Breaking News
Ilustrasi seorang ulama (foto : sriwijaya pos)

KARENA PENGUASA BISA MERUBAH SIAPA SAJA*

Ilustrasi seorang ulama (foto : sriwijaya pos)

Saat ini, ulama jadi rebutan untuk dicalonkan sebagai wakil presiden. Beberapa waktu sebelumnya, kita saksikan mereka yang digelari ulama masuk keluar istana negara. Ada yang diberi jabatan dan ada pula yang sekedar bersilahturahmi dengan penguasa istana.

Tentang ulama yang “bermesraan” dengan penguasa ini sudah diingatkan oleh Nabi. Berikut ini disampaikan peringatan-peringatan Nabi itu dan nasehehat-nasehat ulama-ulama terdahulu yang hidupnya bebas dari pengaruh penguasa.

Peringatan dalam Hadits

ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً

“Siapa yang mendatangi pintu para penguasa akan terkena fitnah, tidak seseorangpun mendekat kepada penguasa kecuali akan semakin bertambah jauh dari Allah.” (HR. Ahmad)

إن أبغض القراء إلى الله تعالى الذين يزورون الأمراء

“Sesungguhnya ahli Qur’an yang paling dibenci Allah ialah yang gemar mendatangi penguasa.” (HR. Ibnu Majah)

عن ثوبان رضي الله عنه مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يا رسول الله من أهل البيت أنا؟ فسكت، ثم قال في الثالثة: « نعم ما لم تقم على باب سدة، أو تأتي أميراً فتسأله.

“Tsauban radiallahu anhu berkata, ‘Ya Rasulullah, apakah saya termasuk ahli bait ?” Rasulullah pun diam, sampai pada ketiga kali beliau menjawab, “Ya selama engkau tidak berdiri dipintu penguasa, atau mendatangi dan meminta padanya.” (HR. Thabrani)

سيكون بعدي أمراء، فمن دخل عليهم فصدقهم بكذبهم، وأعانهم على ظلمهم، فليس مني، ولست منه، وليس بوارد علي الحوض.

“Akan ada sepeninggalanku para penguasa, maka siapa yang mendatanginya dan membenarkan kebohongannya, menolong atas kedzalimannya, maka ia bukan dari golonganku, serta aku bukan golongannya, dan ia tidak akan memasuki haudh.” (HR. Tirmidzi)

إن الله يحب الأمراء إذا خالطوا العلماء، ويمقت العلماء إذا خالطوا الأمراء، لأن العلماء إذا خالطوا الأمراء رغبوا في الدنيا، والأمراء إذا خالطوا العلماء رغبوا في الآخرة

“Sesungguhnya Alah mencintai penguasa yang berinteraksi dengan ulama’. Dan membenci ulama’ yang mendekati penguasa, karena ulama’ ketika dekat dengan penguasa yang diinginkan dunia, namun jika penguasa mendekati ulama iya ingin mendapatkan akhiratnya.” (HR. Dailami)

Peringatan Ulama

إن دعوك لتقرأعليهم: قل هو الله أحد، فلا تأتهم

“Jika penguasa mengundangmu bahkan untuk mengajari mereka qul huwa llahu ahad, maka jangan engkau datangi.” (Sufyan Ats Stauri)

أن سلطان بخاري، بعث إلى محمد بن إسماعيل البخاري يقول: احمل إليّ كتاب « الجامع » و « التاريخ » لأسمع منك. فقال البخاري لرسوله: قل له أنا لا أذل العلم، ولا آتي أبواب السلاطين فإن كانت لك حاجة إلى شيء منه، فلتحضرني في مسجدي أو في داري

“Penguasa Bukhara mengutus seseorang untuk mendatangi Imam Bukhari, seraya berkata : Bawakan kepadaku kitab shahih Bukhari dan kitab Tarikh supaya akau dapat mendengar darimu, Imam Bukhari menjawab, “Katakan padanya, aku tidak akan menghinakan ilmu, dan aku tidak akan mendatangi pintu-pintu penguasa, jika ia butuh sesuatu dari kitab tersebut, suruh ia mendatangi masjid atau rumahku.” (al Mundzir)

الذباب على العذرة، أحسن من قارئ على باب هؤلاء

“Lalat di atas kotoran lebih baik dari ulama yang berada di pintu penguasa.” (Muhammad bin Maslamah)

و مواقف الفتن … أباب الأمراء , يدخل أحدكم على أمير فيصدقه بالكذب , ويقول ما ليس فيه

“Hendaklah kalian menjauhi sumber dari fitnah, (yaitu) pintu-pintu penguasa, salah seorang diantara kalian mendatangi penguasa, lau dia membenarkan dirinya dengan cara dusta dan mengatakan apa yang seharusnya tidak dia katakan.” (Hudzaifah al Yaman)

في صحبة السلطان خطران : إن أطعته خاطرت بدينك , وإن عصيت خاطرت بنفسك.

“Bergaul dengan para penguasa mempunyai dua bahaya : (1) Jika engkau mentaatinya maka itu akan membahayakan agama kalian, namun (2) jika kalian mengingkarinya, maka itu akan membayakan diri kalian.” (Mahran bin Maimun)

ومن دخل على السلطان وداهنه وقع في الفتنة

“Siapa yang mendatangi penguasa dan lalu bermanis-manis sikap maka ia pasti jatuh kepada fitnah.” (Al Mundzir).

Demikianlah bahaya fitnah berakrab-akrab dengan para penguasa. Meskipun tentu ini bukan kaidah mutlak, dalam kondisi tertentu mendatangi para penguasa bisa menjadi ibadah yang utama, sebagaimana disebutkan dalam hadits :

أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر

“Jihad yang paling utama adalah kalimat kebenaran yang disampaikan di sisi penguasa yang dzalim.” (HR Abu Dawud).

Namun yang umum terjadi, mereka yang memasuki istana penguasa, jangankan orang awamnya, atau yang sok berpenampilan ulama, ngaku-ngaku ulama, yang ulama beneran saja bisa tergadai agamanya.

*Artikel ini diambil dari WAG tanpa menyebut nama dan sumber tulisan

About Redaksi Thayyibah

Redaktur