Breaking News
Ajaran aqidah dan ajaran sedekah Yusuf Mansur dipengaruhi oleh cerita Israiliat. (Foto : Istimewa)

AJARAN SESAT YUSUF MANSUR (9)

Yusuf Mansur dan Israiliyat fil Akidah

Oleh : Tabrani Syabirin, Lc, MAg.

Ajaran aqidah dan ajaran sedekah Yusuf Mansur dipengaruhi oleh cerita Israiliat. (Foto : Istimewa)

 

Yusuf Mansur menjelaskan masalah akidah tidak merujuk kepada ayat Al-Quran. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh ulama dan imam-imam Mazhab. Berbicara akidah wajib merujuk kepada Alquran. Al-Quran kalau diringkas maka isinya adalah masalah tauhid. Adapun syari’at seperti shalat, puasa merupakan bukti ketaatan kepada Allah. Termasuk infak, sedekah, zakat merupakan bukti ketakwaan seseorang kepada Allah.

Akidah yang disampaikan oleh Yusuf Mansur seperti yang sering dia publikasikan justru terbalik. Sedekah dijadikan tujuan untuk memperoleh keuntungan duniawi. Ini jelas suatu kesalahan yang harus diluruskan.

Penjelasan masalah akidah ini tidak boleh main-main. Ini masalah serius. Membiarkan kesesatan dalam memahami akidah akan berdampak fatal bagi umat Islam.

Tercabik-cabiknya barisan umat Islam adalah karena kerancuan dalam memahami akidah. Setelah Perang Shiffin (perang antara Muawiyah bin Abi Sofyan melawan Ali bin Abi Thalib tahun 37 H) umat Islam khususnya dari daerah non Arab banyak timbul bid’ah dalam masalah akidah.

Masalah akidah yang muncul adalah munculnya ajaran Abdullah bin Saba’ yang sampai berkesimpulan bahwa Nabi atau Rasul Allah yang benar itu adalah Ali bin Abi Thalib. Malaikat Jibril salah dalam menyampaikan wahyu. Bahkan yang lebih sesat lagi adalah yang mengatakan bahwa Ali itu adalah tuhan.

Saat itu juga Ali bertindak dangan menghukum dan membunuh pengikut Abdullah bin Saba’ ini. Tapi Abdullah bin Saba’ berhasil lolos melarikan diri ke Mesir. Dari sini dia menyebarkan aqidah sesatnya ke Kufah, Basarah, Yaman. Sampai sekarang ajaran Saba’iyaah ini meng elaborasi dalam aqidah Syi’ah.

Penyelewengan akidah tidak berhenti pada Abdullah bin Saba. 25 tahun setelah Shiffin, fitnah akidah kembali menyeruak di kalangan kaum muslimin. Masalah yang muncul saat itu adalah apakah takdir itu tidak ditentukan oleh Allah? Artinya setiap orang berhak mengukir suratan takdirnya. Bahkan ada Allah itu hanya mengetahui permasalahan hambanya secara garis besarnya saja (الكليات ), dan Allah tidak mengetahui hal- hal detail.

Bahkan lebih jauh lagi bahwa Allah itu mengetahui segala sesuatu setelah peristiwa itu terjadi. Katanya Allah tidak mengetahui sebelum peristiwa itu terjadi. Contohnya Allah tidak tahu Husein akan terbunuh pada 10 Muharram tahun 61 H. Kalau saja Allah mengetahui Husein seorang cucu Rasulullah akan tewas pada hari itu tentulah Allah akan menyelematkannya. Jadi kalau kita berdoa Allah tidak mengetahuinya. Ajaran sesat ini bergema kencang di wilayah Islam.

Tokoh yang paling lantang menyuarakan paham ini adalah Makbad Aljuhani, di Basrah, Iraq.

Sahabat dan Tabiin di Madinah dan Makkah menentang dengan keras. Hujaj bin Yusuf mengirim pasukan untuk meredam ajaran sesat Makbad al Juhani ini, lalu dia menghukum dengan membunuhnya. Itu adalah pelajaran bagaimana penguasa bertanggung jawab dalam membasmi kesesatan akidah yang terjadi di tengah masyarakat Islam.

Lalu bagai mana dengan Yusuf Mansur? Yusuf Mansyur terus menerus menyampaikan pemahaman keyakinan yang salah. Sebelum MUI memberikan finis terhadap ajaran sesat yang di sampaikan oleh Yusuf Mansur maka yang paling selamat adalah kita dudukkan seperti akidah Israiliyaat.

Untuk menyegarkan kita kembali, Israiliyaat itu adalah cerita-cerita yang dikarang oleh Yahudi yang masuk Islam atau orang Islam yang mengambil cerita dari orang Yahudi. Biasanya sumbernya adalah cerita dari Perjanjian Lama yang sudah dielaborasi. Misalnya malaikat yang diceritakan berwajah perempuan bersayap. Begitu juga iblis memperdaya Adam dengan masuk ke sorga melalui seekor ular.

Cerita Israiliyaat itu ada tiga kategori;

  1. Masih ada kesesuaiannya dengan Al-Quran. Ada juga riwayatnya yang shahih dari Nabi Muhammad SAW. Cerita seperti ini tentu boleh saja dijadikan dalil.
  2. Cerita yang terang dustanya. Yang berlawanan dengan riwayat yang shahih. Atau tidak ada dasarnya yang sesuai dengan Al-Quran. Contohnya Yusuf Mansur di datangi Nabi Muhammad ke rumahnya. Begitu juga cerita-cerita infaq yang langsung di balas Allah.
  3. Tidak terang-terangan bertentangan dengan Al-Quran tapi juga tidak bisa dibenarkan. Karena kebenarannya hanya berdasarkan akal dan penalaran semata jadi tampak seperti ajaran yang benar. Mengikutinya tidak berguna dan ,eninggalkannya jauh lebih baik.

Jikalau seorang muslim sudah kuat akidahmya, dia sudah bisa membedakan antara yang hak dengan yang batil. Antara ajaran tauhid dengan syirik maka cerita Israiliyaat tentu tidak akan merusak keyakinannya. Tapi kalau wawasan Islamnya belum terbentuk, maka meninggalkan cerita Israiliyaat itu lebih berfaedah. Tentu saja kita masih ingat di awal Islam di sampaikan, Nabi Muhammad SAW pernah melarang keras Umar bin Khattab membaca lembaran-lembaran dari Taurat atau Injil.

Kembali kepada ajaran tauhid yang disampaikan Yusuf Mansur ini seperti kita membaca cerita-cerita Israiliyaat. Wallahu a’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur