Breaking News
Jamaah Haji Pulang ke Tanah Air (Foto : Liputan6)

Kuota Haji, Berharap Menag Punya Nurani

Jamaah Haji Pulang ke Tanah Air (Foto : Liputan6)
Jamaah Haji Pulang ke Tanah Air (Foto : Liputan6)

thayyibah.com :: Ibadah Haji. Semua muslim pasti mendambakan bisa menunaikan ibadah ini, meski hanya sekali dalam seumur hidupnya. Selain memerlukan biaya yang besar, ibadah haji juga menuntut potensi lain dari masimg-masing individu. Oleh karena itu, banyak muslim yang sangat bersusah payah untuk bisa berhaji.

Di negeri kita, kesulitan menunaikan ibadah haji masih ditambah lagi dengan kesulitan masuk dalam daftar jamaah haji yang akan berangkat. System yang digunakan pemerintah serta batasan jumlah jamaah haji yang diberikan pemerintah Arab Saudi atau kuota haji membuat masyarakat harus menunggu bertatahun-tahun agar bisa diberangkatkan.

Keharusan menunggu itu berada dalam sebuah daftar tunggu yang tercatat dalam sebuah system pemerintah yang bernama Data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu yang dikelola oleh Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama. Tiap kabupaten atau kota memiliki daftar tunggu yang berbeda-beda, yang terlama mencapai 28 tahun atau sampai tahun 2043, yaitu di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Sedangkan yang tercepat adalah di Kabupate Kaur, Bengkulu.

Akan tetapi di sisi lain, ada juga kelompok masyarakat yang bisa “diberangkatkan” haji tanpa melalui proses yang melelahkan. Tanpa harus menunggu. Tanpa harus membayar satu rupiahpun. Bahkan mereka terbilang sangat mampu, memiliki uang yang berlimpah, bahkan sudah berkali-kali pergi haji. Mereka itu adalah orang-orang yang memiliki koneksi dengan menteri agama, setidaknya menteri-menteri agama sebelum Lukman Hakim Syaifuddin. Mereka, para penikmat haji gratis itu, diberangkatkan dengan mengambil jatah haji tiap daerah yang tidak terisi oleh si empunya jatah atau sisa kuota karena meninggal dunia, sakit atau alasan lainnya.

Kenyataan di atas itu terungkap dalam sidang mantan Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Senin (7/9) kemarin. Seperti diketahui, bekas Menteri Agama, Suryadharma Ali didakwa telah merugikan uang negara sebesar Rp 27.283.090.068,02 (Rp 27,3 miliar) dan SR 17.967.405 (SR 17,9 juta). Kerugian negara itu diakibatkan dari dugaan tindak pidana korupsi penyelenggaraan ibadah haji di Kementerian Agama tahun 2011-2014 dan penyelewengan Dana Operasional Menteri (DOM).

Dalam sidang itu, Suryadharma Ali mengakui telah membagikan sisa kuota haji ke sejumlah pihak, yakni anggota dan pimpinan DPR, kementerian dan lembaga, wartawan, tokoh organisasi agama, tokoh masyarakat dan tokoh publik. Bahkan, mantan ketua umum PPP ini menyebut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Amin Rais adalah bagian dari mereka yang menikmati kuota haji tersebut. Secara rinci Suryadharma membeberkan, diantara mereka yang menerima haji gratis ini, yaitu Paspampres Wapres (Budiono) lebih dari 100 orang, almarhum Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri 50 orang, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro 70 orang, Amien Rais 10 orang, Karni llyas (wartawan senior TV One) 2 orang, keluarga Suryadharma Ali 6 orang, KPK 6 orang dan sejumlah wartawan dari media cetak maupun elektronik.

SDA menjelaskan dalam sidang kemarin, pada penyelenggaraan haji setiap tahun dipastikan ada kuota haji yang tidak terserap. Begitupun, pada kuota haji tahun 2012 di mana sisanya mencapai lebih dari 2.000 orang. Menurut SDA, sisa kuota haji itu disebabkan dari adanya jemaah haji yang wafat, sakit keras, hamil serta tidak mampu melunasi.

Dengan dalil Undang-Undang Penyelenggaraan Haji yang menyebutkan Menteri dapat memperpanjang masa pendaftaran dengan menggunakan kuota bebas secara nasional, Suryadharma lantas membagi-bagikan sisa kuota haji. “Lalu, kami memberikan kesempatan kepada berbagai pihak, banyak sekali yang menginginkan tapi kuota sangat terbatas, tidak sebanding dengan permintaan,” kata Suryadharma

Mungkin diantara kita ada yang bertanya, apa yang ada dalam hati para penikmat haji gratis itu, ketika mereka tahu bahwa masih ada ratusan ribu bahkan jutaan orang sedang menunggu jatah keberangkatan? Yang sedang menunggu dalam daftar tunggu? Apa yang ada dalam hati para penikmat haji gratis itu ketika mereka membaca atau melihat di layar tv ada tukang becak, juru parkir, pemulung, pedagang rongsokan, loper koran, janda tua yang miskin bisa berhaji setelah menabung puluhan tahun baru bisa pergi haji? Mungkin mereka berkata, “Itu bukan urusan gue.”

Oleh karena itu, kita berharap agar menteri agama yang sekarang masih punya hati nurani sehingga kejadian ini tak terulang lagi. Semoga. (darso arief/thayyibah.com)

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.