Breaking News
Ilustrasi Quotes Ir. Soekarno

Membendung Sikap Apatis Para Pemuda

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”

Ilustrasi Quotes Ir. Soekarno
Ilustrasi Quotes Ir. Soekarno

thayyibah.com :: Begitulah ucap Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno yang begitu yakin dengan kekuatan dan keteguhan pemuda pada saat itu. Namun bagaimana dengan sikap pemuda sekarang? Entahlah.
Dahulu, yang namanya pemuda sangat cinta dengan negaranya dan menjunjung tinggi martabat negara. Masih ingat kah kita saat para pemuda mendesak kaum tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan dikala jepang tengah luluh lanta oleh para sekutu? Kegigihan dan keyakinan yang begitu kuat dari para pemuda untuk memerdekakan Indonesia dari para penjajajah yang sangat menyengsarakan rakyat. Terlihat begitu jelas bahwa pemuda saat itu begitu peduli dengan nasib negara dan rakyatnya.

Zaman boleh saja berganti, waktu boleh saja berlalu, dan kita boleh saja terus berlari kedepan menuju masa depan yang cerah dan menjanjikan. Namun kehebatan dan keteguhan jiwa pemuda tidak boleh tergantikan atau tergerus oleh zaman dan harus selalu berada dalam jiwa pemuda digenerasi selanjutnya.

Pemuda erat kaitannya dengan mahasiswa. Mahasiswa yang berlabel kan “Agent of Change!”. Namun, Pergerakan mahasiswa saat ini telah mengalami pergeseran yang cukup signifikan, Subjek-subjek idealisme mahasiswa telah berubah sesuai dengan tuntutan kehidupan. Bagaimana mungkin seorang mahasiswa yang mempiliki idealisme harus ditukar dengan Tugas-tugas dan budaya Hedonisme yang kuat? Sungguh membingungkan. Ya itulah penyebab apatisme. apatisme biasa muncul untuk merefleksikan sikap yang acuh tidak acuh dan ketidakpedulian terhadap suatu permasalahan atau keadaan yang terjadi.

Tiga Gambaran Kehidupan Kampus yakni, identik dengan kehidupan akademik.

Kehidupan mahasiswa yang beragam dan unik, serta dalam setiap langkahnya pasti membawa cerita yang berbeda. Ada beragam sisi yang bisa kita lihat, sisi yang mampu membawa setiap insan mahasiswa yang terlibat di dalamnya untuk bercengkrama, berdiskusi, berpolitik kampus, ataupun hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa kesan.

Dunia bagi mahasiswa untuk mencari dan membentuk jati dirinya. Suka ataupun tidak, hal tersebut memang terjadi di dalam kampus, dan memaksa banyak orang untuk mulai berfikir apa yang ada di dalam kehidupan kampus dewasa ini. Pesta dan cinta. Dua paket gambaran yang tidak pernah lepas dalam kehidupan kampus, dan identik dengan kehidupan mahasiswanya. Pesta, Mahasiswa yang memang memiliki jiwa muda yang merasa selalu ingin bebas, menghabur-haburkan uang untuk berpesta dengan alasan kepenatan. Apakah dengan bersenang-senang ini akan menimbulkan sifat apatisme? Ya itu pasti. Sebab hedonisme tidak mengenal kondisi sosial. Yang terpenting adalah bagaimana mereka “enjoyable “Cinta anak kampus, merupakan kalimat yang paling banyak mendapatkan perhatian dari banyak kalangan. Banyak pengamat sinetron misalnya, mengatakan bahwa cinta anak kampus merupakan tema yang paling banyak memikat hati penonton karena realita anak muda menuntut hal tersebut. Atau pemerhati musik beranggapan bahwa cinta merupakan bagian lirik yang paling banyak diminati oleh kaum muda.

Begitu pula yang terjadi dalam relita kehidupan kampus. Mahasiswa yang dalam masa pubertas, sudah mulai mencari cinta untuk melengkapi sisi kehidupannya. Ingin ada yang memperhatikan, ingin ada yang menyayangi dan berbagi, merupakan keinginan lumrah dari setiap mahasiswa saat ini. Namun seringkali tuntutan lingkungan anak muda untuk berbagi cinta justru menjerumuskan mahasiswa itu sendiri ke dalam jeratan cinta. Dengan Cinta mahasiswa lebih mempedullikan pasangan semata, sementara tuntutan yang lebih besar yaitu pengabdian kepada masyarakat sangat jarang diterapkan. Nah kalau sudah begini tentu cinta bisa diposisikan sebagai salah satu bagian dari penyumbang apatisme.

Gambaran kehidupan kampus diatas, dirasakan telah mampu melengkapi kehidupan mahasiswanya. Apakah menjadikan mahasiswa idealis, ataukah menjadikan mahasiswa cenderung apatis. Itu tergantung kepada paradigma kita.

Membendung ApatismeDiatas sudah dijelaskan tentang gambaran kehidupan kampus, Apatisme beserta konsekuensi yang di timbulkan.

Nah sekarang adalah bagaimana untuk mengatasinya? Dalam pemerintahan mahasiswa, BEM atau Senat sebetulnya mempuyai andil besar dalam mengambil kebijakan oleh pihak birokrasi. Posisi Badan Eksekutif mahasiwa menjadi sebuah pilar dasar terkait regulasi pihak birokrasi. Dalam perfektif ini sinkronisasi antara Birokrasi dan BEM harus lah ditingkatkan.

Setelah terlibat dalam pengambil kebijaksanaan, BEM dapat mengambil sebuah inisiatif beserta solusi yang aplikatif terkait budaya apatisme. BEM atau Ormawa dapat menjadi Jembatan untuk meninggalkan budaya apatisme di masyarakat. .Kewajiban BirokrasiAda sebuah ide yang menurut hemat saya sangat baik di implementasikan. Yaitu mewajibkan setiap mahasiswa untuk mengikuti kegiatan intra kampus, seperti HMJ, Senat dan Unit kegiatan Mahasiswa. Kebijakan ini dapat dijembatani oleh Bidang Kemahasiswaan Universitas. Dengan kebijakan tersebut mahasiswa mau tidak mau akan mengikuti organisasi yang diwajibkan. Nah disinilah para aktivis bertugas memberikan masukan kepada mahasiswa agar sensitive terhadap perubahan di masyarakat. Disinilah dibagun paradigma bahwa tri dharma perguruan tinggi haruslah benar-benar di implementasikan.

Membangun Komunitas Ilmiah
Banyak mahasiswa apatis terhadap permasalahan di sekitarnya hanya karena takut bahwa aktivitas tersebut tidak sesuai dengan jurusan yang dimilikinya bahkan meraka takut mangganggu perkuliahannya. Untuk mengatasinya perlu dibuat kebijakan untuk merangsang mahasiswa dengan membentuk komunitas ilmiah, seperti membentuk forum diskusi mahasiswa IT. Forum ini akan berdiskusi seputar IT dan berusaha menjawab persoalan IT dimasyarakat. Nah kalau sudah begini pasti mahasiswa tersebut akan peduli dengan persoalan diluar kampus. Misalnya lagi adalah membentuk komunitas dakwah Seperti Lembaga Dakwah Kampus, Komunitas ini bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa dan masyarakat kampus. Dengan komunitas ini mahasiswa lebih tertarik untuk serius belajar kemudian serius untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Dengan adanya forum ilmiah di kampus yang identik dengan budaya Literasi (membaca, menulis dan berdiskusi) kita akan lebih melek dengan kondisi lingkungan kita. Bahasan yang diangkat saat diskusi dan mengkaji bisa melibatkan persoalan politik negara, kehidupan sosial negara dan perekonomian negara. Dengan begitu banyak mahasiswa yang memperoleh pengetahuan dan menjadi tahu bahkan peka dengan permasalahan yang terjadi dengan negaranya.

Kebijakan Birokrasi yang kontrovesial dan Menitik Beratkan pada tugasdengan dikeluarkan sebuah keputusan bahwa mahasiswa tidak boleh tamat diatas 10 semester. Tentu ini menjadi improvisasi bahwa mahasiswa harus segera menyelesaikan perkuliahannya dengan tepat waktu.

Akhir-akhir ini terjadi sebuah kebijakan yang diprotes oleh mahasiswa. Kebijakan itu adalah menekankan mahasiswa dengan membebani tugas kuliah yang sangat banyak. Sangat sering terjadi pada mahasiswa bahwa pembebanan tugas tersebut membuat mahasiswa malas untuk berpartisipasi dengan para aktivis. Setiap hari para mahasiswa hanya disuguhkan tugas-tugas. Sangat jarang sekali mahasiswa diberikan tugas yang mencakup permasalahan bangsa. Apakah ini sebuah kebijakan yang baik? Atau para pihak birokrasi takut akan idealisme mahasiswa? Yang jelas kesemua problema tersebut haruslah kita ubah. Kita masih ingat perlawanan 1998, kita masih memimpikan mahasiswa yang pro rakyat, kita masih berharap mahasiswa menjadi agent of change sekaligus director of change. Semoga !

Menghadapi sikap apatisme mahasiswa
Sering sekali mahasiswa idealis yang berbicara banyak menyoal kesejahteraan dan pembelaan terhadap rakyat mendapatkan pertanyaan yang memojokan dengan sindiran seperti “apa yang kalian dapatkan atas perjuangan kalian ini?” atau “apa untungnya Aksi? Cuma Panas-panasan dijalan, teriak-teriakan tidak jelas dan membuang-buang waktu dan tenaga”.

Sebagai seorang mahasiswa yang aktif dalam pergerakan mahasiswa tentu saya pernah mendapatkan pertanyaan seperti itu. Namun saya tidak marah, down ataupun malu, saya hanya balas dengan senyum dan menjawabnya dengan “jangan pernah tanyakan apa yang sudah mereka beri pada kita,tapi tanyakan apalah yang sudah kita kasih untuk mereka”. Dan sungguh saya salut dengan teman-teman saya di fakultas Ekonomi, karena apa? Karena meskipun kami diajarkan untuk mencari dan mengetahui keuntungan dalam kegiatan apapun, mengetahui mana untung dan mana yg rugi. Tapi untuk persoalan hak dan kesejahteraan rakyat buat kami hanya 1 kata yakni “LABA UNTUK RAKYAT” (put/thayyibah)

HIDUP MAHASISWA!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!

Karya Sindy Permatasari, Mahasiswa UNJ

About Lurita

Online Drugstore,cialis next day shipping,Free shipping,order cialis black,Discount 10%, dutas buy online