Breaking News
Aksi Mayor (Purn) Mohammad Sales di DPR menolak RUU HIP Kamis, 16 Juli 2020 (Foto : Youtube)

DEMONSTRASI RASA AMBYAARR

Oleh: Muhammad Nur Lapong

Aksi Mayor (Purn) Mohammad Sales di DPR menolak RUU HIP Kamis, 16 Juli 2020 (Foto : Youtube)

Kamis, 16 Juli 2030 Jam 17.00 WIB sore hari, saudara Yayan 2M aktivis seniman Jalanan ForJIS yang bermukim di Guntur 49, Pencipta Lagu Revolusi, pulang ke kantor Gondangdia terlihat kelelahan dengan wajah bersungut kecewa, menyandang Gitar electricnya hasil pemberian Liues Sungkarisma.

Saya nyeletuk bertanya kepadanya. “Ada apa kawan, kok pulang demo nggak happy?” Sambil benak saya menerawang ke masa silam 20 tahun bersamanya dkk sejak Reformasi menjadi demonstran, berharap, mengawal reformasi berjalan lurus.

Yayan menyahuti dengan nada masih kesel, “Ustad” (sebutan yang selalu dilekatkan kepada saya), “kecewa saya. Demo ribuan orang isinya hanya orasi dan selfi-selfi di depan Gedung DPR, ambyar ustad,” celutuknya dengan nada serius.

Saya bisa memahami kekesalannya, gaya dia menjadi demonstran yang progressif militan, revolusioner, sangat berbeda dengan harapannya pada demonstrasi akhir-akhir ini.

Dulu sejak era Gus Dur, Megawati sampai dengan SBY demo atau unjuk rasa dengan jumlah sebanyak demo hari itu, bahkan lebih sedikit, baik dengan mahasiswa, buruh, dan akrivis-elemen elemen oposisi, itu pintu DPR dipastikan akan jebol dan tuntutan menjadi terasa afdol karena ruang para anggota wakil rakyat di Senayan bergetar kencang, dan suara tuntutan rakyat menjadi tidak main-main sandiwara seperti opera sabun.

Jadi, dari kecamata saya bisa mengerti jika saudara Yayan uring-uringan tak puas dengan setiap demonstrasi akhir-akhir ini.

Saya mencoba menyenangkannya saja dengan berbagai argumentasi, “terakhir aku bilang. “Sudahlah Yan, trend demo hari ini seperti itu.”

Sambil pikiranku menerawang kewaktu proses PilPres. Ada sekian ulama, aktivis, jenderal purnawirawan yang masuk buih, ada HRS dan Muhtar Natsir masih bermukim di negara lain, bahkan ada sekian anak bangsa yang mati untuk sebuah harga diri agar negeri yang dicintainya menjadi lebih baik.

Saya akhirnya berandai, seandai saja saat demonstrasi 7 juta orang tersebut yang di Monas jebol istana dan DPR, mungkin cerita jadi lain.

“Sudahlah besok ada demo lagi Yan ikut lagi, berharap saja demo itu seperti yang kau inginkan.” kataku kepadanya.

Saat tulisan ini menjelang rampung, saya dikirimi Video teman saya Mayor (Purn) Mohammad Saleh Kr. Sila Ketua PETA (Pembela Tanah Air) saat di terima tatap mata dengan anggota DPR hari itu, oleh Mariska Lubis. Saya bangga dan merasa senang melihat dan mendengar statmentnya: “Saya kecewa dengan anda-anda sekalian sebagai wakil rakyat. Kalian kalo mau dicoblos datang ke rakyat mengemis-ngemis minta suara rakyat, ketika rakyat mau ketemu, anda sekalian pasang polisi, membenturkan rakyat dengan polisi. Kalian harus keluar menemui mereka, wakil rakyat apa kalian ini? Saya ini minta pensiun dini dari TNI karena saya sakit hati melihat rakyat saya terjajah oleh bangsa sendiri.”

Lanjutnya. “Kemaren Mahfud MD sebagai wakil pemerintah, telah mengumumkan menolak RUU HIP, jika kalian masih melanjutkan, berarti ada atau kalean ini Komunis? Saya yakinkan Revolusi Rakyat akan terbentuk!” Tegasnya sambil mengulang kalimat Revolusi Rakyat 3 kali.

Kemudian ada video yang dikirim oleh Irfan di WAG FA PETISI (Forum Alumni Perguruan Tinggi se Indonesia) mengomentari cuitan saya, mengenai demonstrasi kawan-kawan mahasiswa Makassar yang hari itu, seperti biasanya mereka selalu crash dengan aparat. Juga ada demo mahasiswa di depan DPR saat waktu senja yang juga crash dengan aparat mengikuti kawan-kawan mahasiswa di Makassar. Bravo atas militansi mahasiswa Indonesia! Semoga saja ilitansi mereka sebagai agen perubahan senantiasa terjaga.

Menurutku video Ketua PETA dan video demo mahasiswa sudah cukup mengangkat dan menggetarkan Senayan, jika demo lainnya yang dikatakan Yayan 2M terasa ammyar.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur