Breaking News

Telat Qurban

Oleh: Joko Intarto

(Foto : SukabumiBerita)

Para pedagang hewan qurban itu gigihnya bukan main. Sudah seminggu ini, setiap hari ada saja yang menawarkan hewan qurbannya: lewat email, japrian di sosmed hingga telepon. Yang menawarkan tidak hanya pedagang di Jakarta. Dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Sulawesi Selatan pun ada.

Yang menawarkan hewan sapi saya biarkan saja. Karena tidak ada rencana membeli. Yang menawarkan hewan qurban kambing atau domba saya tanggapi. Tapi juga tidak berniat membeli. ”Wah, Anda terlambat,” jawab saya.

Sudah dua kali Idul Adha saya selalu melaksanakan ibadah qurban dengan menyembelih kambing/domba. Tahun lalu, saya membeli kambing dari Hotel Wedhus Lemu di Grobogan, Jawa Tengah. Kambingnya gemuk-gemuk dan ukurannya besar. Di pasaran tahun lalu, harganya sekitar Rp 3 juta per ekor. Tapi saya membelinya dengan harga per ekor Rp 2 juta saja.

Puas dengan layanannya , tahun ini saya kembali membeli kambing qurban dari Hotel Wedhus Lemu. Jumlahnya saya kurangi dua ekor, karena yang dua ekor ini saya alihkan ke peternak domba di Subang, Jawa Barat.

Harga yang ditawarkan Hotel Wedhus Lemu Rp 2,5 juta per ekor. Syaratnya, saya harus bayar lunas maksimal akhir April. Desember tahun lalu penawarannya saya terima, Februari tahun ini, saya sudah melunasi. Dari video kiriman peternak, saya memperoleh informasi bahwa kambing yang saya beli, kalau dijual saat ini bisa seharga Rp 3,5 juta.

Harga domba di Subang sedikit lebih mahal: Rp 3,5 juta per ekor. Dilihat dari ukurannya, memang lebih besar dibandingkan kambing dari Hotel Wedhus Lemu (padahal ukurannya juga sudah besar). ”Kalau dipelihara dari sekarang, saat qurban nanti akan menjadi domba super dengan harga sekitar Rp 4,5 juta,” kata Pak Ali, tokoh warga desa yang saya titipi amanat untuk membeli domba.

Model bisnis Hotel Wedhus Lemu senenarnya sederhana. Sohibul qurban wajib membayar lunas seharga kambing saat Idul Qurban, minimal tiga bulan sebelum Idul Adha. Peternak di Hotel Wedhus Lemu kemudian membeli bibit kambing yang bagus dan memelihara tiga bulan.

Dari situlah peternak memperoleh keuntungan. Hitungan di atas kertas, peternak akan mendapat keuntungan kurang lebih Rp 700 ribu per ekor setelah memelihara 3 bulan.

Dari 40 ekor yang saat ini dipelihara, keuntungannya Rp 28 juta. Atau rata-rata Rp 9 juta per bulan. Dengan tiga tenaga kerja, maka pendapatan per orang rata-rata Rp 3 jutaan per bulan. Jauh lebih tinggi dibandingkan UMR Grobogan yang masih di bawah Rp 2 juta per bulan.

Dengan model bisnis seperti itu, peternak Hotel Wedhus Lemu tidak perlu berinvestasi besar. Cukup membangun kandang dan tenaga kerja saja. Sumber pakan diperoleh dari limbah kulit kecambah kacang hijau yang melimpah di desa itu. Di Subang, sumber pakan berasal dari fermentasi limbah kulit buah nanas yang juga terbuang-buang selama ini.

Untuk memperoleh pembeli, peternak Hotel Wedhus Lemu harus berjualan lebih awal. Tiga bulan setelah Idul Adha tahun ini, mereka sudah harus berjualan untuk Idul Adha tahun depan.

Mereka juga tidak perlu mengirimkan hewan qurban ke alamat pembeli. Perjanjiannya: Hewan qurban dari Hotel Wedhus Lemu akan disembelih di desa setempat. Dagingnya didistribusikan kepada masyarakat di pelosok desa di kawasan hutan jati itu: Ke utara hingga wilayah Pati. Ke timur sampai perbatasan Blora. ke Barat sampai perbatasan Kudus dan Demak.

Sudah dua Idul Adha saya merasa terbantu dengan konsep layanan Hotel Wedhus Lemu. Insya Allah saya akan ikut lagi pada Idul Adha tahun depan. Mudah-mudahan Anda tertarik untuk ikut memberdayakan para peternak kambing di Grobogan. Bukan menyejahterakan pedagang kambing yang sudah sejahtera.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur