Breaking News
(Foto : Dok. Satria hadi Lubis)

Kalimat yang Paling Dibenci Allah

Oleh: Satria Hadi Lubis

(Foto : Dok. Satria hadi Lubis)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إن أبغض الكلام إلى الله أن يقول الرجل للرجل: اتق الله، فيقول: عليك بنفسك

 “Kalimat yang paling dibenci Allah adalah (jika) seseorang menasehati temannya, ’Bertaqwalah kamu kepada Allah’, tapi ia menjawab: ’Urus saja dirimu sendiri !” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, HR. an-Nasai dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah).

Ternyata kata-kata menolak nasehat, yakni “urus saja dirimu sendiri” sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dan betapa hari ini kita melihat banyak orang yang berkata sama seperti pada hadits di atas. Enggan menerima nasihat, menolak kebenaran, dan dengan lantang berlindung di balik kata-kata :

-“Jangan sok suci, hidup loe aja belum tentu benar!”

-“Urus dirimu saja, jangan campuri urusan orang lain!”,

-“Kita semua pendosa dengan cara yang berbeda-beda. Urus dosamu saja!,

– “Jangan apa-apa dihubungkan ke agama donk!”,

– “Dasar kadrun, agama dijadikan kedok!”

– “Jangan usil dan kepo urusan orang lain. Siapa elo..?!”

– “Hidup-hidup gue, yang penting gue gak merugikan orang lain”

– “Gue cari makan nggak dari elo, emang gue nyusahin elo!”

– Dan kata-kata semisalnya.

Akibatnya, muncullah orang-orang yang apatis dan tidak percaya diri untuk menasehati orang lain, baik orang terdekatnya maupun orang lain (termasuk memberikan nasehat di medsos). Dengan alasan takut di bully dan masih banyak dosa serta belum sempurna menjadi orang baik. Padahal jika menunggu sempurna dulu baru menasehati, sampai kapan diri yang sempurna itu terwujud? Sampai mati pun kita tak mungkin sempurna.

Lalu apakah jika kita diingatkan kesalahannya, dinasihati kekeliruannya dan yang mengingatkan itu usianya lebih muda, atau pendidikannya di bawah dari yang dinasehati, jabatan atau status sosialnya lebih rendah, maka sulit bagi kita untuk menerima nasehat??

Bahkan ada orang yang kalau mendengar kata agama ketika dinasehati, sudah muak duluan. Sudah antipati duluan dan menganggap yang menasehatinya itu sebagai orang yang mabuk agama dan kolot.

Ah, jangan-jangan kita pun termasuk diantara mereka yang tanpa sadar sering berkata demikian. Jangan-jangan kita pun termasuk orang-orang sombong yang menolak kebaikan dan kebenaran karena rasa tidak suka semata yang dijadikan ukuran.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (H.R. Muslim).

Tahukah kita bahwa sikap menolak nasehat tersebut bisa membuat kerasnya hati, yang akan kita sesali di hari kemudian? Lebih jauh lagi dapat merusak masyarakat karena hilangnya budaya saling menasehati sebagai pilar dari masyarakat yang beradab, tertib dan aman sejahtera? Yang ujung-ujungnya juga bisa merugikan diri, keluarga dan anak keturunan kita sendiri?

Memang nasehat itu pahit seperti minum obat. Nasehat itu seringkali salah dalam cara penyampaiannya, sehingga membuat kita merasa tersinggung. Akan tetapi –lepas dari caranya yang salah– nasehat itu tetap penting untuk membuat kita “sembuh” dan menjadi lebih baik. Mungkin kebanyakan kita menolak nasehat karena tidak mau diganggu kesenangannya dalam melampiaskan hawa nafsu.

Yang pasti ternyata sikap menolak nasehat tersebut adalah sikap yang sangat dibenci oleh Allah subhanallahu wa ta’ala. Naudzubillah min dzalik. Ampuni kami ya Allah…

About Redaksi Thayyibah

Redaktur