Breaking News
Petunjuk jalan bertuliskan wedding (pernikahan dalam bahasa indonesia) - Ilustrasi gambar

Kau Menikah untuk Apa?

 

Petunjuk jalan bertuliskan wedding (pernikahan dalam bahasa indonesia) - Ilustrasi gambar
Petunjuk jalan bertuliskan wedding (pernikahan dalam bahasa indonesia) – Ilustrasi gambar

thayyibah.com :: Pernahkah Anda berpikir, kenapa Anda menikah? Banyak orang-orang ketika ditanyakan kepadanya, “Apa obsesi Anda dalam menikah?”  Ia mengatakan, “Yah kebiasaan”.

Biasanya orang-orang yang telah bekerja, telah memiliki usaha, penghasilan, dia menikah.

Subhānallāh.

Bagaimana motivasi menikah dalam pandangan Islam? Dalam pandangan Islam, menikah bukanlah sekedar melampiaskan syahwat tapi  lebih daripada itu.

Tujuan pernikahan begitu besar dalam pandangan Islam. Ada seseorang yang dapat dijadikan sebagai cerminan tentang besarnya obsesinya dalam menikah.

Allāhu Akbar.

Dia seorang panglima, namanya Najmuddin Ayyubi, dia berada di Tikrit  (negeri Iraq).

Shahābatnya/temannya/saudaranya yang bernama Assadudin heran dan bertanya kepadanya:

“Wahai saudaraku Najmuddin, telah lama dirimu membujang seperti ini, kapankah engkau menikah?”

“Apa yang membuat engkau enggan untuk segera menikah?”

Dia mengatakan kepada saudaranya (Assadudin):

“Wahai saudaraku, aku belum menemukan seorang perempuan yang pas bagiku.”

Maka saudaranya bertanya:

“Wahai Najmuddin, sebegini banyak wanita tidak ada yang pas bagimu?”

Dia katakan:

“Ya, belum ada yang pas bagiku dalam menikah.”

Maka bertanyalah saudaranya Assadudin”

“Apa yang engkau cari? Siapa yang engkau cari? Kalau engkau mau, kalaulah engkau sudi saya akan  segera mendatangi putri dari raja kita, putri Sultan atau jika engkau mau kita akan berusaha meminang putri dari perdana menteri.”

Dia katakan:

“Wallāhi, putri perdana menteri, putri raja tidak ada yang pas buat ku.”

Mereka bertanya:

“Subhānallāh, tipe wanita bagaimana yang pas bagimu? Apa kekurangan mereka? Bangsawan, hartawan, cantik jelita, putri raja, putri perdana menteri, apa obsesimu dalam menikah? Siapa yang engkau cari?”

“Wahai Najmuddin, segeralah engkau menikah.”

Dia katakan:

“Aku ingin seorang wanita yang aku nikahi dan mengambil tanganku, membawa diriku kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla ke surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

Dia punya obsesi yaitu surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

“Kemudian aku akan berusaha melahirkan daripadanya seorang putra yang shalih, putra yang dididik dengan agama yang baik, putra yang kelak dididik menjadi besar, menjadi putra seorang pendekar yang dapat menaklukan Baitul Maqdis.”

Ketika itu Baitul maqdis dalam jajahan orang-orang salibis (orang-orang Nashara) dan sungguh antara Iraq dan Baitul Maqdis adalah perjalanan yang panjang.

Jadi apa obsesi Najmuddin di dalam menikah?

Dia ingin seorang perempuan yang siap sekiranya yang kelak melahirkan seorang generasi yang akan dididik dengan pendidikan Islam. Menjadi seorang penunggang kuda, menjadi seorang pahlawan yang akan memerdekakan Baitul Maqdis. Wallāhi, ini adalah merupakan obsesi yang begitu besar.

Dan berkata tatkala itu Assadudin:

“Dimana engkau dapati perempuan seperti ini?”

Dia katakan:

“Andai kata aku ikhlas, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla  mewujudkan untukku perempuan yang seperti ini.”

Hari berjalan, berganti dengan minggu, berganti dengan bulan, Najmuddin belum mendapatkan idaman hatinya, seorang wanita yang sesuai dengan keinginannya, memiliki cita-cita yang besar.

Suatu ketika di Tikrit dia mendatangi salah seorang ulamā yang memiliki majelis dimasjidnya. Datanglah Najmuddin dan dia duduk bersimpuh diantara murid-murid lainnya dan dia mendengarkan kajian ulamā tersebut.

Selepas kajian tiba-tiba dari balik tirai ada seorang wanita yang memanggil syaikh, maka seketika syaikh mendatangi asal suara tersebut dan bertanya:

‘Wahai Fulānah, bagaimana pemuda yang telah ku kirim kepadamu?”

Dia katakan:

“Wahai Syaikh, sungguh pemuda yang kau kirim kepadaku pemuda yang gagah perkasa, tampan rupawan, pemuda yang jika seseorang memandangnya akan terpana dan  terpesona dia layak menjadi seorang laki-laki yang tidak layak di tolak. Tetapi wahai Syaikh, sungguh aku tidaklah menganggap pemuda itu layak untukku (tidak layak untukku).”

Berkata Syaikh tersebut:

“Subhānallāh, apa yang engkau cari? Pria jenis apa yang engkau cari, wahai pemudi?”

Dia katakan:

“Wahai Syaikh, sungguh aku mencari seorang laki-laki yang siap memegang tanganku membawa ke surganya Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Yang aku dapatkan daripadanya  keturunan yang akan kudidik, kuajarkan, menjadi seorang pemuda yang shalih yang tangguh yang dengannya Allāh akan takluk Baitul Maqdis.”

Allāhu Akbar…..

Betapa terpesona Najmuddin mendengar.

Wallahi, apa-apa yang menjadi obsesinya dalam menikah ada pada wanita ini.

Dia katakan:

“Wahai Syaikh, wallāhi, nikahkan saya dengan perempuan tersebut.”

Syaikh berkata:

“Wahai Nazmuddin, tahukah engkau, dia seorang wanita yang fakir, dia bukan seorang yang bangsawan, dia bukan putri raja, dia hanyalah seorang perempuan biasa dikampung ini.”

Berkatalah Najmuddin:

“Wahai Syaikh, nikahkan saya, sunguh cita-cita besarnya yang ada dalam dirinya ada pada saya.”

Akhirnya mereka pun menikah. Subhānallāh.

Berjalan waktu lahirlah seorang pahlawan besar yang semua orang mengenalnya yang bernama Salahuddin Al Ayyubi dari hasil pernikahan antara Najmuddin dengan gadis ini.

Allāhu Akbar…..

Dengan kelahiran Salahuddin, diapun menjadi panglima yang dapat menaklukan Baitul Maqdis.

Semua orang mengenal Salahuddin Al Ayyubi, dialah  sang penakluk yang berhasil menaklukan Baitul Maqdis, mengambil Baitul Maqdis kembali dari orang-orang salibis.

Allāhu Akbar.

Sungguh, betapa serasinya kedua sejoli ini, memiliki visi dan misi sama dalam pernikahan, obsesi besar. Akhirnya semua orang mengenal, semua orang mengenal,  Salahuddin adalah seorang penakluk, terlahir dar rahim seorang ibu yang punya obsesi yang besar dari seorang ayah yang punya obsesi yang besar juga.

Saya tanyakan kepada Anda keseluruhan, “Apa obsesi Anda dalam menikah?” (put/thayyibah)

 

About A Halia