Breaking News
(Foto : Cinta Ahlul Bait Nabi)

IMAM ALI BERSEDEKAH KETIKA RUKU

(Foto : Cinta Ahlul Bait Nabi)

Menjelang Zuhur, suasana masjid Madinah dipenuhi dengan maknawiyah dan spiritual. Orang-orang sedang sibuk beribadah di dalam masjid. Sebagian ada yang membaca al-Quran dan sebagian lain ada yang berdoa. Sebagian dalam keadaan berdiri dan sebagian lain dalam keadaan sujud mengagungkan kebesaran ilahi. Alunan doa dan munajat kepada Allah menarik perhatian setiap orang yang baru masuk.

Hari itu Rasulullah Saw juga berada di dalam masjid untuk mengerjakan shalat.  Sejumlah orang duduk mengitari beliau dan beliau juga sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. tiba-tiba datang seorang lelaki di depan pintu masjid. Kelihatannya tidak ada seorangpun yang mengenalinya, namun ia kelihatan lelah dan sedih. Ketika mengetahui orang-orang ada di dalam masjid, ia masuk ke dalam dan melihat ke sana ke mari.

Kemudian dengan suara lantang dan gemetar menjelaskan keadaan dirinya dengan harapan semuanya mendengarkan dan meminta bantuan kepada orang-orang yang hadir dalam masjid. Suaranya menunjukkan kesedihan dan kesusahan yang melanda dirinya. Raut wajahnya menunjukkan keterpaksaannya untuk meminta bantuan karena kemiskinan yang melilitnya.

Sang lelaki itu kemudian diam berdiri di sudut masjid menunggu reaksi para hadirin. Namun tidak seorangpun menunjukkan reaksinya. Kembali ia berkata, “Berikan sesuatu untukku demi keridhaan Allah!”

Namun seakan-akan tidak ada seorang yang datang untuk menolong orang itu. Dua orang sedang bercakap-cakap dan mengatakan, “Aduhai, seandainya saja kita bisa membantunya!”

Yang satunya lagi menjawab, “Benar. Tapi kamu sendiri tahu bahwa kami juga hidup dalam kesengsaraan.”

Dari jauh Rasulullah Saw memperhatikan, siapakah yang akan bergerak terlebih dahulu untuk membantu sang fakir ini.

Setelah beberapa saat, lelaki ini menengadah ke langit seraya berkata, “Ya Allah! Jadilah Engkau sebagai saksi! Aku datang ke masjid nabi-Mu dan meminta bantuan kepada kaum Muslimin, namun tidak seorangpun menyelesaikan masalahku!”

Pada saat itu Imam Ali as yang sedang mengerjakan shalat dan dalam keadaan ruku membaca tasbih  menjulurkan tangannya yang bercincin ke arah lelaki tersebut.

Dengan takjub orang-orang memperhatikan. Seseorang berkata, “Apa maksud Ali dengan sikap ini?”

Yang lain berkata, “Tidakkah kau melihat dia mengisyaratkan cincinnya kepada lelaki itu?”

Lelaki miskin yang awalnya tidak percaya, datang mendekati Imam Ali as dan mengambil cincin tersebut dari tangan Imam dan tersenyum sambil menggenggam cincin di tangannya. Ia pergi dari tengah-tengah para hadirin dan keluar dari masjid. Melihat kejadian ini, Rasulullah Saw merasa gembira dan senang. Beliau mengahadap Allah seraya berkata, “Ya Allah! Saudaraku Musa telah meminta kepada-Mu agar memberikan kelapangan dada kepadanya, memudahkan segala urusannya, memberikan kefasihan berbicara kepadanya agar masyarakat memahami ucapannya dan menetapkan saudaranya Harun sebagai pendukung dan penolongnya dalam urusan risalahnya. Ya Allah! Engkau telah mengabulkan permintaan-permintaannya. Sekarang saya, Muhammad nabi dan utusan-Mu, berikan kepadaku kelapangan dada, mudahkan semua urusanku dan tetapkan dari keluargaku; Ali sebagai pengganti  dan penolongku sehingga dengannya aku memiliki pendukung yang kuat dan kokoh!”

Abu Dzar satu di antara hadirin yang ada di dalam masjid. Ia menukil peristiwa ini dan mengabarkannya kepada semua masyarakat seraya berkata, “Ketika doa Rasulullah Saw belum selesai, para hadirin melihat wajah beliau berubah. Beliau sedang menerima wahyu dari Allah dan malaikat Jibril membacakan ayat berikut ini:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّـهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

“Sesungguhnya wali dan pemimpin kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat dalam keadaan ruku.” (QS. Maidah: 55)

 

(Dadan Kurnia)

About Redaksi Thayyibah

Redaktur