Breaking News
Dua pahlawan Usman dan Harun (Foto : Istimewa)

Wasiat Terakhir Usman dan Harun

Dua pahlawan Usman dan Harun (Foto : Istimewa)

Pengabdian Sersan Usman dan Kopral Harun tak akan dilupakan TNI AL dan seluruh bangsa Indonesia. Dua prajurit KKO ini digantung pemerintah Singapura saat konfrontasi Dwikora tahun 1968.

Pada tahun 1960-an, Presiden Soekarno yang marah fotonya dibakar dan diinjak-injak oleh demonstran di Kuala Lumpur Malaysia, melancarkan serangan ke tanah Melaka untuk menggagalkan pembentukan Malaysia dan Singapura.

Usman dan Harun, dua anggota satuan elite KKO yang ditugaskan untuk mengebom pusat keramaian di Jl Orchard, Singapura. Mereka berhasil menyusup ke Mac Donald House dan meledakkan bom waktu di pusat perkantoran yang digunakan Hongkong and Shanghai Bank itu.

Nahas, keduanya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Beberapa hari sebelum dieksekusi. Brigadir Jenderal Tjokropranolo menemui keduanya atas perintah Presiden Soeharto yang sudah berkuasa.

Hari sudah menjelang sore saat Pak Tjokropranolo dan rombongan dari kuasa usaha Indonesia datang ke ruang pertemuan tahanan.

Di meja tengah duduk dua laki laki muda mengenakan kaos dan kemeja yang tampak bersih dan baru, ya mereka adalah Harun bin Said alias Tohir dan Usman alias Djanatin. Dua orang Prajurit KKO yang tertangkap dan sedang menunggu eksekusi mati keesokan harinya dengan cara digantung!

Melihat kedatangan Brigjen TNI Tjokropranolo, Usman dan Harun segera mengambil sikap sempurna seorang prajurit. Mereka juga memberi hormat kepada Tjokropranolo dan menyampaikan laporan lengkap soal aksi mereka di Singapura.

Brigjen Tjokropranolo membalas hormat mereka seraya mempersilahkan mereka duduk, tapi konon seperti permintaan mereka bahwa mereka harus melaporkan tugas mereka pada atasan tertinggi yang mereka temui seperti layaknya seorang militer yang sudah berhasil menjalankan tugas dengan melapor dengan sikap sempurna!.

Pak Tjokropranolo nyaris tak dapat menahan air mata dan menguasai diri melihat sikap tabah kedua prajurit pemberani itu, mereka berdua melapor dengan suara mantap dan tegas! Tak terlihat muka takut atau sedih mengingat mereka akan di hukum mati esok hari.

Sembari menahan haru dan air mata mengembang Jenderal bintang 1 ini mendengar laporan kedua prajurit pemberani itu dengan takzim.

Setelah keduanya selesai melaporkan tugas mereka lalu Brigjen Tjokropranolo meminta mereka duduk lantas menyampaikan pesan Presiden Soeharto kepada Usman dan Harun, yaitu keduanya diberi gelar pahlawan dan akan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia atas jasa-jasa mereka terhadap negara. Permintaan Usman dan Harun untuk dimakamkan berdampingan di Indonesia pun dikabulkan oleh Soeharto.

Pada kesempatan terakhir itu, Usman dan Harun menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Presiden RI Jenderal Soeharto dan seluruh rakyat Indonesia yang telah berusaha membebaskan mereka dari hukuman mati.

Keesokan harinya, 17 Oktober 1968, Usman dan Harun dibangunkan oleh petugas penjara untuk sembahyang. Usai salat, Usman-Harun dengan tangan terborgol dibawa ke kamar kesehatan untuk dibius. Lalu dalam kondisi terbius, urat nadi mereka dipotong oleh dokter hingga keduanya lumpuh. Setelah itu, Usman dan Harun dibawa menuju ke tiang gantungan

Kedua pahlawan nasional RI pergi menghadap Sang Pencipta tepat pukul 06.00 pagi waktu Singapura.

Ini adalah photo terakhir kedua prajurit KKO ini saat di datangi oleh pak Tjokropranolo tanggal 16 Oktober 1968

Selamat jalan pahlawan, Usman dan Harun.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur