Breaking News
(Foto : Davy Byanca)

Ketika Saya Terjaga

Oleh: Davy Byanca

(Foto : Davy Byanca)

Suatu malam saya terbangun, entah mengapa malam itu saya merasa gelisah, suara hewan malam di luar jendela kamar terdengar saling bersahutan. Tak seperti biasanya, peluh keringat membasahi tubuh. Akhirnya saya sadar, siang tadi saya telah menggugat Allah, tak puas dan tak ikhlas atas kejadian yang menimpa. Mengapa? Tanpa alasan yang jelas, kontrak saya telah diputus oleh klien. Rasanya seperti hujan di siang bolong yang turun tanpa permisi. Semua angan pun pupus, rencana demi rencana yang telah disusun sirna. Itu sebabnya tidur tak nyenyak.

Anda mungkin pernah mengalami hal yang sama. Terutama para profesional yang terbiasa dengan setumpuk rencana, jadwal, dan angka-angka. Harapan dan kendala berbaur menjadi satu, tersusun rapi dalam laptop dan meja kerja yang penuh dengan proposal dan peluang bisnis. Tahukah Anda, bahwa kita hidup dalam dunia hitung-hitungan? Sukses, gagal, menang atau terpuruk adalah menu sehari-hari. Bahkan di saat tengah berada di puncak kepopuleran dan kekayaan, manusia semakin asyik bermain angka-angka. Tak ada waktu untuk keluarga, anak-anak, istirahat apalagi untuk Tuhan. Dan tadi siang, saya terjebak dengan angka-angka.

Setiap manusia sangat mungkin memperoleh dunia dengan segala pesonanya. Dunia menyediakan semuanya, asal kita mampu berkompetisi. Bagi yang memiliki setitik iman di hatinya, jalan terang itu akan membuat relung kalbunya semakin gelap. Imam Ibnu al-Jauzi mengajarkan kepada kita untuk selalu berkomunikasi dengan jiwa saat ia terguncang dengan cahaya dunia. Beliau berkata, ”Wahai jiwa yang jahat! Tak mungkin aku melakukan dorongan sejelek itu. Bukankah sang Nabi saw telah bersabda, ’Mintalah fatwa kepada hati kecilmu!”

Saya yakin bahwa tak mungkin ada kebaikan jika saja apa yang dihasilkan oleh hati ini hanya akan mengotorinya. Andaikata surga dapat dicapai dengan cara melecehkan agama, pasti surga itu tak akan ada kelezatannya. Adapun tidur di kolong jembatan dan tong-tong sampah yang kotor, namun dengan hati yang sehat dan bersih, akan lebih nikmat daripada tidurnya para raja dengan hati penuh noda.”

Di malam saya terjaga itu, saya ingat tulisan Imam Ibnu al- Jauzi. Saya sadar bahwa, kegagalan atau kesuksesan dalam hidup sangat tergantung dari keinginan-Nya, dan ikhtiar kita. Sering kita melupakan bahwa kerja itu adalah ibadah. Vijay Eswaran berkata, ”Jika Anda menerima Tuhan, Anda harus memahami bahwa Dia ada dalam semua yang kita lakukan. Dalam semua relasi. Dalam semua tantangan. Dalam semua rintangan. Kerja menjadi sebuah ibadah jika dilakukan bersama-Nya di pikiran kita. Jika tanpa menyertakan Dia, pekerjaan itu akan menjadi pengakuan dosa.”

Sungguh malam itu saya merasakan kasih sayang yang besar dari ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Dia telah menegur saya dengan kegelisahan. Dia Yang Maha Tahu apa yang bergejolak dalam batin kita dan yang kemudian memberikan jalan keluarnya berupa hikmah-hikmah tersembunyi yang harus dibaca melalui jiwa yang tenang.

Buat kamu yang sudah menasehatiku,

Terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam

About Redaksi Thayyibah

Redaktur