Tuakang ketoprak (Foto : Muhammad Rizal Aydogan)

BELAJAR DARI TUKANG KETOPRAK

Oleh : Muhammad Rizal Aydogan

Tuakang ketoprak (Foto : Muhammad Rizal Aydogan)

Pulang kantor, mampir dulu beli titipan orang rumah, kali ini dititipin ketoprak. Akhirnya ketemu gerobak ketoprak, kok ini gerobaknya kosong ga ada orang yang jaga.

“Pak, ini tukangnya mana?” tanyaku ke tukang cucur di sebelahnya.

“Oh, lagi sholat maghrib, Pak. Dah dari tadi, bentar lagi datang”, jawabnya.

Sehubungan ini pesenan orang rumah, terpaksalah menunggu agak lama, kalo untuk diri sendiri mah sudah saya tinggal langsung.

Sedikit terlintas dalam hati, betapa banyak potensi pembeli yang akan hilang, kalo ditinggal lama begini.

Tak berapa lama datanglah tukang ketoprak itu

“Beli ketoprak, Pak. Satu,” ucapku.

Entah mengapa, tiba-tiba berubah pikiran, “Dua deh, Pak”.

Kemudian datanglah beberapa orang yang antri ingin beli ketoprak. Entah darimana mereka, tadi saya menunggu sendiri ga ada orang lain, tiba-tiba mereka datang memesan ketoprak .

Masya Allah, tidak sedikit pedagang yang rela meninggalkan sholat demi menjaga dagangannya yang belum tentu ada orang beli. Apalagi jika pelanggan sedang ramai. Atau mungkin pegawai-pegawai kantoran, rela menunda-nunda sholat bahkan meninggalkan sholat hanya karena alasan sibuk kerja, meeting dan lain sebagainya. Mereka (dan juga kita) seakan lupa kalau Allah-lah yang mengatur rezeki.

Tukang ketoprak ini, dengan yakinnya meninggalkan jualannya tuk sholat, seakan-akan ia lari meninggalkan rezekinya.

Sekembalinya dari sholat ternyata rezeki datang bak lebah mengerumuni bunga. Bahkan Allah-pun menggerakkan hati saya sendiri untuk membeli lebih dari yang seharusnya.

Sungguh benar perkataanmu wahai Nabiku,

لو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت لأدركه رزقه كما يدركه الموت

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.” (HR Ibnu Hibban No. 1084. Hadits hasan dalam Silsilah al-Ahadiits ash-Shahihah no. 952)

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu bertakwa, yang selalu mengutamakanNya di atas dunia seisinya.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur