Breaking News
(Foto : Kompasiana)

Dinar, Uang Fiat dan Fir’aun

Oleh: Ronny P Sasmita

(Foto : Kompasiana)

Zaim Saidi,  penggagas pasar Muamalah di Depok ditangkap.  Berdasarkan aturan moneter hari ini,  saya memahami mengapa beliau ditangkap.  Aturan di Indonesia hanya mengikut aturan moneter internasional yang ditetapkan oleh IMF,  Bank of International Settlement (BIS),  dan bank dunia,  yang dibelakangnya semua ada The Fed sebagai master mind,  si raja tega riba penguasa dunia.  Hahahha. Apa aturannya,  aturannya adalah Emas dilarang digunakan sebagai alat pembayaran. Bahkan Indonesia boleh jadi tak ikut dalam rapat penetapankesepakatan itu dulu.

Memang gak mudah,  bahkan sangat sulit melawan hegemoni uang fiat,  yang diback up penuh oleh sistem riba.  Bahkan,  jika saya tak salah,  saya pernah mendengar ceramah Syeich Imran Hosein Trinidad di Kuala Lumpur,  saat ia mengutip Hadist Nabi, tentang semua manusia pada akhirnya akan masuk ke dalam sistem perbankan internasional berbasis riba ini sehingga opsi terkahir yang tersisa bagi kita hanya ikut terlibat dengan batas paling minimal saja.  Misalnya ya ikut menggunakan service untuk menyimpan uang,  tanpa mengambil bunga dan tidak mengambil kredit sedikitpun.

Uang kertas fiat,  pun uang digital,  jelas-jelas memang bukan uang yang diijinkan Allah, setidaknya begitu kata para pakar Al Quran, karena tak memiliki nilai intrinsik. Tapi di Indonesia, Tuhan kan memang jarang dibawa-bawa.  Hahaha.  Kecuali saat kampanye aja.  Bukan hanya di agama Islam,  di agama lainpun sebenarnya sama.  Jika anda pernah membaca kasus Nabi Isa As yang  menyingkirkan meja money changer di Tempel Jerusalem,  sampai akhirnya Beliau dihukum oleh Romawi, itulah salah satu kisah Nabi Allah menolak uang tanpa nilai instrinsik.

Di dalam Taurat pun ada sedikit aturan tentang riba yang melarang orang Yahudi meminjam uang ke sesama Yahudi dengan bunga.  Tapi tidak melarang pinjaman berbunga ke non jews.  Saya memahami ini,  karena Taurat jauh lebih tua dari Al Quran.  Bahkan bagi Nabi Muhammad,  larangan riba muncul di akhir-akhir masa hayatnya,  saking kompleknya persoalan riba itu. Bisnis pinjam uang berbunga sangat ramai di Mekah kala itu.  Bahkan salah seorang paman nabi adalah seorang lender.

Nyaris saja sistem moneter riba ini kolaps di tahun 1973an,  karena harga minyak menggila dan inflasi menghantam Amerika.  Kisahnya berawal dari penolakan OPEC atas sikap Amerika yang lebih pro Israel di perang Yom Kipur.  Lalu dunia Arab menghukum Amerika dengan membatasi produksi minyak,  yang berakibat kelangkaan supply,  sehingga harganya menggila.  Saat itu,  Amerika juga sedang resesi.

Lalu secara sepihak pemerintahan Ronald Reagan memutus kaitan emas yang mem-back up dollar karena tak sanggup mengadakan emasnya.  Lahirlah uang fiat.  Sebelummya,  berdasarkan perjanjian Brettonwood,  hanya mata uang Dollar yang di-back up oleh emas,  sementara semua mata uang lain mengacu pada dollar.

Artinya,  jika Dollar diceraikan dari emas,  otomatis Dollar mengambang tanpa nilai instrinsik,  padahal semua mata uang mengacu ke Dollar.  Artinya lagi,   semua mata uang,  sejak 1973, mengacu pada Dollar yang sudah tak punya nilai instrinsik. Dengan kata lain,  semua mata uang mengambang,  tanpa nilai instrinsik.  Jadi saat ini,  penciptaan uang mengacu kepada surat utang.

Uang akan bertambah saat surat utang terbit.  Saat anda menjaminkan sertifikat rumah anda,  maka surat perjanjiannya menjadi promisory note (perjanjian surat utang anda dengan bank)  alias aset bagi bank (M2),  atas dasar itu bank mencetak uang dan memasukan sejumlah angka ke dalam rekening anda.

Mengapa?  Karena asset Bank bertambah berkat Promisory Note (M2)  itu,  lantas bank mengirimi angka ke rekening anda. Aneh kan?  Anda minjam ke bank jaminan sertifikat,  tapi asset banknya bertambah.    Ini teori uang jauh di atas  teori bank sebagai pelaku intermediasi financial atau pelaku Fractional Reserve System. Nama teorinya Credit Creation.  Seorang profesor ekonomi di Southampton University sering berbicara ini.  Teori money out of thin air,  uang diciptakan dari ketiadaan, dari angin, oleh para raja-raja perbankan. Simsalabin.  Isi ceramahnya mirip dengan Zaim Saidi sebenarnya.  Begitupula dengan negara,  negara dikatakan print money saat menerbitkan surat utang. Begitu ilustrasinya

Balik ke Dollar tadi,  karena resesi Amerika 1970an awal di mana harga emas menggila dan dollar tepar,   Ronald Reagan memutus kaitan Dollar dengan Emas, agar dollar tidak terpengaruh oleh kenaikan harga emas. Dan untuk menyiasati agar dollar tetap dominan, tahun 1974 Henry Kissinger datang ke Arab,  nego dengan Raja Faisal,  agar Dollar digunakan sebagai alat transaksi perdagangan minyak dunia di Liga Arab.  Maka lahirlah Petro Dollar.

Karena minyak adalah komoditas yang dibutuhkan oleh semua negara,  lalu diwajibkan pula transaksinya pakai Dollar,  maka otomatis semua negara akan berlomba-lomba menyimpan reserve atau devisanya dalam Dollar, karena kebutuhan minyak.  Tak bisa tidak,  Dollar akhirnya dibutuhkan oleh semua negara dan dominasinya kian menggila sampai hari ini. Inilah kisah awal mengapa sebuah mata uang melemah atau menguat akibat jumlah devisa Dollar-nya bertambah atau berkurang. Dan devisa itu harus dalam Dollar.  So,  siapa yang kena kerjain?  Dasar Raja Faisal, akibatnya ke kita semua.

Di sisi lain,  ada aturan di IMF,  sejak brettonwood,  emas tidak diperbolehkan dipakai sebagai alat tukar lagi. Sangat jelas niat dibalik lahirnya aturan ini,  yakni agar Dollar tidak punya saingan.  Nah,  atas aturan inilah transaksi itu dilarang di Depok. Kok bisa ada aturan itu di IMF,  ya bisa karena Amerika pemenang perang dunia pertama dan kedua.  Bagaimana merubahnya,  ya perang dunia ketiga dan Amerika dengan semua bumper ribanya kalah.

Dalam agama-agama besar ada istilah perang itu,  di Kristen namanya Armagedon.  Di dalam Islam namanya Al Malhamah Al Kubro.  Perang akhir jaman.  Tapi apakah yang dimaksud perangnya dengan sistem kapitalisme internasional besutan Judeo Cristianin Zionis atau bukan,  walahualam.  Hehhee.  Paham kan!…

Pemerintah salah?  Hmmm ya pemerintah hanya menjalankan aturan yang sudah baku secara internasional. Ya gimana lagi

Sekalipun dalam cermaah terakhir Nabi di Mekah,  dikatakan bahwa mulai hari ini riba dilarang.  Tapi justru hari ini riba itu menguasai seluruh umat manusia.  Dan para ustad berlomba-lomba memperlihatkan kekayaannya,  isi rekeningnya,  sembari koar-koar atas nama Allah dan Nabi.

Silahkan anda secara bebas mengimajinasikan pada satu ketika semua negara di dunia mempunyai utang puluhan kali lipat PDBnya?  Maka hasilnya adalah perbudakan global. Bayangkan,  Indonesia yang utangya katanya baru 30 persenan dari PDB,  sudah menyicil bunga 300 T setiap tahun?  Itu duit semua,  diambil dari keringat rakyat yang dipajaki.

Bagaimana kalau utangnya 200-300 persen PDB?  Tentu bunganya bisa ribuan triliun per tahun?  Kalau sudah di fase ini,  perbudakanlah yang terjadi. Semua negara dan rakyatnya bekerja untuk membayar utang kepada sebuah sistem global.  Persis seperti era Firaun,  setelah Nabi Yusuf berhasil membawa Firuan keluar dari krisis kelaparan dengan strategi yang jitu (silahkan baca Taurat), akhirnya semua lahan penduduk mesir kala itu jadi milik Firuan,  karena semua harta rakyat Mesir sudah ditukar dengan gandum,  akibat kepalaran tujuh tahun.

Walhasil,  karena semuanya punya Firuan,  otomatis semua rakyat bekerja untuk Firaun,  terutama kaum Bani Israel yang benar-bener diperbudak oleh Firuan.  Yusuf menjadikan Firuan pemilik semuanya di Mesir,  dan Yusuf pula yang menyuruh Yakup dan keturunannya migrasi ke Mesir,  walhasil ujungnya jadi budak Firuan.  Maka munculah Nabi Musa.

Penindasan,  sekelas Firaun,  akan berhadapan langsung dengan Allah,  begitu janji Al Quran.  Setelah Firaun tenggelam,  ia sempat mengakui kebesaran Allah,  Tuhannya Nabi Musa,  tapi sudah telat,  dan Tuhan berjanji akan menyelamatkan jasadnya untuk dijadikan bukti kemurkaan Allah sebagai pelajaran bagi generasi selanjutnya (silahkan baca Al Quran).  Dan kita kini menyaksikan bahwa jasad itu akhirnya ditemukan di abad 19, utuh sebagaimana janji Allah.

Selain penindasan Firaun,  kasus Sodom dan Gomora pun akan berhadapan langsung dengan Allah,  kaum Nabi Lut itu telah merasakannya.

Jadi gurita kapitalisme riba ini mungkin tak akan pernah mampu kita hadapi. Sudah mendarah daging.  Cukup berani orang-orang yang ingin menggunakan Dinar hari ini, dan layak dilihat dalam perspektif lain.  Tapi pada akhirnya biarkanlah sistem perbudakan global itu berhadapan langsung dengan Allah, sebagaimana Allah memghukum Firaun.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur