Breaking News
(Foto : Rumah Tanaman)

Dua Bibit Unggul

Oleh: Satria Hadi Lubis

(Foto : Rumah Tanaman)

Seorang pria yang tidak lulus ujian masuk universitas, dinikahkan orang tuanya. Untuk mendapat penghasilan, ia pun melamar menjadi guru sekolah dasar dan mulai mengajar. Karena tidak punya pengetahuan mengajar, belum sampai  satu minggu mengajar ia sudah dikeluarkan.

Setibanya di rumah, sang istri menghiburnya dengan berkata: “Banyak ilmu dalam otak, ada orang yang bisa menuangkannya, ada pula yang tidak bisa. Tidak perlu bersedih karena hal ini. Mungkin ada pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu sedang menantimu.”

Kemudian ia melamar dan melakukan pekerjaan lain, namun dipecat juga karena geraknya lambat. Saat itu sang istri berkata: “Kegesitan kaki dan tangan setiap orang berbeda. Orang lain sudah bekerja beberapa tahun lamanya, dan kamu hanya belajar di sekolah, bagaimana bisa cepat?”

Ia pun bekerja lagi di banyak pekerjaan lain, namun tidak ada satu pun yang berhasil. Semua gagal di tengah jalan. Namun demikian, tiap kali pulang dengan patah semangat, sang istri selalu menghiburnya, tidak pernah mengeluh.

Ketika sudah berumur 35 tahun, ia mulai dapat titik terang melalui bakat berbahasanya. Ia menjadi pembimbing di sekolah luar biasa tuna rungu wicara.

Kemudian ia membuka sekolah siswa disabilitas, dan akhirnya bisa membuka banyak cabang toko yang menjual alat-alat bantu orang-orang disabilitas di berbagai kota. Akhirnya ia menjadi bos yang memiliki kekayaan berlimpah.

Suatu hari, ia yang sekarang sudah sukses besar, bertanya kepada sang istri, kenapa ketika masa depannya masih suram, engkau tetap begitu percaya kepadaku? Jawaban sang istri sangat sederhana dan bijak : “Sebidang tanah yang tidak cocok ditanami gandum, bisa dicoba untuk ditanami kacang. Jika kacang pun tidak bisa tumbuh dengan baik, coba tanami buah-buahan. Jika buah-buahan pun tidak bisa tumbuh, semaikan bibit gandum hitam, pasti bisa berbunga. Karena pada sebidang tanah, pasti ada bibit yang cocok untuknya, pasti bisa menghasilkan panen darinya. Engkau bagaikan bibit unggul untuk tanah yang tepat.”

Mendengar alasan sang istri, ia mengeluarkan air mata terharu. Keyakinan yang kuat, kesabaran, dukungan dan kasih sayang dari orang mencintai kita adalah bibit unggul yang lain. Semua prestasi dirinya adalah berkat keajaiban dua bibit unggul yang kokoh hingga bertumbuh kembang menjadi kenyataan.

Di dunia ini tidak ada seorangpun yang hanya sekedar sampah, dia hanya tidak berada di posisi yang tepat.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur