Breaking News

Di Rumah Kopi Simon Levelt, Kopi Indonesia yang Dipuji

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Siang itu saya diajak meninggalkan kota Utrecht, melaju menuju tempat bernama Haarlem. Ada sebuah rumah kopi dan teh yang secara khusus mengembangkan seni roasting dan percampuran kopi (oploskoffie). Terletak di Barteljorisstraat 36, 2011 RB Haarlem, Belanda. Rumah kopi bernama Simon Levelt memproduksi bermacam kopi yang dibedakan berdasarkan smaakprofielen alias profil citarasa ke dalam beberapa kategori. Disamping mereka juga menjual kopi instant. ⁣⁣
⁣⁣
Ada lima profil rasa yang mereka tawarkan. Bagi yang ingin menikmati kopi yang kuat, dapat memilih kopi dari rumpun profil robuust dan pittig. Atau yang sedikit lebih kalem, tetapi tetap sangat powerful dapat memilih kopi dengan profil vol and krachtig. Yang halus dan masih terasa utuh mantap rasa kopinya, rond and soepel. Adapun bagi yang ingin lebih halus mendayu, rasa kopinya agak pertengahan, aromanya kuat sembari memanjakan penciuman, profil mild and aromatisch. Adapun untuk profil licht and fruitig cocok buat mereka yang senang kopi ringan, citarasa buahnya menonjol, mendayu dan penuh warna semisal Geisha Panama untuk yang single origin. Tetapi Simon Levelt menawarkan citarasa lebih kaya, terutama oleh sentuhan roasting dan racikan mereka, serta padu-padan profil roastingnya di setiap produk.⁣⁣
⁣⁣

(Foto-Foto : Dokumentasi M. Fauzil Adhim)

Saya bukan termasuk penggemar profil yang terakhir. Tetapi yang ingin saya ceritakan bukan itu. Selama di Utrecht, sebenarnya saya menginap di hotel milik pabrik kopi tertua di sana, yakni Jacobs Douwe Egberts (JDE). Seperti Simon Levelt, JDE juga memproduksi teh. Paling saya suka jika malam mendekati pagi, atau di tengah malam, wewangi kopi disangrai begitu semerbak sehingga saya memilih untuk membuka jendela kamar hotel, meskipun saat malam kadang suhunya di bawah 0 derajat, agar wewangi kopi bisa masuk dengan leluasa.⁣⁣
⁣⁣
Akan tetapi soal rasa dan pengolahan kopi, Simon Levelt menawarkan lebih. Apakah mereka menjual kopi specialty? Tidak. Inilah yang mengesankan saya. Begitu mulai berdialog tentang kopi, beruntung sekali ada yang lancar berbahasa Inggris sehingga saya dapat bercakap-cakap langsung tanpa penerjemah (maklum saya tidak bisa bahasa Belanda). Kopi yang awal ditawarkan adalah kopi Indonesia. Kopi Gayo yang ia puji. Saya pun bertanya, apakah kopi Gayo yang dijualnya specialty? Tidak, katanya, sebab specialty terlalu mahal. ⁣⁣
⁣⁣
Saya pun menyampaikan tidak mau beli kopi Gayo. Dia bertanya, mengapa. Saya sampaikan kalau saya sudah terbiasa ketemu kopi Gayo terbaik. Saya bilang, jangan tawarkan kepada saya kopi dari Indonesia karena setiap hari saya meminum kopi yang lebih baik daripada apa yang ada di situ. Bukankah yang memasok kopi ke Belanda pada awalnya bebijian kopi dari Indonesia? ⁣⁣
⁣⁣
Kami pun berdiskusi panjang mengenai kopi. Juga menyinggung tentang teh yang tidak dapat dilepaskan dari hubungan Belanda dan Turki Usmani di masa lalu. Hubungan yang meninggalkan jejak berupa, antara lain, taman tulips Keukenhof yang sangat masyhur. ⁣⁣
⁣⁣
Saya jadi teringat perjalanan ke Simon Levelt ketika siang tadi datang paket kopi hadiah untuk saya. Kopi Wonosobo. Ada empat bungkus. Robustanya termasuk fine coffee –kopi terbaik untuk jenis Robusta— dan Arabica-nya pun specialty. Sebuah kemewahan yang sulit didapatkan di Belanda. Saya membayangkan, agaknya kopi kita akan lebih berwibawa jika kita lebih gigih melakukan eksplorasi dan eksperimentasi agar kekayaan ragam kopi di negeri kita betul-betul dapat tergarap lebih optimal. Ingatlah, 70% jenis kopi terbaik Arabica ada di negeri kita.⁣⁣
⁣⁣
Agak berbeda dari beberapa kopi yang pernah saya dapatkan, hadiah kopi yang dikirimkan kepada saya mencantumkan roasting profile menggunakan istilah perkopian yang cukup masyhur. Yang saya terima kopi dengan profil full city; roasting yang agak cukup gelap. Soal rasa? Saya belum tahu. Saya belum membukanya karena masih banyak kopi. Kalau dari baunya, tercium sangat harum menunjukkan roasting yang bagus, meskipun tentu saja dipengaruhi oleh pemrosesan kopi sebelumnya. Penunjukan roasting profile –ini berbeda dengan profil yang dipakai oleh Simon Levelt—memudahkan kita memperkirakan citarasa dan aroma kopi tersebut.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur