nah, kalau begitu maju, imami sholat. Ini perintah guru, bukan permintaan.” Ini adalah contoh sikap tawadhu yang saagat luar biasa.

Anda bisa bayangkan betapa lemasnya saya, setiap harus mengimami Prof. Zaini yang hafidz Qur’an, sebaga rektor yang juga hafal lebih ribuan hadist, yang menjadi Imam Besar di seluruh masjid terbesar di Yogyakarta, yang alumni universitas Al-Azhar Cairo, yang pensiunan Dirjen Bimbaga Kemenag RI, yang menjadi Presiden Kehormatan Persatuan Ahli Bahasa Arab hingga wafat pada 2017 lalu, yang tafsir karyanya dipajang di perpustakaan Masjidil Haram.

Hingga saat ini, di manapun saya selalu berusaha menghindar untuk menjadi imam sholat, meski ke manapun saya selalu dipaksa untuk menjadi imam sholat.

Amirul mu’minin Umar bin Khathab-pun menunjuk Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘anhu sebaga imam sholat.

Jadi, saya pikir statement Prabowo sangat tepat. Yang dibutuhkan bangsa ini adalah sosok pemimpin yang tawadhu. Pernyataan Prabowo menunjukkan bahwa itu sejalan dengan hadist:

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Yang berhak menjadi imam shalat untuk suatu kaum adalah yang paling pandai dalam membaca al-Qur’an. Jika mereka setara dalam bacaan al- Qur’an, (yang menjadi imam adalah) yang paling mengerti tentang sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila mereka setingkat dalam pengetahuan tentang sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, (yang menjadi imam adalah) yang paling pertama melakukan hijrah. Jika mereka sama dalam amalan hijrah, (yang menjadi imam adalah) yang lebih dahulu masuk Islam.” (HR. Muslim no. 673 dari Abu Mas’ud al-Anshari radhiyallahu ‘anhu). Dalam riwayat lain, ada tambahan lafadz,

فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمْ سِنًّا

“Jika mereka sama dalam amalan hijrah, (yang menjadi imam adalah) yang paling tua di antara mereka.”

Sikap ini sangat benar. Tidak kemudian asal seseoramg pejabat, bos, bupati, gubernur atau presiden mka dia pula yang harus jadi imam sholat, sementara ada ulama di belakangnya yang lebih fasih.

Saya tidak menemukan catatan Raja Salman misalnya, kepala negara Saudi Arabia berani menjadi imam sholat di depan Syaikh Ali Hudzaifi (imam besar masjid Nabawi) atau menjadi imam sholat di depan Syaikh Abdurrahman Asy Syudaisy (imam besar Masjidil Haram).

Justru jika ada pemimpin yang memaksakan diri jadi imam sholat di depan orang yang lebih fasih, sekedar untuk pencitraan agar dipilih, itu jelas mengingkari perintah hadist di atas dan juga masuk kriteria imam yang riya’ kaerna sholatnya itu untuk pencitraan politik.

Orang yang riya’ dalam sholat apa masih ada pahala sholatnya? Kita harus tahu, bahwa mengimami sholat untuk kepentingan pencitraan politik, lebih berbahaya bagi muslimin daripada fitnah Masiih Ad Dajjal. Dan itu adalah Syirkul Khafi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]

Apa itu Syirkul Khafi? Syirkul Khafi adalah menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya.

Imam Al-Ghazali menyebut golongan ini sebagai: “Orang yang Tidak Tahu tapi dia Tidak Tahu kalau dia Tidak Tahu (Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri).” Dan golongan ini adalah seburuk-buruknya manusia.

 

(Artikel ini diambil dari WAG. Redaksi telah mengeditnya namun tidak mengurangi konten artikel ini)

About Redaksi Thayyibah

Redaktur