Breaking News
Wachidin (kiri) pendiri 'Kampung Paytren di Bekasi dengan penulis.

KISAH LEADER PAYTREN “PENGUSAHA” BESUTAN YUSUF MANSUR (5)

‘Kampung Paytren’ Layu Sebelum Berkembang

Wachidin (kiri) pendiri ‘Kampung Paytren di Bekasi dengan penulis.

Dua tahun lalu, Yusuf Mansur pernah membanggakan sebuah komunitas di Bekasi. Namanya ‘Kampung Paytren’. Dalam publikasinya, Yusuf Mansur menggambarkan, masyarakat pada sebuah ‘kampung’  semuanya ramai masuk dan bergabung dengan Paytren. Lalu, bagaimana nasib Kampung Paytren itu sekarang?

Kamis (15/4) penulis menjambangi Blok R, Sektor 5, Perum Pondok Ungu Permai (PUP), Bekasi Utara. Lokasi Kampung Paytren yang dimaksud. Penulis bisa bertemu dan berbincang dengan Wachidin. Pria asal Purworejo, Jawa Tengah ini adalah pendiri dan leader ‘Kampung Paytren’ itu.

Menurut Wachidin, ‘Kampung Paytren’ itu bukan berarti orang sekampung menjadi anggota Paytren. “Tapi itu hanya nama dari sebuah tim yang berada dalam jaringan saya,” jelas Wachidin. “Walaupun pada awalnya, banyak juga orang di Blok R sini yang bergabung dengan Paytren,” tambah Wachidin.

Kampung Paytren ini bermula pada tahun 2015. Saat Wachidin bergabung degan Paytren, yang ketika itu masih bernama VSI. Sebelum gabung dengan Paytren, Wachidin dan beberapa tetangganya juga sudah malang-melintang di dunia Multi Level Marketing (MLM).

Begitu Yusuf Mansur memperkenalkan Paytren, Wachidin tidak membuang kesempatan. Dia mengajak tetangganya gabung bersama. Karena aplikasi serupa Paytren ketika itu belum banak dikenal, maka beberapa tetangga Wachidin di Blok R menjadi tertarik dan bergabung.

Memanfaatkan jaringan MLM sebelumnya yang sudah ada, Wachidin terhitung cepat membentuk jaringan baru dalam Paytren. Karena jaringannya dirasakan cukup besar, Wachidin merasa perlu memberikan identitas pada jaringannya itu. Lalu nama ‘Kampung Paytren’ itu digunakan.

Nama ‘Kampung Paytren’ bentukan Wachidin ini akhirnya sampai juga di telinga Yusuf Mansur. Wachidin kemudian bisa mendatangkan Yusuf Mansur ke lingkungan perumahan tempat dia tinggal. Supaya meriah, Wachidin mengundang masyarakat sekitar. Sebuah tenda dan kursi berbaris-bari. Jalan perumahan yang memang tak luas di situ ditutup. Yusuf Mansur datang. Dia berceramah “menjual” Paytren. Juga tak lupa, meminta sedekah dari hadirin.

Sayangnya, ‘Kampung Paytren’ ini tak berumur panjang. Kampung Paytren mati ketika dalam tahun 2017, Febrian Agung Budi Prasetyo memperkenakan Eco Racing. Ini adalah MLM baru yang menjual ‘obat’ penghemat BBM.  Nafas Kampung Paytren-pun di PUP inipun berhenti berhembus.

Wachidin (kiri) sudah tinggalkan Paytren dan memboyong jaringannya ke MLM lain.

Wachidin kemudian kembali memboyong jaringannya dalam ‘Kampug Paytren’ itu pindah ke Eco Racing. Bahkan, beberapa tetangga Wachidin yang sama dalam jaringan ‘Kampung Paytren’ juga “bermain” pada MLM lain. Ramai-ramai tinggalkan Paytren.

Saat ini, jika lewat di Blok R, PUP, orang bisa lihat beragam spanduk dan banner terpampang di pagar rumah-rumah di situ. Penghuni di situ ramai “menjual” macam-macam MLM dengan berbagai produknya. Logo-logo Paytren sudah tak terlihat lagi.

Jazuli, seorang tetangga Wachidin membenarkan, bahwa komunitas Kampung Paytren sudah pindah sekoci. Jazuli yang juga pernah berada dalam jaringan ‘Kampung Paytren’ ini sekarang mengaku “sukses” dengan MLM lain.

Seperti Wachidin, Jazuli juga akui kepindahan mereka ke MLM lain itu karena Paytren tidak menguntungkan. “Kami merasa tak nyaman dan tak menguntungkan lagi di Paytren. Sistimnya yang membingungkan dan susah mendapat pengikut,” demikian Jazuli beralasan.

Dengan MLM baru, Wachidin dan Jazuli sama-sama mengaku berhasil. Mobil yang bertengger di depan rumah mereka diakui sebagai hasil dari usaha MLM baru mereka. Sedangkan di Paytren, walau sudah mampu membina jaringan sendiri, namun Wachidin mengaku tidak mendapat rewards yang menggembirakan. “Saya hanya dapat seuah hand phone biasa,” akui Wachidin.

“Sekarang orang tak lagi gunakan Paytren karena banyak aplikasi serupa dengan fitur yang lebih lengkap dan gratis pula. Sedangkan Paytren, terlalu banyak kekurangan, sistim yang membingungkan dan berbayar pula,” tambah Jazuli.

Wachidin sendiri mengaku masih menerima permintaan orang jika ingin bergabung dengan Paytren. Tapi dia tidak lagi mau mengurusinya. “Jika ada yang menghubungi saya dan meminta gabung dengan Paytren, saya akan lemparkan ke jaringan yang pernah saya bina. Mungkin di sana ada yang masih mau mem-follow up-i, saya persilahkan,” jelas Wachidin. Dia sendiri sudah fokus dengan bisnis MLM lain dan tidak mau lagi mengurusi Paytren. Kampung Paytren itu sekarang sudah layu sebelum berkembang.

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.