Breaking News
(Foto : Anif Punto Utomo)

15 Purnama untuk 1.000 Kilometer

Oleh: Anif Punto Utomo

(Foto : Anif Punto Utomo)

Awal Juli 2020 di sebuah toko olahraga di Pejaten Mall. Saat itu kemampuan lari saya sudah bertambah, terutama sejak diikutkan dalam ‘klub’ lari Kageogama di aplikasi Strava: Kageogama Running.

Begitu berada di lingkaran para pelari itu, saya seperti tersemangati. Kekuatan berlari yang tadinya sulit untuk bisa mencapai 5 kilometer (Km), begitu masuk ‘klub’ tak sampai dua bulan tembus 5Km. Mulailah berkeinginan memiliki sepatu khusus lari. Sebelumnya hanya sekadar sepatu olahraga.

Seperti sebagian besar orang, ketika mencari sepatu olahraga, yang dicari adalah sepatu dengan logo ‘centang’ dan ‘garis tiga sejajar’. Di toko olahraga itu pun saya langsung menuju ke area kedua merek tersebut. Pilih sana-pilih sini, belum ada yang cocok.

‘’Ini ada yang bagus pak, disukai bule,’’ kata seorang pelayan ketika melihat saya agak kebingungan memilih.

Wah begitu disebut bule, mental inlander langsung muncul. Bagus berarti, bule saja suka. Sepatu itu bermerek Br**k.

‘’Saya kok belum pernah dengar merek itu?’’ pertanyaan polos dari orang yang bukan olahragawan.

“’Iya pak, di Indonesia banyak yang nggak kenal, tapi nggak tahu bule-bule banyak yang suka.’’

Makin tertarik. Ketika saya coba di nomor yang pas, enak juga. Empuk, presisi. Harganya? Setara dengan dua merek beken tersebut.

‘’Tapi ini pas ada diskon 50 persen pak,’’ kata pelayan.

Waduh, iman gampang goyah kalau ada barang bagus dengan harga miring.

‘’Oke mas, bungkusss.’’ Dibungkus lah sepatu lari itu berikut kaos kaki abu-abu.

Maka sejak 12 Juli 2020 sepatu Br**k warna hitam itu mulai mengaspal. Kaos kaki abu-abu selalu menemani, pakai-cuci, pakai-cuci.

Sepatu itu sudah menyusur jalan di kawasan Kebagusan-Ragunan Jakarta, keliling kota Temanggung, Malioboro-Kraton Jogja, pantai Kuta Lombok. Sepekan dua-tiga kali lari. Biasanya hari Selasa, Jumat, dan Minggu.

Jarak lari variatif, antara 5Km sampai half marathon. Ya betul, pernah lari sejauh 21,1 km pada November 2020. Jarak terjauh yang saya tempuh (semoga November tahun ini bisa diulangi).

Sampai Jumat 17 September 2021, setelah melewati 15 purnama, sepatu kesukaan bule itu sudah menempuh 1.000 km. Masih enak dipakai, tapi sepertinya sudah saatnya pensiun. Beberapa bagian, terutama di lingkaran atas sudah sobek. Kaos kaki juga pensiun, pada Km 960 bagian jempol kanan sudah mulai berlobang.

Berlari sejauh 1.000 dalam waktu 15 bulan mungkin tidak terlalu istimewa. Tetapi untuk orang yang dua tahun lagi memasuki usia kepala-6, not bad lah.. hehehe. Salam sehat buat kawan-kawan.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur