Breaking News
Penulis dan Luluk. Jauh dari Makassar untuk menagih komitmen Yusuf Mansur

Karena Yusuf Mansur Menabur Kebohongan

Dari Makassar Menagih Hotel Siti

Penulis dan Luluk (kanan). Jauh dari Makassar untuk menagih komitmen Yusuf Mansur

Siang itu, Jumat 4 Juni. Di kantor Yusuf Mansur, komplek CBD Ciledug, Tangerang. Luluk dan istrinya  Syanuwarsih Syafruddin (Achi) bersitegang dengan dua orang suruhan Yusuf Mansur. Luluk membentak dan memarahi orang-orang Yusuf Mansur itu. Pasalnya, orang-orang suruhan Yusuf Mansur itu masih saja membuat alibi, bahwa Yusuf Mansur tidak menerima uang dari setoran investasi Patungan Usaha tahun 2012 lalu.

Jauh-jauh dari  Makassar, suami istri ini sengaja mendatangi kantor pusat bisnis Yusuf Mansur di kompleks CBD Ciledug itu. Hanya untuk menagih komitmen Yusuf Mansur dalam menjalankan uang ivestasi mereka, yakni Patungan Usaha Hotel Siti.

Orang-orang suruhan Yusuf Mansur di kantor itu begitu percaya diri, menjelaskan bahwa Yusuf Mansur tidak menerima uang mereka. Sama seperti Yusuf Mansur, mereka dengan enteng menyebut nama Allah, bersumpah dengan nama Allah. Tapi, Luluk tak gentar menghadapi mereka. Bahkan, dengan suara lantang Luluk menghentak, “Jangan bawa-bawa nama Allah. Jangan berlindung dengan nama Allah. Jangan jadi manusia-manusia munafik!”

Luluk kemudian membungkan mulut orang-orang suruhan Yusuf Mansur itu dengan bukti yang dia kantongi. Mereka lalu memberikan nomor pribadi Yusuf Mansur 0811191276, agar bisa langsung berbicara.

Berawal dari tahun 2012. Luluk dan Achi tertarik pada program Patungan Usaha Hotel Siti yang dijual Yusuf Mansur. Melalui acara siaran subuh pada sebuah stasiun tv, Yusuf Mansur menjual program investasu itu. Hotel bersyariah, untuk jamaah haji dan umroh, menejemen yang transparan dan amanah, tak akan rugi dan selalu untung, serta sejuta kelebihan dan keuntungan lainnya. Begitu Yusur Mansur mencoba menarik simpati investor.

Namun, hari ini, semua yang Yusuf Mansur ungkapkan tentang Patungan Usaha dan Hotel Siti nyata sebagai omongkosong. Sejak hotel itu beroperasi tahun 2015 hingga kini, Yusuf Mansur tidak pernah memberikan bagi hasil kepada para investor. Yusuf Mansur tidak pernah memberikan laporan rugi laba hotel tersebut. Yusuf Mansur tidak bisa memberikan menejemen  yang transparan dan amanah. Bahkan, Yusuf Mansur tidak pernah memberikan informasi kepada para investor. Bukan hanya itu, saluran telepon yang gunakan pertama kali sebagai sarana memberikan informasi kepada investor, tak pernah difungsikan oleh Yusuf Mansur.

Oleh karena itulah, Luluk dan istrinya harus berkorban jauh-jauh dari Makassar ke Tangerang. Mereka datang menagih hak-hak mereka yang selama hampir 10 tahun ini dikangkangi oleh Yusuf Mansur.

Kebohongan masih juga ditebar oleh orang suruhan Yusuf Mansur. Road show Yusuf Mansur ke delapan  kota untuk menyampaikan keadaan Hotel Siti yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Walaupun memang pernah dicanangkan Yusuf Mansur pada November 2017 lalu.

Karena terus merugi, maka Hotel Siti akan dijual atau diwakafkan menjadi pesantren. Ini wacana yang sudah didengungkan Yusuf Mansur sejak mulai ada investor yang menggugatnya tahun 2017 lalu. Sampai kapan? Ya, sampai Yusuf Mansur memberikan janji-janji berikutnya.

Lalu, orang-orang suruhan Yusuf Mansur berkata, selama dalam masa proses menjual atau alih fungsi Hotel Siti in, Yusuf Mansur mempersilahkan investor untuk menarik kembali uang mereka. Berapa? Sesuai jumlah setoran.

Tapi, bagi Luluk, ini hanya akal-akalan Yusuf Mansur. “Jika kita menarik menarik kembali, maka Yusuf Mansur akan bebas dari komitmennya. Yusuf Mansur akan berkelit dari hukum. Saya tidak mau,” tegas Luluk yang ditemui penulis di Jakarta Selasa (8/5).

Bagi Luluk dan istrinya yang mengaku sebagai pedagang bubur di Makasar ini, menarik kembali uang investasi Patungan Usaha adalah urusan nomor lima. “Yang utama sekarang, asset Hotel Siti diaudit. Kemudian kepada semua investor masing-masing diberikan dana sebesar delapan persen dari nilai asset yang ada. Jika ini tidak bisa dilakukan, maka Yusuf Mansur harus bertanggungjawab secara hukum,” demikian Lulu.

Sebelum pulang ke Makassar, Luluk dan istri telah menggantongi sebuah janji Yusuf Mansur. “Dia bersedia bertemu kami setelah tanggal 15 Juni ini. Jika janji ini dikhianati oleh Yusuf Mansur, maka kami sudah punya rencana lain,” pungkas Luluk dengan gaya Makassar yang khas.

 

 

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.