Ekonomi

Berani Bangkrut

Oleh: Joko Intarto Inilah orang gila yang menjadi salah satu mentor bisnis saya. Namanya Pak Wahyu Indra Sakti Saidi. Gelarnya banyak. Yang saya ingat hanya dua: Doktor dan Insinyur. Alumni ITB itu memilih jadi enterpreneur ketika karirnya di perusahaan operator jalan tol sedang moncer-moncernya. Di kartu nama ia menyebut jabatannya sebagai “Alumni ITB, Tukang Bakmi”. Pak Wahyu memang banting setir ...

Read More »

Mediator Pandemi

Oleh: Joko Intarto Kawan saya sedang gundah. Gara-gara selembar surat somasi dari sebuah stasiun televisi. ‘’Ini somasi kedua,’’ kata pimpinan biro iklan itu dengan nada masygul. Sudah 10 tahun ia memasang iklan di stasiun TV itu. Lancar-lancar saja. Baru sekali ini ia kesandung masalah. Dampak pandemi. Persoalan bermula pada awal tahun 2020. Biro iklan itu menerima order pemasangan iklan di ...

Read More »

Susah Kantor

Oleh: Joko Intarto Buat saya ini kabar baik. Bisnis di Jakarta sudah mulai menggeliat lagi. Gedung perkantoran yang megah itu memang masih banyak yang tutup. Tetapi coworking space penuh. Saya sudah berkeliling di seluruh kawasan Tebet: Barat dan Timur. Lebih dari 8 coworking space saya kunjungi. Tidak ada space yang bisa saya sewa untuk 3 hari pada pertengahan November mendatang. ...

Read More »

Sauna Menua

Oleh: Joko Intarto Bikin tempe skala kecil ternyata beda dengan skala menengah. Pasti juga akan berbeda pada skala besar. Ternyata mengelola jamur tempe itu gampang-gampang susah. Sejak tanggal 1 Oktober 2021, tempe Mbah Bayan berproduksi dengan fasilitas kerja baru. Ada mesin pengupas kulit kedelai dan ruangan khusus untuk merendam, merebus, menguleni ragi, membungkus dan memeram. Harapan saya produksi tempe bisa ...

Read More »

Cari Pusing

Oleh: Joko Intarto Tanda-tanda usaha yang berkembang positif itu mulai sering muncul: makin sering pusing. Sebab, masalah kian banyak. Itulah yang saya alami dalam bisnis tempe Mbah Bayan. Sumber kepusingan kali ini berasal dari distribusi. Ada 700 bungkus tempe yang harus dikirim ke Jogja pada hari Rabu, 22 September 2021. Tempe harus dikirim hari itu. Tidak boleh mundur. Hari Kamis ...

Read More »

Marketing Tempe

Oleh: Joko Intarto Walau produknya ‘hanya’ tempe, ternyata butuh strategi juga dalam memasarkan. Menjual tempe tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Seperti apa? Untuk lali pertama saya menerima laporan penjualan tempe Mbah Bayan dari warung-warung. Laporan sementara yang disampaikan Cuplis, penanggung jawab pemasaran, cukup menggembirakan. Dari tiga warung yang menjual, dua di antaranya kehabisan stok. Produk tempe murni berbahan kedelai ...

Read More »

Matematika Bisnis

Oleh: Joko Intarto Mesin bisnis mulai dipanasi. Pabrik tempe mulai siap-siap merekrut reseller di seputar desa hingga radius 5 Km. Paling jauh kota Purwodadi. Berharap mendapat reseller orang-orang yang ingin berwirausaha dengan modal kecil seperti siswa SMK, keluarga korban PHK dan pensiunan pegawai. Ada ilmunya? Ada. Dasar ilmunya matematika. Saya bisa berbagi pengalaman karena dulu saat SMP dan SMA menjual ...

Read More »

Lombok Nehi Nehi

Oleh: Joko Intarto Kebangetan. Kalau datanya valid. Indonesia ternyata mengimpor lombok alias cabai dengan jumlah yang cukup fantastis. Data yang beredar menyebutkan impor cabai terbesar berasal dari India. Disusul China. Ada pula yang diimpor dari Malaysia dan Spanyol. Membaca informasi impor komoditas pertanian itu membuat saya gemas. Punya sawah subur. Punya tenaga kerja banyak. Impar-impor saja kerjanya. Saya ingat dongeng ...

Read More »

Mbah Bayan

Oleh: Joko Intarto Ini ide bisnis yang lebih konkret. Setelah sebulan di Grobogan. Menamani ibu saya yang sedang sakit (sekarang dirawat di ICU RS Permata Bunda). Setelah mengamati dengan berbagai perspektif, ketemu ide bisnis sederhana: Membuat usaha kecil tempe dan tahu berbahan kedelai lokal varietas Grobogan yang terkenal bergizi tinggi itu. Tenaga pembuat tempe dan tahunya sudah ada. Ia bekerja ...

Read More »

Diferensiasi Produk

Oleh: Joko Intarto Selesai salat subuh di mushala RS Permata Bunda, Grobogan, saya sempatkan jalan kaki di sekitar rumah sakit. Begitu keluar dari kompleks rumah sakit, pandangan saya tertarik pada x-banner kecil di seberang jalan. Tampak seorang ibu sedang menunggui dagangannya. Saya pikir ia berjualan bubur. Ternyata nasi tim khusus bayi. Di sekitar RS itu, hanya ibu tersebut yang menjual ...

Read More »