Breaking News
Ustadzah Kingkin Anida (Foto : Tengerangnet)

BUKANLAH AIB

Tentang Ustadzah Kingkin Anida

Oleh: Satria Hadi Lubis

Ustadzah Kingkin Anida (Foto : Tengerangnet)

Bukanlah aib, jika ada yang menceritakan kisah ujian hidup (ibtila’) seseorang untuk menjadi pelajaran tentang iman dan semangat hidup kepada kita. Itulah sebabnya di dalam al Qur’an bertebaran kisah ujian hidup yang dialami para nabi. Ada nabi yang dikucilkan, disiksa, dipenjara dan dibunuh.

Itulah sebabnya ada buku-buku para ulama yang menceritakan kisah ujian hidup yang dialami ulama lainnya. Ada kisah Imam Abu Hanifah yang dipenjara, Imam Malik yang dicambuk, Imam Syafi’i yang dirantai dan diarak sepanjang jalan.

Itulah sebabnya ada buku-buku yang menceritakan ujian hidup yang dialami para da’i abad ini. Ada kisah Hasan al Banna yang dibunuh, Sayyiq Qutb yang digantung, dan Zainab al Ghazali yang dipenjara bertahun-tahun. Bahkan Zainab al Ghazali menulis sendiri kisah ujian hidupnya di penjara dalam sebuah buku yang terkenal “Hari-Hari dalam Hidupku (Ayyam min Hayatii)”.

Itulah sebabnya saya juga menulis di medsos ini tentang kisah ujian hidup istri saya, Ustadzah Kingkin Anida, yang tanggal 10 Maret 2021 nanti genap 5 bulan berada di penjara karena dilaporkan menyebarkan hoax undang-undang omnibuslaw.

Walau tentu “penderitaan” Ustadzah Kingkin Anida di penjara tidak sebesar apa yang dialami oleh Zainab al Ghazali yang sampai disiksa secara fisik. Apalagi dibandingkan “penderitaan” yang dialami para pejuang Islam dan para Nabi, akan tetapi niat saya membuat tulisan tentang Ustadzah Kingkin Anida semata-mata untuk meningkatkan iman dan semangat hidup kita bersama. Sekaligus, memohon bantuan doa dari teman-teman sesama muslim. Semoga dengan bantuan doa teman-teman, Ustadzah Kingkin Anida bisa segera bebas dan bisa kembali berdakwah seperti semula.

Ustadzah Kingkin Anida pernah jadi caleg dari PKS (Foto : Banten.Suara)

Walau di penjara beliau tetap bisa berdakwah dengan mengadakan pengajian dan sholat berjama’ah lima waktu. Atau dengan membantu sesama tahanan memberikan semangat, doa dan bantuan berupa makanan, obat-obatan, perlengkapan ibadah dan pakaian. Namun kontribusi beliau yang lebih luas tentu bukan di dalam penjara, tapi di luar penjara.

Apalagi beliau berada di penjara bukan karena kejahatannya. Sekedar meng-copy paste tulisan orang lain, yang nilai hoaxnya masih bisa diperdebatkan (saksi dari buruh yang dihadirkan dalam persidangan bahkan mengatakan hal tersebut bukan hoax), sudah membuat Ustadzah Kingkin Anida masuk penjara sampai lima bulan atau bahkan lebih lama lagi. Berada di ruangan seluas 3×4 meter persegi berdesak-desakan bersama 11 orang lainnya beralaskan triplek dan kain/sajadah. Makan, minum, tidur dan buang air di ruangan yang sama. Dengan kondisi fisik yang makin melemah. Sungguh, hanya kesabaran saja yang membuat beliau di usia 55 tahunnya mampu bertahan.

Jadi bukanlah aib, jika saya menuliskan sedikit saja kisah tentang Ustadzah Kingkin Anida di balik penjara, yang atas takdir Allah menjadi istri saya. Saya malah bercita-cita kelak jika beliau keluar dari penjara, saya akan menulis buku tentang kisah hidup yang beliau alami untuk menjadi pelajaran bagi kita semua.

Sungguh, bukan orang yang jahat saja yang berada di dalam penjara. Sebaliknya, bukan orang yang baik saja yang berada di luar penjara.

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur