Promo beasiswa Idaqu (Foto : yusufmansurnew)

Kuliah di Idaqu Mahal

Seribu Beasiswa Hanya Promo Diskon ala Yusuf Mansur

Promo beasiswa Idaqu (Foto : yusufmansurnew)

Kita tentu tau, ada himbauan agar tidak mudah tergiur membeli barang dengan diskon atau potongan harga besar. Promosi dengan diskon hanyalah rekayasa. Sebab, barang yang didiskon, sudah lebih dulu dinaikkan harganya berlipat-lipat. Sehingga walaupun didiskon hingga 50 persen, penjual tetap meraup untung besar. Ini adalah tekhnik pemasaran untuk menjerat masyarakat. Seperti itu pula yang dilakukan Yusuf Mansur dengan Institut Darul Qur’an (Idaqu) yang baru didirikannya.

Terletak di tengah pemukiman padat di Cipondoh, Tangerang, yang memang tak jauh dari rumah Yusuf Mansur ini, Idaqu baru didirikan Maret tahun lalu. Dalam brosurnya, Idaqu disebut memiliki enam jurusan. Yakni Ilmu Alquran, tafsir, ilmu hadis, pendidikan guru madrasah ibtidaiyah, bimbingan dan konseling pendidikan Islam, hukum manajemen syariah, dan manajemen bisnis syariah.

Umumnya lembaga pendidikan yang baru, tentunya butuh proses panjang menuju pengakuan dari regulator berupa akreditasi dan bentuk pengakua lainnya. Juga, kualitas pendidikan yang dijalankan juga butuh waktu yang tidak pendek untuk mendapatkan pengakuan masyarakat.

Tapi semua proses di atas dinafikan oleh Yusuf Mansur. Menurutnya, Idaqu saat ini digambarkan sebagai ‘kampus milienial’ yang bernuansa Islami. Padahal mahasiswa yang terdaftar menurut pengakuan Zubair, salah satu panitia penerimaan mahasiswa baru, berjumlah 300 orang. Padahal kenyataanya belum tentu sebanyak itu. Perkuliahan juga belum dimulai. Dan, ini yang bombastis, ada program beasiswa untuk seribu orang (mahasiswa). Wow..!

Secara umum, beasiswa itu dapat diartikan sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada individu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penghargaan itu dapat berupa akses tertentu pada suatu instansi atau penghargaan berupa bantuan keuangan.

Lalu, kepada siapa seribu beasiswa itu diberikan Idaqu dan berupa apa beasiswa itu? Untuk memperjelas masalah ini, Kamis (29/7) penulis mendatangi kantor pelayanan penerimaah mahasiswa baru Idaqu. Di sana, penulis diterima oleh Zubair. Pria asal Madura ini mengaku sebagai panitia penerimaan mahasiswa baru dan dosen Idaqu.

Kepada penulis, Zubari jelaskan, program seribu beasiswa Idaqu diberikan kepada siapa saja yang mau mendaftar sebagai mahasiswa. Tak terkecuali.  Ini sebagai bentuk keberpihakan Idaqu kepada bangsa yang sedang dilanda pandemi, demikian alasan normatif dari Zubair.

Lebih lanjut Zubair menjelaskan, Idaqu memungut biaya pendidikan setiap semester kepada semua mahasiswa sebesar 5,6 juta hingga 7 juta. Angka ini masih ditambah dengan biaya daftar ulang, pengembangan dan ada beberapa jenis pembiayaan lagi. Jadi, setiap mahasiswa akan dipungut biaya pendidikan sebesar 60 juta untuk jenjang pendidikan S1.

Nah, bagi mereka yang mendaftar sekarang, dengan hanya menyertakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) sudah diikutkan dalam program seribu beasiswa ini. Seribu beasiswa ini menurut Zubair adalah sebuah ‘relaksasi’. Artinya, mahasiswa mendapat pengurangan biaya pendidikan antara 10 sampai 20 juta dari 60 juta biaya pendidikan. “Jadi, kuliah di sini tidak gratis, tetap bayar,” tegas Zubair.

Bagaimana seorang mahasiswa bisa mendapat relaksasi? “Itu tergantung program pendidikan yang diambil,” jelas Zubair.

Jadi, meski diikutkan dalam program seribu beasiswa, setiap mahasiswa tetap dipungut biaya pendidikan antara 30 sampai 50 juta.

Walaupun sudah mendapat pengurangan, biaya kuliah di Idaqu ini masih terbilang mahal untuk sebuah perguruan tinggi swasta (Islam) yang belum juga seumur jagung.

Jadi, seribu beasiswa Idaqu dari Yusuf Mansur itu hanyalah sebuah tehnik pemasaran. Sepertinya memberikan diskon besar tapi terlebih dahulu menaikkan harganya di depan. Yusuf Mansur dan Idaqunya tetap memungut biaya tinggi untuk Idaqu. Karena itu, hati-hati dengan barang diskon. Karena biasanya tak berkualitas. Wallahu a’lam.

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.