Breaking News
Gus Nur (Foto : Istimewa)

SEJENAK BERSAMA GUS NUR

Oleh: Azwar

Gus Nur (Foto : Istimewa)

Beberapa minggu yang lalu. Di Kota Surabaya. Di rumah mbak Ummu Aisha. Setelah mencicipi Nasi Biryani. Setelah selesai Sholat magrib dan jama isya berjamaah. Imamnya Gus Nur (GN).

Setelah itu kami diskusi ala podcast GN. Disela-sela podcast, saya bertanya, “Apa Gus Nur seorang NU?”

GN tertawa. Dengan gaya khasnya beliau jawab “Saya qunut. Saya tahlilan, silahkan Ustadz artikan sendiri”.

GN memanggil saya Ustadz juga. Sebutan yang sempat saya protes.

“Beberapa kali saya tonton ceramah, juga podcast di chanel youtube. Sepertinya terkesan bermasalah dengan NU?”

“NU itu organisasi besar. Sebagai umat Islam saya tidak mungkin bertentangan dengan ormas Islam. Saya cuma mengkritisi oknum-oknum Pengurus NU yang sekarang malah merusak NU dari dalam. Ibarat bus, NU itu bus yang sangat bagus. Bus kebanggaan Umat Islam Indonesia. Bus kebanggan kita. Cuma sekarang sopir dan kondekturnya menurut saya bermasalah, bus mereka bawa ugal-ugalan, bus mereka bawa ke jalan yang salah. Mereka yang saya kritisi”.

Saya mengangguk setuju. Saya sebagai orang NU juga merasa kepengurusan NU yang sekarang sudah jauh melenceng dari khittahnya. Akrab dengan penguasa. Akrab dengan saudara-saudara non Muslim.

Tapi sering ribut dan bermasalah dengan kelompok umat yang dianggap berseberangan dengan pemerintah. Sekalipun sama-sama NU. Misalnya pelarangan ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS) di Jepara beberapa tahun yang lalu.

Saya juga meyakini apa yang disampaikan oleh GN juga banyak diamini dan disepakati oleh kawan-kawan NU yang lain. Khususnya ummat NU diluar Pulau Jawa.

Hanya saja penyampaian kritik oleh GN mungkin saja dianggap terlalu keras dan menyakitkan oleh beberapa oknum pengurus NU yang sekarang. Tapi tentu saja rasanya jauh lebih pantas dan lebih rahmatan lil alamin kalau perbedaan pendapat ini diselesaikan secara kekeluargaan. Toh masih sesama saudara muslim. Sesama NU lagi.

Belum terlambat untuk saling memaafkan. Belum terlambat untuk mencabut pelaporan. Saya yakin Hadratus Syaikh meneteskan air mata di alam sana melihat sesama NU saling cakar-cakaran. Saya meyakini Baginda Rasulullah juga sangat sedih melihat umatnya terpecah-belah gara-gara perbedaan khilafiyah.

Semoga kita semua bisa saling memaafkan dan saling introspeksi diri.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur