Breaking News

Tempe Kluwak

Oleh: Joko Intarto

Tempe kluwak bukan resep baru. Masyarakat mengenal resep ini secara turun-temurun. Di Purwodadi disebut tempe pindang. Di Betawi namanya tempe pucung.

Nama bisa berbeda. Bumbu utamanya sama: kluwak atau kluwek yang menghasilkan warna coklat kehitaman dengan aroma dan rasa yang khas.

Dulu, saat masih kanak-kanak, Mbah Rayi sering memasak tempe pindang untuk menipu perut anak dan cucunya. Lazimnya pindah itu dimasak dengan daging ayam kampung. Apa daya harganya mahal.

Tidak ada ayam, tempe pun jadi. Kami menikmati kelezatan tempe pindang sambil membayangkan sedang melahap ‘pupu gending’ ayam jago yang paling gemuk.

Pagi tadi saya bisa bernostalgia merasakan kembali tempe pindang racikan Bulik In. Di keluarga besar saya, masakan Bulik In hanya kalah oleh resep Mbah Rayi.

Bulik In langsung membuat 100 potong tempe sumpil Mbah Bayan. Saya tidak bosan-bosannya mencicipi sampai menghabiskan 8 potong. Enak, lapar, doyan atau rakus?

Kalau dibuat warung makan ala desa, tempe pindang sepertinya menarik. Satu porsi nasi putih dengan guyuran sayur pindang dan dua potong tempe pindang ditambah segelas es teh manis bisa dijual dengan harga Rp 5.000. Cukup terjangkau masyarakat kebanyakan, tetapi bergizi tinggi.

Sayangnya durasi memasak tempe pindang kali ini kurang lama. Bumbu belum meresap sampai ke tempe bagian dalam. Namun secara rasa sudah nendang banget.

(Foto-foto : JTO)

Saya menjagokan tempe pindang menjadi salah satu produk tempe olahan siap saji untuk dapur umum Lazismu dalam pertolongan korban  bencana, selain RendangMU.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur