Oleh : Joko Intarto

Kalau membuat aturan berbau duit, para pejabat pemerintah di Konoha memang pinter dan kreatif. Kali ini, muncul aturan baru yang mewajibkan para nelayan pemilik perahu untuk memasang VMS (vessel monitoring system). Aturan ini ditolak di NTB, yang berbuntut pemogokan massal para nelayan di Kabupaten Lombok Timur.
VMS adalah perangkat digital untuk memonitor posisi perahu nelayan. Dengan adanya VMS, konon perahu bisa diketahui keberadaannya dengan akurat sehingga memudahkan dalam memberi pertolongan bila mengalami kedaruratan.
Mengapa nelayan menolak? Cek per cek, penolakan itu disebabkan oleh harga alat dan sistem langganannya yang ngeri-ngeri sedap:
– Biaya pengadaan alat Rp10 juta per unit (sekali beli).
– Biaya langganan system Rp4 juta – Rp7 juta per unit per tahun.
Pinter gak tuh? Nelayan disuruh beli alatnya secara mandiri. Sedangkan alat itu hanya berfungsi kalau berlangganan systemnya. Bikinan vendor alias pihak ketuga pula. Kalau beli alat saja tanpa bayar langganan sistem, sama saja nelayan itu membeli handphone tanpa SIM card. Keren kan, otaknya?
Secara teori, VMS itu benar. Tapi apakah VMS itu satu-satunya alat yang bisa digunakan? Apakah tidak ada alat lain yang fungsinya sama, tapi hanya menggunakan aplikasi android yang diakses melalui smartphone dengan biaya langganan ratusan ribu rupiah saja setahun?
Saya yakin teknologi digital selain VMS itu ada.
Berdaaarkan penelusuran Meta AI, ada beberapa opsi VMS yang digunakan di seluruh dunia, dari yang berbiaya mahal sampai gratisan.
*VMS Satelit*:
Menggunakan satelit untuk melacak lokasi kapal, VMS ini menawarkan jangkauan luas dan akurasi tinggi. Biaya: sekitar $1.000-$3.000 per tahun, tergantung pada jenis satelit dan layanan yang digunakan.
*VMS Seluler*:
Memanfaatkan teknologi seluler untuk melacak kapal, VMS ini lebih murah dan efektif untuk kapal yang beroperasi di dekat pantai. Biaya: sekitar $500-$1.500 per tahun, tergantung pada operator seluler dan layanan yang digunakan.
*VMS Open-Source*:
Beberapa proyek open-source seperti OpenVMS menawarkan solusi VMS yang gratis dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Di negara maju, VMS telah digunakan berbagai perusahaan operator kapal penangkap ikan berskala global. NOAA Fisheries menggunakan VMS untuk memantau kapal penangkap ikan di perairan AS. Begitu pula Global Fishing Watch menyediakan platform VMS untuk memantau kapal penangkap ikan secara global.
Jangan bayangkan kapal ikan milik perusahaan global dengan Amerika Serikat itu sekelas perahu milik nelayan Lombok Timur. Maka menetapkan teknologi VMS mahal dengan biaya mahal merupakan keputusan yang tidak masuk akal.
Kalau ada yang gratis, mengapa harus pakai yang berbiaya mahal? Otak pejabat memang banyak yang konslet. Murah saja susah cari cuan. Apalagi gratis?