Breaking News
(Foto : Davy Byanca)

Bawakan saja Lentera

Oleh: Davy Byanca

(Foto : Davy Byanca)

Suatu ketika seorang buta bertamu ke rumah temannya. Menjelang tengah malam ia berpamitan pulang. Si tuan rumah lalu memberikan pelita penerang jalan. Sambil tertawa kecil saat ia tahu benda yang diberikan temannya itu adalah sebuah pelita, si buta berkata, “bisa saja kau bercanda sob, untuk apa pulak kau berikan pelita ini? Tetap saja aku tak bisa melihat.” Temannya itu lalu berkata, “pelita ini bukan untuk menerangi jalan yang akan kau lewati agar tak terjatuh, tapi agar orang lain dapat melihatmu dalam kegelapan.”

Betapa arifnya teman si buta ini. Pelita yang bercahaya itu bukanlah sekadar menjadi penerang bagi dirinya sendiri, tapi agar orang lain tahu juga bahwa dia sedang membawa alat penerang.

Itulah kehidupan. Kita butuh lentera untuk menyinari kegelapan. Kehadiran kita di manapun berada, sejatinya harus menjadi terang bagi orang lain. Pepatah asing mengatakan ‘where you are is where the blessing will be’. Di manapun kita berada, di situlah keberkahan berada.

Maka, aku terkesan dengan kisah dua orang sahabat yang hendak berpisah berikut ini.  Salah seorang berkata, “katakan apa saja yang menjadi aib diriku wahai sahabat?” Sahabatnya berkata dengan pandangan teduh, “tanyakan saja kepada orang lain, jangan kepadaku. Sebab aku selalu memandangmu dengan pandangan kerelaan. Jika kita sendiri saja masih berkubang dengan aib diri, lalu mengapa kita tidak melihat aib orang lain, bukan sebagai aib?”

Sebagai Muslim –yang artinya “penyelamat”, kita diserukan untuk menebarkan kasih sayang-Nya di muka bumi. Karena itu, sekeji apapun fitnah yang dilakukan kepada umat Islam, umat ini tetaplah umat yang terbaik di antara umat manusia. Abu Hurairah ra berkata, “Kami adalah yang terbaik di antara manusia, kami mengarahkan mereka untuk menapaki jalan mendaki menuju kepada Islam.”

Mengapa harus takut dengan semua fitnah, bukankah Allah swt telah mengingatkan, “Hai Nabi, kobarkanlah semangat kaum mukmin itu untuk berperang. Jika ada 20 orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang musuh. Dan jika ada 100 orang (yang sabar) di antara kamu, mereka dapat mengalahkan 1.000 daripada orang-orang kafir. Disebabkan orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (Qs an-Anfaal [8]; 65).

Setiap muslim sejatinya adalah pembawa lentera untuk menerangi relung-relung kegelapan kalbu mereka yang telah dimurkai Allah, dan mereka yang sesat. Allah swt berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah, sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq.” (Qs aali-imraan [3]; 110).

Jika kita menempatkan Tuhan di dalam diri, maka cahaya-Nya akan mudah di akses oleh kalbu. Jika cahaya itu sudah menyelimuti kalbu maka ia akan menebarkan lentera ke sekeliling kita. Itulah mahakarya terindah bagi seorang muslim.

 

Aku –

menegor jiwa agar selalu menebar kebaikan

About Redaksi Thayyibah

Redaktur