Breaking News
(Foto : Istimewa)

Perindu Ampunan

Oleh: Salim A. Fillah

(Foto : Istimewa)

Maksiat adalah api. Ia menunggui dan kan menyambut ahlinya di akhirat nanti. Taubat adalah air; sederas hujan, selembut embun, sesejuk salju. Dan kita adalah tanah. Yang dengan siraman hujan menjadi subur. Yang dengan tetesan embun menjadi berkilau. Yang dengan selimut salju menjadi berehat.

“Al Quran telah menunjukkan pada kalian penyakit kalian dan obatnya”, ujar Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib. “Penyakit kalian adalah dosa. Obatnya adalah istighfar.”

Maka surga adalah “kebun”, tempat segala yang baik berakar, tumbuh, mekar, dan berbuah segar. Maka di bawahnya mengalir sungai-sungai; mengalun sesuci susu, bergemericik semanis madu, beriak sesemarak khamr murni. AmpunanNya adalah kebersihan, kesejukan, kenikmatan.

“Bagaimana pendapat kalian”, tanya Nabi ﷺ pada para sahabatnya, “Tentang seseorang yang di bawah rumahnya mengalir sungai, lalu setiap hari dia turun mandi ke sana lima kali banyaknya, maka masihkah tersisa kotoran di badannya?” “Tentu tidak ya Rasulallah ﷺ,” jawab sahabat. “Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu bagi ahlinya. Ia membersihkannya dari dosa-dosa.”

Maka benarlah beliau ﷺ dalam sabda shahih yang direkam Imam Muslim, “Shalat yang lima, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan; adalah penghapus bagi segala dosa di antaranya, selama dijauhi dosa-dosa besar.”

Betapa indahnya Ramadhan, bulan yang shiyam dan qiyamnya berjaminan ampunan, dari Dzat Yang Suka Memberi Ampunan. “Allaahummaa innaka ‘afuwwun. Tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun. Engkau suka menganugerahkan ampunan, maka ampunilah aku.”

Berbahagialah para perindu ampunan.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur