Breaking News
Pasar Kranggan tahun 1948 dan Jeep Willys Sri Sultan HB IX (Foto : aku Edi Haryadi)

Sri Sultan HB IX dan Bakul Beras

Oleh: Edi Haryadi/Indonesia Tempo Doeloe

Pasar Kranggan tahun 1948 dan Jeep Willys Sri Sultan HB IX (Foto : aku Edi Haryadi)

Cerita ini dituturkan oleh SK. Trimurti (istri Sayuti Melik, pengetik naskah proklamasi). Saat itu Trimurti sedang berjalan kaki dari Jl. Malioboro menuju rumahnya di Jl. Pakuningratan di tahun 1946 (masa  Yogyakarta Ibukota Republik).

Beliau penasaran dengan kerumunan warga yang mengelilingi seorang simbok bakul (pedagang) beras yang pingsan di depan pasar. Ternyata yang membuat warga berkerumun bukan bakul tersebut, namun penyebab kenapa dia pingsan.

Cerita berawal ketika si bakul beras memberhentikan sebuah mobil jip untuk menumpang ke Pasar Kranggan. Jip berhenti dan dengan sigap mempersilahkan si simbok bakul beras naik, setelah selesai mengangkat dagangan beras ke dalam jip, sang sopirpun berangkat. Sesampainya di pasar, simbok bakul beras meminta sopir untuk menurunkan semua dagangannya dan bersiap membayar jasa. Namun dengan halus si sopir menolaknya. Lalu, simbok bakul beras itu berkata sembari merengut, “Apa uang yang saya berikan kurang?” Si sopir tidak menjawab, hanya tersenyum dan beranjak ke jipnya lalu bergerak menuju arah selatan.

Setelah kejadian tersebut, seorang polisi datang dan bertanya pada simbok bakul beras, “Apakah Mbakyu tau, siapa sopir tadi?” “Sopir ya sopir, saya nggak tau namanya. Memang sopir satu tadi agak aneh!” jawab simbok bakul beras dengan nada ketus.

“Kalau Mbakyu belum tau, akan saya kasih tau. Sopir tadi adalah Sri Sultan HB IX”. Mendengar hal tersebut, si pedagang beras tersebut langsung semaput. Ternyata sopir yang ia marahi karena menolak menerima uang imbalan serta membantunya menaikkan dan menurunkan dagangan adalah Raja Yogyakarta.

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur