Breaking News
(Foto : Dok. JTO)

Berani Bangkrut

Oleh: Joko Intarto

(Foto : Dok. JTO)

Inilah orang gila yang menjadi salah satu mentor bisnis saya. Namanya Pak Wahyu Indra Sakti Saidi. Gelarnya banyak. Yang saya ingat hanya dua: Doktor dan Insinyur.

Alumni ITB itu memilih jadi enterpreneur ketika karirnya di perusahaan operator jalan tol sedang moncer-moncernya. Di kartu nama ia menyebut jabatannya sebagai “Alumni ITB, Tukang Bakmi”.

Pak Wahyu memang banting setir dari profesional menjadi pengusaha saat usianya masih muda. Warung bakmi menjadi pilihan bisnisnya setelah gagal menjadi petani cabai.

Persahabatan saya dengan Pak Wahyu terjadi pada tahun 2003, ketika sedang mencari pengasuh rubrik konsultasi bisnis di koran Indo Pos. Pak Wahyu mengisi rubrik itu sejak Indo Pos terbit perdana hingga dua tahun kemudian.

Saya pilih Pak Wahyu sebagai konsultan bisnis karena kegilaannya. Menurut saya, hanya orang gila yang cocok menjadi pengusaha. Kalau Anda merasa menjadi orang normal atau biasa-biasa, lebih baik jadi karyawan saja. Jangan coba-coba jadi pengusaha. Nanti bisa gila beneran.

Selama menjadi konsultan rubrik bisnis, Indo Pos rutin menggelar seminar wirausaha untuk mahasiswa. Saya biasanya tandem dengan Pak Wahyu. Posisi saya bukan sebagai pembicara. Hanya menjadi moderator saja.

Setelah rubrik ditutup, saya tidak pernah bertemu Pak Wahyu lagi. Tetapi saya tahu, dia sudah menjadi selebriti seminar. Ia menjadi konsultan di banyak media.

Tahun 2007 saya secara khusus menemui Pak Wahyu. Saya ingin mewujudkan keinginannya yang belum pernah terwujud: Menjadi presenter televisi. Saat itu saya ditugaskan Pak Dahlan Iskan untuk membantu manajemen Jak TV, stasiun TV lokal Jakarta yang sedang dalam kondisi sulit.

Dari pertemuan itu, lahirlah satu program variety show dengan judul “Modal Dengkul Dapur Ngebul”. Program ini hanya menghadirkan pengusaha sukses yang memulai usaha dengan modal dengkul.

Program acara ini boleh dibilang sukses. Tiga episode pertama diproduksi di Hong Kong. Bersamaan dengan peresmian warung bakmi milik Pak Wahyu di bekas koloni Inggris itu.

Selepas dari Jak TV, saya mengelola Radar TV, stasiun TV kecil milik Jawa Pos yang dipancarkan dari Gunung Karang, Pandeglang. Stasiun relay berlokasi di Cipondoh, Tangerang.

Saat itu, saya kembali menemui Pak Wahyu. Saya ajak sekali lagi untuk menjadi presenter program acara bertema sukses berbisnis.

Pak Wahyu awalnya keberatan dengan tawaran saya. Sebab kondisinya sudah berbeda 180 derajat. Tujuh tahun sebelumnya, warung bakminya berkembang dari satu menjadi 400 outlet. Saat bertemu lagi, 400 gerainya sudah tutup. “Saya pilih membangkrutkan restoran itu satu per satu,” kata Pak Wahyu.

Kisah bangkrut 400 kali itu langsung menjadi sumber inspirasi. Seketika saya usulkan agar Pak Wahyu menjadi presenter program dengan judul “Berani Bangkrut”. Program ini hanya menghadirkan tokoh pengusaha yang sukses setelah berulang kali bangkrut.

Selain tayang di Radar TV, program tersebut tayang di semua stasiun TV lokal Jawa Pos Group dan Youtube channel. Dari salah satu kanal siaran itulah, Pak Wahyu bertemu dengan pimpinan bank swasta besar. Pak Wahyu akhirnya dikontrak bank tersebut untuk mementori pengusaha pemula yang menjadi nasabah bank tersebut dan karyawan senior yang hendak pensiun.

Tak terasa sudah 8 tahun usia program “Berani Bangkrut”. Saya sendiri sudah lupa. Untung Facebook mengingatkannya.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur