Breaking News
(Foto : Faktual)

Haramnya Pacaran

Oleh: Satria Hadi Lubis

(Foto : Faktual)

Film dan sinetron remaja saat ini rata-rata “merestui” pacaran sebagai gaya hidup anak muda. Membuat penontonnya hanyut mengiyakan bahwa pacaran adalah nostalgia indah di masa muda. Bahkan kalau tidak pacaran sepertinya kurang “sah” untuk menjadi pemuda.

Namun yang jelas budaya pacaran –dengan berbagai gayanya– sudah mewabah di kalangan anak muda Indonesia. Dianggap biasa dan tak lagi dianggap sebagai dosa zina. Begitu mudah kita melihat lelaki dan perempuan bukan muhrim bergandengan tangan atau naik motor sambil pelukan. Padahal Rasulullah saw bersabda : “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734).

Allah swt berfirman tentang haramnya pacaran :  “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17] : 32).

Di lain sisi, ada anak muda sholih sholihah yang tidak mau pacaran. Mereka memilih mencari jodoh dengan cara TA’ARUF (berkenalan dan langsung menikah tanpa pacaran) untuk menghindari zina dan salah memilih jodoh karena hawa nafsu.

Model Ta’aruf –bagi yang sudah mengalaminya– adalah model mencari pasangan untuk menikah yang sebenarnya jauh lebih romantis daripada pacaran. Model yang membuat hati klepak-klepek sepanjang usia perkawinan.

Model inilah yang saya lakukan dahulu dan juga dilakukan oleh sebagian anak muda milenial saat ini. Model tanpa PDKT, tanpa apel dan malam mingguan, tanpa merajuk dan manja-manjaan yang bikin bingung hati dan tanpa perlu ada riwayat sakit hati yang menyakitkan karena diputusin berkali-kali. Dan yang paling penting adalah tanpa dosa zina.

Bercinta model ta’aruf memang luar biasa. Bayangkan..! Gak kenal secara dekat tapi udah berani ngajak nikah. Menantang banget! Cocok untuk jiwa anak muda sejati.

Dag-dig-dug sampai datangnya hari H pernikahan. Baru lihat secara utuh jodoh kita di malam pertama. Bersentuhan saja bikin hati panas dingin, salting, muka udah seperti kepiting rebus, malu-malu tapi mau..ahhh serba salah. Indahnya bukan main! Hati ini diselimuti cinta suci tanpa nafsu jahat dan PHP.

Lebih indahnya lagi setelah malam pertama, mereka yang menikah pakai model Ta’aruf mulai berusaha saling memahami, menghargai, memperhatikan dan melindungi. Mulai deh mereka “pacaran” setelah nikah, yang bawaannya pengen mesraaa terus…. tanpa ada kekuatiran dosa zina atau takut di PHP-in.

Persis seperti puisi ini :

Walau sering tidak terucap

Namun hati kita saling menyapa di kejauhan

Engkau yang tak kukenal

Tapi berkata jujur tentang cinta di antara kita

Akhirnya kita bersama

Dengan canda dan serius yang dilumuri oleh rasa syukur karena saling sayang di antara kita

Terima kasih kekasih  karena engkau mau menua bersamaku…

Sebaliknya, pacaran mungkin indah diawal pertemuan saja. Semakin lama pacaran semakin jenuh dan monoton. Bahkan ketika menikah sudah basi momen romantisnya karena kelamaan pacaran dengan berbagai gaya (termasuk gaya bebas).

Belum lagi hati orang yang pacaran selalu diselimuti rasa cemas menunggu tragedi yang akan terjadi, yakni putus dan patah hati. Atau rasa bersalah terus menerus karena berpindah dari satu zina ke zina yang lain. Sedih kita melihat korban pacaran bergelimpangan disana-sini yang dibuktikan dengan banyaknya lagu-lagu patah hati sentimentil yang laku keras karena pendengarnya merasa “itu gue banget”.

Sebaliknya, cari jodoh dengan model ta’aruf justru membahagiakan. Merupakan solusi satu-satunya untuk menemukan cinta sejati yang telah diberikan Allah kepada kita semua.

Model ta’aruf bukanlah seperti membeli kucing dalam karung. Dengan alasan “Tidak kenal kok langsung nikah. Yang pacaran dan sudah kenal luar dalam saja bisa cerai, apalagi tanpa pacaran”, ujar  mereka yang pro pacaran.

Mereka lupa satu hal, mengapa model ta’aruf lebih romantis dan tingkat perceraiannya jauh lebih rendah daripada model pacaran. Hal itu disebabkan  model ta’aruf lebih diridhoi oleh Allah swt. Disitu ada “tangan” Allah yang ikut bermain membolak-balikkan hati manusia, sehingga pernikahan model ta’aruf menjadi jauh lebih romantis dan langgeng, seperti yang telah dibuktikan oleh para penikmatnya.

Maha Benar Allah yang dengan cara-Nya menyatukan hati-hati para kekasih.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Qs. 30 ayat 21).

About Redaksi Thayyibah

Redaktur