Breaking News
(Foto : Tribun)

Kurban atau Korban?

Oleh: Joko Intarto

(Foto : Tribun)

Dunia ini….

Panggung sandiwara….

Ceritanya luar biasa…

 -God Bless-

Telepon saya berdering. Seorang kawan yang sudah 15 tahun tidak bersua, menelepon. Kami pun ngobrol gayeng. Dari soal kesehatan sampai resep menghindari Covid-19.

Ia kemudian bercerita soal bisnis barunya. Di negara tetangga. Ia akan ke negeri jiran itu, besok pagi. Saya pun mengucapkan selamat dan mendoakan keberhasilannya.

Saya selalu senang mendengar kabar ada kawan yang berhasil menemukan peluang bisnis dalam situasi krisis seperti sekarang.

Apalagi, ia mengaku berpartner dengan adik tokoh sentral di negara tersebut. Berarti bisnisnya bukan kaleng-kaleng lagi.

Pada ujung cerita, ia bertanya apa saya bisa kirim ‘amunisi’ untuknya. Saya pura-pura bego. Saya ingin ia menjelaskan dengan gamblang: Maksud amunisi itu.

Ternyata ia minta ditransfer sejumlah uang. ”Gak usah banyak-banyak. Rp 20 juta saja,” katanya.

Eits! Saya langsung pasang kuda-kuda. Bahaya nih. Beberapa menit sebelumnya ia bercerita soal bisnisnya di luar negeri berpartner dengan adik orang nomor satu di sana. Kok uang Rp 20 juta saja gak punya?

Lagi pula, apa urusannya dengan saya? Partner bisnis  saya pun tidak sama sekali.

Kejahatan penipuan melalui telepon umumnya berhasil ketika perasaan korban bisa dipengaruhi. Saat itulah pelaku akan memerintahkan korban untuk melakukan yang ia perintahkan. Misalnya, diminta ke ATM untuk mentransfer dana.

”Kalau gak ada Rp 20 juta, separohnya saja gak apa apa,” katanya dengan enteng. Nadanya seperti saya minta staf keuangan untuk membayar tagihan saja.

Setelah menutup pembicaraan, saya segera blokir nomor teleponnya. Siapa tahu, nomor tersebut di-hack orang jahat. Atau teman saya yang berubah jahat setelah 15 tahun?

Berhati-hatilah. Kasus serupa bisa juga menimpa Anda. Kalau sekarang saya Anda punya uang Rp 20 juta, pilih beli sapi kurban atau jadi korban?

About Redaksi Thayyibah

Redaktur