Breaking News
(Foto : Islampos)

Orang Miskin Kurang Ibadah?

(Catatan Kritis Buat Yusuf Mansur)

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

(Foto : Islampos)

Yusuf Mansur kembali bikin ulah dengan pernyataannya. Dalam sebuah acara di stasiun tivi swasta, Jum’at (16/4) pekan lalu, Yusuf Mansur dengan entengnya menyalahkan orang-orang miskin itu karena kurang ibadah. “Mohon maaf nih, kalau Anda miskin, coba cek, pasti Anda kurang ibadah,” begitu pernyataan yang keluar dari lisan Yusuf Mansur.

Pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari berbagai pihak, terutama di media sosial. Ada beberapa hal yang perlu dikritisi terkait dengan pernyataan yang a-historis tersebut.

Imam Bukhari dan Ibnu Majah mengeluarkan hadits yang dinarasikan oleh sahabat Sahl ibnu Sa’d. Ada seorang lelaki yang lewat di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu beliau bertanya kepada sahabat yang duduk di sebelahnya, “Bagaimana pendapatmu tentang lelaki itu?” Sahabat tersebut menjawab, “Lelaki itu orang yang paling mulia. Dami Allah, jika melamar, dia dinikahkan. Jika minta bantuan, dia dibantu.” Beliau diam. Tidak begitu lama, ada seorang lelaki lewat di depan mereka, lalu beliau kembali bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang lelaki ini?” Sahabat tersebut menjawab, “Wahai Rasulullah, dia adalah seorang lelaki miskin. Selayaknya jika melamar, dia tidak dinikahkan. Jika minta bantuan, dia tidak dibantu. Jika berkata-kata, kata-katanya tidak perlu didengar.” Kali ini Rasulullah menjawab, “Justru dia (lelaki miskin) itu lebih baik dari isi bumi ini.”

Dalam tarikh kita bisa membaca begitu banyak kisah-kisah Rasulullah bersama kaum fakir miskin. Beliau selalu membantu orang-orang yang tidak mampu, baik secara finansial, intelektual, maupun sosial. Jika beliau tidak punya sesuatu yang diberikan kepada si miskin, maka beliau meminta tolong kepada para  sahabatnya.

Anas ibn Malik meriwayatkan, bahwa pernah ada seorang lelaki Anshar datang menemui Rasulullah meminta sesuatu. Lalu beliau bertanya, “Apakah di rumahmu tidak ada apa-apa?” Lelaki itu menjawab, “Hanya ada pelana yang sebagian kami pakai, sebagian lagi kami gelar, serta sebuah wadah tempat kami minum.” Nabi lalu berkata, “Bawalah keduanya kepadaku.” Setelah lelaki tersbut membawa kedua barangnya dari rumah, Rasulullah lalu melelng dua barang tersebut kepada para sahabatnya.

Dua barang tersebut akhirya laku 2 dirham. Rasulullah berpesan kepada lelaki itu, “Belikan 1 dirham untuk makanan lalu berikan kepada keluargamu. Satu dirham lagi belikan kapak lalu  bawa kembali kepadaku.” Setelah lelaki tersebut datang lagi membawa kapak, Rasulullah bersabda, “Berangkatlah kamu mencari kayu bakar, lalu juallah. Aku tidak ingin melihatmu selama 15 hari.”

Setelah 15 hari, lelaki Anshar tersebut mendatangi Rasulullah, dan membawa 15 dirham sebagai hasil jualan kayu bakar. Lalu beliau bersabda, “Itu lebih baik bagimu daripada permintaanmu itu datang pada hari kiamat seperti noda. Sebab permintaan itu tidak pantas kecuali bagi orang fakir yang merendahkan, orang yang berutang mengerikan, dan dendaan yang memberatkan.” (HR. Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan Baihaqi).

Begitulah salah satu cara Rasulullah memberi solusi terhadap kemiskinan seseorang. Pesan moral dari kisah diatas adalah, bahwa Rasulullah selallu memberi solusi terhadap persoalan-persoalan kemumatan. Pertanyaannya, apakah para sahabat Rasulullah yang miskin itu kurang ibadahnya?

Coba tengok Abu Dzar, orang alim, ahli ibadah, dan miskin. Lihatlah Abdulah ibn Mas’ud, qori Rasulullah, ahli ibadah, juga miskin. Baca sejarah hidup Abu Hurairah, perawi hadits yang terkenal itu, ahli ibadah, dan miskin. Abu Hurairah tinggalnya di emperan masjid Nabawi.

Simak pula hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim tentang posisi orang-orang miskin ini di kahirat, kelak. “Aku berdiri di pintu surga. Umumnya yang masuk adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya tertahan…”

Dari pemaparan diatas, nampaklah,  pernyataan Yusuf Mansur bahwa orang miskin itu kurang ibadahnya, adalah pernyataan yang tidak didasarkan kepada fakta-fakta sejarah dan kearenanya a-historis. Pernyataan tersebut hanya keluar dari orang-orang yang tidak membaca sejarah dan tidak mendalami hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wallahu A’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur