Breaking News
(Foto : Good News from Indonesia)

Mantra Yusuf Mansur Merayu Korban Paytren

Dari Membeli Unicorn hingga IPO

(Foto : Good News from Indonesia)

Ini adalah “jualan” Yusuf Mansur terbaru soal Paytren. Yakni rencana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) Paytren September tahun ini. Lalu, seperti biasa, para pengikut Yusuf Mansur yang menyebut diri mereka sebagai ‘leader Paytren’ menjadikan “jualan” ini sebagai mantra merayu calon-calon korban mereka.

Sebelum ini, gossip yang dijual Yusuf Mansur soal Paytren adalah, akan membeli perusahaan unicorn di tanah air. “Target kami adalah membeli unicorn, bukan sekedar menjadi unicorn,” begitu sesumbar Yusuf Mansur kala itu, Oktober 2019. Gossip membeli unicorn ini kemudian menjadi jampi-jampi leader Paytren dalam mencari mangsanya.

Jauh sebelum itu, Yusuf Mansur menjual gossip, bahwa Paytren sudah ditawar investor luar negeri dengan harga tinggi. Sampai sekarang, siapa yang berencana beli tak pernah diungkap. Meski begitu itu sudah jadi bahan “jualan” pengikutnya, para mitra Paytren.

Kenyataan hari ini, tak pernah ada perusahaan ataupun perorangan yang mengaku punya rencana membeli Paytren. Baik di dalam dan luar negeri.

Kini soal rencana IPO September mendatang. Dalam berbagai publikasi media menyebutkan, ada 17 emiten (perusahaan yang melakukan penawaran saham secara umum) yang bersiap menggelar IPO tahun tahun ini di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tapi di situ tak ada nama PT. Veritra Sentosa Internasional (Paytren).

Bahkan, pada 25 Maret lalu, Komisaris BEI Pandu Sjahrir menyampaikan, hanya ada tiga startup yang bersiap mencatatkan saham perdana alias IPO. Ketiganya bakal melantai di BEI pada semester II 2021. Lagi-lagi nama Paytren tidak ada di dalamnya.

***

Dewasa ini, di Indonesia baru satu perusahaan startup dengan valuasi US$ 10 miliar lebih. Ini masuk kategori decacorn, yakni Gojek. Selain itu, ada empat perusahaan yang masuk kategori unicorn. Yakni yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar yaitu Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan OVO. Nah, perusahaan-perusahaan inilah yang rencananya baru akan masuk lantai bursa pada semester II tahun ini.

Bersamaan dengan itu, baru-baru ini muncul di publikasi daftar terbaru perusaahan kategori unicorn di Asia Tenggara. Lagi-lagi di sini nama Paytren tidak muncul.

Unicorn adalah gelar yang diberikan kepada startup (perusahaan rintisan) yang memiliki valuasi >US$ 1 miliar. Untuk mencapai nilai valuasi >US$ 1miliar bukanlah perkara mudah karena perusahaan rintisan perlu memperhatikan jumlah dan nominal transaksi, jumlah pengguna aplikasi/pelanggan, teknologi produk, kualitas tim, hingga terus berinvoasi untuk bersaing dengan kompetitor.

Pencapaian gelar startup unicorn nyatanya bukan akhir dari perjuangan perusahaan rintisan, karena ternyata masih ada gelar decacorn, dan hectocorn dengan masing-masing pencapaian yang berbeda.

Kalau sebelumnya unicorn merupakan perusahaan dengan valuasi >US$1 miliar, maka decacorn adalah startup yang memiliki valuasi >US$10 miliar. Di atas decacorn, dikenal juga istilah hectocorn sebagai gelar istimewa bagi startup yang memiliki valuasi senilai US$100 miliar.

Lalu, siapa saja unicorn Indonesia di tahun 2020? Pertama adalah GoJek. Aplikasi Gojek telah berevolusi dari hanya menawarkan tumpangan menjadi rangkaian lebih dari 20 layanan saat ini.

Lalu ada Tokopedia. Tahun lalu, Tokopedia mengklaim telah menguasai 1,5% perekonomian Indonesia. Tercatat, tak kurang dari 7,2 Juta UKM telah bergabung dengan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai 90 juta pengguna.

Berikutnya ada Traveloka. Traveloka didirikan pada tahun 2012. Berpusat pada bidang pemesanan hotel dan travel yang kemudian merambah ke gaya hidup dan finansial.

Bukalapak adalah unicorn berikutnya. Bukalapak telah melayani lebih dari 6 juta pelapak, 5 juta mitra dan 90 Juta pengguna aktif.

Selanjutnya ada OVO yang menjadi unicorn Indonesia kelima. Aplikasi pembayaran serba bisa ini, kini tengah menjadi fintech terbesar di Indonesia setelah sebelumnya pada tahun 2018 mengklaim telah menjalankan lebih dari 1 miliar transaksi.

Terakhir ada JD.ID. Perusahaan ini pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015. JD.ID kini telah memiliki 12 kategori pilihan produk mulai dari kategori pilihan ibu dan anak, smartphones, perangkat elektronik, hingga luxury.

Nah, dari unicorn-unicorn di atas, manakah yang sudah dibeli oleh Yusuf Mansur dengan Paytren-nya?  Sedangkan capaian unicorn saja balum diraihnya. Atau, bisakah September ini Paytren jadi melantai di pasar bursa? Ataukah hanya menjadi isapan jempol Yusuf Mansur yang dijadikan mantra untuk menjerat korban Paytren? Wallahu a’lam. Kita lihat lima bulan mendatang.

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.