(Foto : Istimewa)

Tawadhu

Oleh: Satria Hadi Lubis

(Foto : Istimewa)

Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Janganlah sekali-kali kamu meremehkan seorang Muslim, karena orang Muslim yang rendah itu di hadapan Allah adalah mulia.”

 Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Sesungguhnya kalian telah lalai dari ibadah yang paling utama, yaitu tawaadhu’ (lawan ujub dan sombong).”

Aisyah juga pernah ditanya, “Kapankah seseorang telah bersalah?” ia menjawab, “Ketika dirinya mengira bahwa ia orang yang terbaik.”

Qatadah rahimahullah pernah berkata, “Barang siapa yang diberikan harta, kecantikan, pakaian maupun ilmu, kemudian ia tidak bertawadhu’, maka nanti akan menjadi musibah baginya pada hari kiamat.”

 Muhammad bin Wasi’ berkata, “Kalau sekiranya dosa itu dapat tercium baunya, tentu tidak seorang pun yang akan mau duduk bersamaku.”

Dalam riwayat disebutkan bahwa Umar bin Abdul ‘Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar, lalu dirinya khawatir tertimpa ujub, maka ia memutuskan khutbahnya. Dan apabila ia menulis tulisan yang di sana membuatnya ujub, maka ia merobeknya dan berkata, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan diriku.”

Ibnu Rajab berkata, “Seorang mukmin sepatutnya senantiasa melihat dirinya jauh dari derajat yang tinggi, sehingga dengan begitu ia mendapatkan dua faedah berharga; sungguh-sungguh dalam mengejar keutamaan serta berusaha menambahnya lagi dan melihat dirinya dengan penglihatan yang kurang.”

Ibnul Qayyim berkata, “Berhati-hatilah dari sikap berlebihan (mengatakan) “saya”, “saya memiliki” dan “milik saya”, karena lafaz-lafaz tersebut telah membuat iblis, Fir’aun dan Qarun tertimpa cobaan. “Saya lebih baik darinya” diucapkan iblis. “Saya memiliki kerajaan Mesir” diucapkan Fir’aun dan “Sesungguhnya aku diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” diucapkan Qarun.”

Na’udzubillah. Berhati-hatilah untuk selalu tawadhu’.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur