Breaking News
(Foto : Istimewa)

Ketika Al Baqilani di Istana Konstantinopel

Oleh: Akamal Burhanuddin Nadjib

(Foto : Istimewa)

Muhammad bin Ath Thayyib bin Muhammad bin Jafar bin Al Qasim adalah ulama besar yang lahir tahun tahun 338 H  dan wafat 402 H. Beliau dikenal dengan nama Al Qadhi Abu Bakr Al Baqilani Al Bashri.

Di masanya, dia yang diutus oleh Khalifah Al Abbasi untuk menerima undangan Kaisar di Konstatinopel untuk berdebat dengan para pendeta Nasrani. Kejadian ini terjadi pada medium tahun 371 H.

Mendengar kabar bahwa undangan diterima oleh Khalifah Al Abbasi dan akan ada wakil yamg diutus, maka sang kaisar telah mempersiapkan berbagai skenario untuk mempermalukan utusan khalifah itu.

Kegembiraan kaisar bertambah ketika mengetahui bahwa yang diutus adalah Abu Bakar Al Baqilani, ulama yang terkenal kecerdasannya.

Mulailah kaisar memerintahkan anak buahnya untuk memendekkan pintu masuk menuju istana. Tujuannya agar Baqilani merunduk seperti orang yang ruku pada saat masuk ke dalam istana. Merunduknya Baqilani dihadapan raja dan jajaran istana dianggap sebagai ketundukan dan kehinaan.

Ketika sampai di depan istana, Baqilani mengetahui rencana jahat kaisar. Tak ingin terjebak dengan permainan Kaisar, maka Baqilani memasuki istana dengan memutar badannya dan berjalan mundur dengam membungkuk membokongi kaisar. Kaisar terkejut ketika melihat hal yang tidak diduga-duga dilakukan Baqilani dan menjadi pukulan telak.

Saat telah berada dalam istana, Baqilani memberikan penghormatan kepada kaisar dan jajaran istana. Kemudian beliau menuju kepada pendeta yang paling tua dan senior sambil bertanya,

“Bagaimana kabar kalian, istri dan anak-anak?”

Mendengar pertanyaan itu Kaisar sangat marah kepad Baqilani, sambil mengatakan :

“Apakah Anda tidak tahu jika pendeta-pendeta kami tidak menikah dan tidak punya anak keturunan?!”

Dengan senyum Baqilani menjawab, “Allahu Akbar, kalian membela bahwa pendeta kalian tidak menikah dan tidak punya anak, namun menuduh Tuhan kalian menikahi Maryam dan melahirkan Isa.”

Kaisar bertambah marah mendengar jawaban Baqilani. Kemudian kaisar melemparkan pertanyaan kepada Baqilani dengan sinis, “Bagaimanakah pendapat anda terhadap yang dilakukan oleh Aisyah?”

Baqilani menjawab, “Jika Aisyah رضي الله عنها telah mendapatkan tuduhan yang keji dari orang-orang munafik, kalian juga telah melakukan tuduhan terhadap Maryam. Padahal keduanya adalah bersih dari yang dituduhkan. Namun realitanya, Aisyah menikah tapi tidak memiliki keturunan. Sebaliknya, Maryam punya keturunan, tapi tidak menikah. Jika demikian, siapakah yang lebih kejam melakukan tuduhan? padahal keduanya bersih dari segala tuduhan”.

Kaisar semakin dibuat marah atas jawaban Baqilani. “Baik, kalo begitu apakah nabi kalian ikut berperang?” tanya Kaisar.

“Iya, Nabi kami ikut berperang,” jawab Baqilani

“Apakah ia berada di barisan terdepan dalam dalam berperang?” tanya kembali Kaisar.

“Iya, beliau di barisan terdepan dalam berperang,” jawab Baqilani

“Apakah dia memenangkan pertempuran?” selidik kaisar.

“Iya, beliau menang dalam pertempuran,” jawab Baqilani

“Apakah ia juga pernah mengalami kekalahan dalam pertempuran?” tanya kaisar lagi.

“Iya, beliau juga pernah kalah dalam perang,” ucap Baqilani

Dengan penuh kesombongan dan senyum menghinakan, kaisar mengatakan, “Luar biasa, bagaimana mungkin nabi bisa kalah dalam pertempuran?

“Lah, bagaimana mungkin Tuhan bisa disalib?” pertanyaan balik dari Baqilani kepada Kaisar.

Kaisar terdiam tak bisa berkata apa-apa.

 

(Maraji : Tarikh Baghdad 5/379 karya Al khatib Al Baghdadi, Darul Kutub Ilmiah)

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur