Breaking News

Wanita Bercadar Berfoto Selfie (bag. 1) : Dakwah atau Musibah?

Wanita Bercadar Berfoto Selfie (bag. 1) : Dakwah atau Musibah?

 

thayyibah.com :: Muslimah bercadar berpose di balik layar mungil kamera. Fotonya pun tersebar ke belahan dunia dengan caption indahnya. Menarik mata, tidak hanya untuk membaca, namun menikmati anggunya gadis berhijab yang ditampilkan. Ternyata gambar tak cukup untuk menunjukkan dirinya kepada dunia, iapun mencoba memperdengarkan suara, berbagi gerak gerik tubuh di balik hijab seakan mengumumkan kepada dunia, “Inilah yang sudah kulakukan”. Pengakuan, keinginan untuk tampil dan dilihat di balik layar sosial media. Padahal, kepada siapa kita ingin membuktikan amal? Jika kepada Allah, maka Allah Maha Melihat bahkan yang tersembunyi di dalam hati. Namun, jika yang kita harapkan adalah pengakuan manusia, kita memang perlu menunjukkan diri, karena penglihatan manusia terbatas.

Sebagian berkata, “Tidak! kami ‘tampil’ untuk berdakwah, syiar islam dengan hijab dan cadar agar muslimah lainnya qqqikut berhijab sebagaimana perintah syariat. Bukan untuk pamer kepada manusia..”

Jika demikian, mari simak artikel berikut, semoga bermanfaat untuk kami dan saudariku sekalian..

Wanita bercadar berfoto selfie: Syiar Islam Dan Dakwah?

Saudariku.. berdakwah adalah jalan kebaikan, inilah kewajiban seorang muslim untuk saling nasehat menasehati dalam kebenaran. Namun, dakwah kepada syariat harus dilakukan atas landasan syariat pula, sebagaimana mengingkari kemungkaran tidak boleh menimbulkan kemungkaran yang lebih besar. Allah Ta’alaberfirman,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Inilah jalanku, aku dan orangorang yang mengikutiku mengajakmu kepada Allah dengan bashirah.” (QS. Yusuf : 108)

Bashirah artinya ilmu, yaitu setelah ikhlas berdakwah, mengajak manusia kepada Allah, ia harus berbekal dengan ilmu tentang apa yang hendak ia dakwahkan. (Ad-Da’watu Ilallah wa Akhlaaq Ad-Du’ah hal. 52-53).
Syaikh Bin Baz rahimahullah menambahkan, “Tujuan dakwah adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, membimbing mereka kepada kebenaran hingga mereka berpegang dengannya dan selamat dari neraka dan adzab Allah. Dakwah mengeluarkan orang yang bodoh dari gelapnya kebodohan kepada cahaya ilmu.” (Ad-Da’watu Ilallah wa Akhlaaq Ad-Du’ah hal. 51).

Tidak mungkin tujuan dakwah dapat tercapai kecuali berlandaskan ilmu dan petunjuk yang lurus dari al-Qur’an dan Sunnah. Karena niat yang baik tidak diterima kecuali dengan cara yang benar atau minimal tidak melanggar atau bertentangan dengan syari’at.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Kalimat

العلم قبل القول والعمل

‘Berilmu sebelum perkataan dan perbuatan.’ Dijelaskan oleh Ibnul Munayyir, ‘Maksud perkataan ini adalah bahwa ilmu merupakan syarat dibenarkannya ucapan dan perbuatan, sehingga ucapan perbuatan tidak akan teranggap kecuali dengan ilmu. Ilmu harusnya mendahului keduanya. Karena ilmu akan memperbaiki niat, dan niat akan memperbaiki amal.’ (Ma’alim fi Thariiqil Islah, hal. 8).

Mengajak muslimah untuk menyempurnakan hijab dengan cadar adalah ajakan kebaikan. Tapi, mengajak mereka dengan menyebarkan foto selfie cadar adalah ajakan tanpa ilmu dan bashirah, bahkan mengakibatkan munculnya banyak kemungkaran.

Kemungkaran menyebarkan foto muslimah bercadar

1. Menghilangkan esensi cadar

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59).

Fungsi hijab untuk menutup aurat muslimah sehingga mereka tidak diganggu. Namun yang kita dapati, selfie cadar malah menjadikan muslimah sebagai objek yang bisa dinikmati, walaupun ia berhijab.

2. Menyelisihi wanita generasi terbaik

Saudariku.. Generasi terbaik Islam adalah generasi sahabat. Merekalah yang pertama menerima syariat, mengimani dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh di bawah bimbingan Rasulullah al-Musthafa. Namun, para sahabat wanita dengan hijab syar’inya, tidak lantas menjadikan mereka merasa aman dari fitnah dengan tampil dihadapan lelaki yang bukan mahramnya.

Abu Hurairah bercerita bahwa kaum wanita mendatangi Rasulullah. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak bisa mengikuti majelismu karena banyak kaum lelaki. Berikanlah satu hari bagi kami untuk bermajelis dengan engkau.” Beliau bersabda, “Tempat kalian di kediaman fulan.” Merekapun datang pada hari dan tempat yang dijanjikan. (HR. Ahmad 7310).

Nafi’ meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Andai kita biarkan pintu ini untuk para wanita’.” Nafi melanjutkan, “Ibnu Umar tidak pernah masuk melalui pintu itu hingga wafat.” (HR. Abu Dawud, II/125, dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud).

Ketika beribadah sekalipun, shahabiyah berusaha untuk menjaga jarak dengan laki-laki. Ummul Mu’minin Aisyah thawaf (mengelilingi ka’bah) menjauh dari para lelaki dan tidak berbaur dengan mereka (HR. Bukhari).

3. Membuka pintu fitnah

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

Aku tidak meninggalkan satu fitnahpun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari No. 5096 dan Muslim no. 2740)

Syaikh Musthafa al-Bugha menjelaskan dalam ta’liqnya terhadap Sahih Bukhari tentang makna kata أضرّ; yaitu banyaknya bahaya dan kerusakan terhadap agama dan dunia mereka (laki-laki) (Shahih Al-Bukhari, hadits No. 5096).

Wanita memiliki fisik yang lemah dan akal yang kurang, namun tidak kita pungkiri begitu hebatnya fitnah (cobaan) wanita sehingga lelaki perkasapun bisa ‘tunduk’ kepada mereka. Saudariku.. Selfie cadar akan kembali membuka pintu fitnah yang sebagiannya sudah berusaha kita tutup dengan hijab.

4. Potensi tabarruj (berhias)

Ketika setan tak mampu menggoda muslimah untuk melepaskan hijabnya, setanpun menggiring muslimah untuk menjadikan hijabnya sebagai perhiasan. Orang yang tampil, tidak akan tampil kecuali dalam kondisi dan pose ‘terbaik’. Mulailah ia mengoleksi berbagai gamis terbaru, aksesoris hijab yang sedang hits, atau bahkan menghias matanya sehingga terlihat indah walaupun seluruh bagian tubuh lainnya tertutup. Setan akan terus mencari celah walaupun niat awalnya untuk berdakwah.

5. Milik publik

Kita tidak pernah tahu, foto-foto wanita yang tersebar bisa saja disalahgunakan orang yang tidak takut kepada Allah. Mereka bisa sepuasnya melihat, mengunduh, mencetak atau menempelnya di dinding kamar bahkan digunakan sebagai latar belakang poster untuk bahan ‘tontonan’. Walaupun asalnya foto tersebut milik kita, tidak ada yang bisa mencegahnya disalahgunakan, kecuali kita yang menahan diri dengan tidak mempublikasikannya.

6. Menjadi contoh dalam keburukan

Sikap latah dengan mengikuti tren kekinian adalah hal yang umum terjadi. Namun, muslimah yang berpegang dengan al-Qur’an dan Sunnah tidak latah dengan tren, tapi tunduk pada dalil, walaupun mayoritas muslimah melakukan demikian. Allah Ta’ala berfirman

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nuscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja.” (QS. Al-An’am : 116)

Banyak yang beralasan, foto wanita bercadar untuk kepentingan dakwah. Sejatinya muslimah yang berdakwah dengan ‘selfienya’ tidak hanya mendakwahkan hijab tapi juga mendakwahkan perilaku selfie dengan hijab mereka.

7. Mencederai rasa malu

Hendaknya muslimah merasa malu dan risih jika ada lelaki ajnabi yang bisa melihat dengan jelas mata indahnya, lentik jarinya atau gerak-gerik tubuhnya. Adakah muslimah berani menampakkan sikap demikian di dunia nyata? Rasa malu harusnya mengahalanginya. Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam bersabda

الحياء لا يأتى الا بخير

Sifat malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan ”.(HR. Bukhari 6117).

Berbagai kemudharatan yang ada, sudah cukup menjadi alasan bagi kita meninggalkan selfie cadar dan memperingatkan kaum muslimah dari kemungkarannya.

Meninggalkan kebiasan selfie

Bagaimana jika foto sudah ‘terlanjur’ tersebar baik dengan cadar ataupun tidak? Bahkan kita sudah terbiasa berfoto tanpa hijab? Simak pembahasannya di artikel selanjutnya. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Kota tepian air, Rabiul Akhir 1440 H
Penyusun: Titi Komalasari

Referensi:

  • 40 Matan Hadits Wanita (terjemahan), 2018, Syaikh Muhammad Asy-Syarif, Cetakan pertama, Ummul Qura
  • Ad-Da’watu Ilallah wa Akhlaaq Ad-Du’ah, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah Bin Baz hal. 52-53
  • Ma’alim fi Thariiqil Islah, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhmammad bin ‘Abdillah as-Sadhaan, hal. 8
  • Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/10936-wanita-bercadar-berfoto-selfie-bag-1-dakwah-atau-musibah.html

About A Halia