Breaking News
(Foto : Linimasa)

Cerita-Cerita Kecil Untuk Pagi Kita

Oleh: Ribut Wahyudi

(Foto : Linimasa)

Mari awali Senin pagi dengan berpikir positif, dengan hal-hal positif, dengan menyuntikkan semangat pada diri sendiri. Berikut aku bekali beberapa cerita kecil yang mungkin bisa mengubah cara kita memandang hidup kita sendiri dan hidup orang lain:

(1)

Seorang wanita memutuskan bercerai, menjadi janda di usia muda dan harus bekerja untuk menghidupi anaknya. “Kasihan dia, harus bersusah payah kerja. Bukannya lebih baik ada suami yang membiayai hidupnya?” celetuk tetangganya. Hey tahukah, mestinya kita beri dia dukungan karena telah berani mengambil keputusan besar di usia yang muda. Kita tidak tahu bahwa hidup bersama suaminya bisa saja adalah siksaan terbesar baginya dan mengambil risiko untuk bertanggungjawab atas hidupnya dan anaknya.

(2)

Seorang pria yang sudah cukup umur, terlihat mapan, cukup tampan, tetapi tetap hidup sendiri. Lalu salah satu temannya berkata, “Percuma kamu bekerja keras kalau tidak ada seseorang yang menemani hidupmu di rumah.” Padahal temannya itu tidak tahu, si pria itu bertekad sejak lama untuk membahagiakan orangtuanya terlebih dahulu, dan mengentaskan adik-adiknya sebelum menikah. Dia rela untuk menunda kebahagiaannya demi keluarga. Sudah semestinya kita respek kepadanya, bukan mencemoohnya.

(3)

Seorang wanita yang terlihat sibuk bekerja, dengan karir yang bagus, tetapi tidak terlihat pernah membawa kekasih atau suami. Salah satu kawannya berkata, “Dia lebih mencintai uang ketimbang laki-laki. Makanya hidupnya kesepian meski banyak uang.” Yang tidak dia ketahui bahwa si wanita itu sudah berkali-kali jatuh cinta tetapi selalu bertemu dengan pria yang salah. Dia telah mencobanya, dan masih mencoba untuk menemukan pria yang tepat. Semestinya kita beri dia rasa empati karena ujian menemukan pasangan hidup yang tepat juga sangat melelahkan dan dia kuat.

(4)

Seseorang yang terlihat pelit dan hemat dalam banyak hal. Tidak pernah kumpul-kumpul untuk makan enak atau sekadar hang out di kafe. “Hidup sekali kenapa tidak kau nikmati?” celetuk temannya. Padahal si teman tidak tahu bahwa dia berhemat agar bisa menyekolahkan anak-anak atau saudara-saudara kurang mampu di kampungnya.

Demikian lah, hidup orang lain tidak seperti yang terlihat. Sering kali yang salah adalah kita menggunakan standar moral dan standar hidup “normal” kita pada orang lain. Tidak semua masalah orang harus kita tahu, tidak semua masalah kita orang lain perlu tahu. Mari perbanyak empati, karena setiap orang punya kisah-kisah tersembunyi.

 

(RibutWahyudi Tinggal di: www.indoliterasi.com)

About Redaksi Thayyibah

Redaktur