Breaking News
Lady dan teman-teman mantan TKW di Hong Kong (berjilbab) bersama kuasa hokum mereka. Bertekad menggugat Yusuf Mansur secara hokum atas investasi bohong yang dikumpulkannya (Foto : Depri)

BALADA TKW DENGAN BISNIS YUSUF MANSUR (3)

Investasi Tabung Tanah yang Pupus

Lady dan teman-teman mantan TKW di Hong Kong (berjilbab) bersama kuasa hukum mereka. Bertekad menggugat Yusuf Mansur secara hukum atas investasi bohong yang dikumpulkannya (Foto : Depri)

Tahun 2017 Lady (sebut saja begitu) tinggalkan Jember, Jawa Timur dengan niat merubah nasib. Ke Hong Kong Ledy pergi dengan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Di Hong Kong, Lady bekerja di sektor domestic. Selama bekerja dia dapat hak-haknya sebagai pekerja, termasuk libur dan cuti tahunan. Dengan gaji yang terhitung lumayan, Lady menabung sedikit demi sedikit. Uang tabungan diharapkan bisa memberi peluang usaha kelak bila pulang nanti.

Saat libur, Lady luangkan waktu untuk mengaji bersaman teman-temannya, sesama TKW. Mereka membentuk perkumpulan sosial yang salah satu giatnya adalah melakukan kajian agama.

Dalam tahun 2014, jamaah pengajian TKW di Hong Kong ini mengundang Yusuf Mansur guna berceramah.Yusuf Mansur ternyata tidak datang sendiri. Dia membawa tim. Kepada Yusuf Mansur dan tim, para TKW memberi fasilitas tiket dan akomodasi selama di Hong Kong.

Teringat Lady, kala itu tanggal 21 September 2014. Bertempat di Southern Sport Center, Wanchai MTR Exit A3, Yusuf Mansur memberikan ceramahnya. Seperti biasa, Yusuf Mansur memulai ceramahnya dengan mengajak jamaah membaca Qur’an bersama. Seperti biasa pula, isi ceramah Yusuf Mansur adalah soal sedekah. Sedangkan pada akhir ceramahnya, Yusuf Mansur meminta sedekah dari jamaah yang kemudian dikumpulkan dan dibawanya pulang.

Dokumentasi ceramah Yusuf Mansur di Hong Kong 21 September 2014 (Foto : Dokumentasi Hilwa Humaira)

Selain meminta sedekah,kesempatan kali ini dimanfaatkan Yusuf Mansur untuk mengumpulkan uang yang lebih banyak. Yakni, jualan investasi. Adalah Hotel Siti, Condotel Moya Vidi, VSI atau Paytren dan Tabung Tanah, adalah investasi-investasi yang dijual Yusuf Mansur.

Lady kemudian tertarik dengan investasi Tabung Tanah. “Karena nilai investasinya terjangkau dan proses bagi hasil tampaknya tidak sulit bagi saya,” kata Lady kepada penulis Ahad (4/10) lalu di Sidoarjo.

Lady masih mengingat bagaimana Yusuf Mansur mengajak jamaah ikut investasi Tabung Tanah itu.

Menurut Yusuf Mansur, di dekat pesantren miliknya, Darul Qur’an, di Tangerang, Banten ada tanah seluas tiga ribu meter persegi yang dijual pemiliknya. Kalau dia membeli sendiri jelas tak mampu. Oleh karena itu, dia mengajak jamaah ikut membeli tanah tersebut dengan cara berinvestasi. Tanah seluas itu diniatkan Yusuf Mansur untuk membangun kontrakan atau kos-kosan.

Nilai investasi tanah itu adalah dua juta per meter persegi. Ini masih ditambah 400 ribu untuk keperluan administrasi. Hari itu juga, selesai acara, Lady mengikuti investasi Tabung Tanah itu dengan membeli satu meter seharga 2,4 juta rupiah. Uang investasi itu ditransfer ke rekening Koperasi Merah Putih. Seperti diketahui, ini adalah koperasi besutan Yusuf Mansur tahun 2013 yang dikemudian hari berganti nama menjadi Kopersai Indonesia (Kopindo) Berjamaah.

Banyak yang keuntungan dijanjikan Yusuf Mansur untuk investasi Tabung Tanah ini. Para TKW memiliki tabungan jika pulang dan bagi keuntungan sudah bisa didapatkan satu tahun setelah investasi disetor. Demikian sebagian janji Yusuf Mansur yang membuat Lady tertarik.

Beberapa hari kemudian, pengajian serupa digelar lagi. Kali ini Lady kembali membeli satu meter tanah, masih diharga 2,4 juta. Namun karena proses transfer ke rekening Koperasi Merah Putih gagal, Ledy dan kawan-kawan disarankan mentransfer ke rekening milik Hary Prabowo. Pemilik rekening ini tak lain adalah direktur Paytren, lapak bisnis Yusuf Mansur yang lain.

Kepada penulis, Lady yang datang bersama suami dan anak semata wayang mereka mengakui, sama sekali tidak merasa curiga kepada Yusuf Mansur. “Dia itu ustadz terkenal. Jadi saya yakin tidak akan curang atau atau menipu kami,” demikian Lady.

Waktu mengajak jamaah berinvestasi Tabung Tanah itu, Yusuf Mansur sama sekali tidak perlihatkan satupun berkas atau dokumen menyangkut tanah yang mau dibeli itu. Yusuf Mansur juga tidak sertakan berkas administrasi yang berhubungan dengan investasi itu, termasuk kwitansi atau tanda terima uang. “Padahal, ada biaya 400 ribu biaya administrasi yang kami setorkan,” jelas Lady. Satu-satunya bukti yang dimiliki Lady dan kawan-kawannya hanyalah bukti setor dan diikutkan dalam aplikasi Paytren. Sekarang aplikasi Paytren itu sudah tak aktif. “Bukti setor itu juga tak bisa kami selamatkan karena lamanya waktu,” demikian Lady.

WAG Nabung Tanah. Hanya tinggal 2 orang

Diawal keikutsertaan investasi Tabung Tanah ini, Lady dan kawan-kawannya diikutkan dalam sebuah WhatsApp Grup (WAG) yang bernama ‘Nabung Tanah UYM’. Yusuf Mansur dan Hary Prabowo juga berada dalam WAG itu. WAG yang dibuat oleh nomor 0838 9422 0110 pada 26 September 2014 itu sekarang tak ada lagi aktifitas. Nomor telepon pembuatnya sendiri sudah tak aktif. Sekarang hanya dua nomor yang tersisa, yakni nomor milik Lady dan satu nomor admin grup, yakni 0857 735 8877. Admin grup ini  mengaku bernama Koko, tinggal di Bandung dan bekerja di Paytren. Dia mengaku hanya petugas yang tak tahu banyak soal Tabung Tanah.

Tahun 2017 Lady pulang ke Jember. Dia tak tau ke mana menelusuri nasib investasinya. Lady tak tahu, apakah tanah itu sudah terbeli atau belum. Jika sudah dibeli, digunaan apa oleh Yusuf Mansur? Juga Lady tak tahu sama sekali. Lady hanya yakin, Yusuf Mansur telah memperdaya dirinya bersama ratusan TKW lainnya. Selama di Hong Kong mereka bermimpi punya tabungan investasi di tanah air sehingga bisa memperbaiki taraf hidup diri dan keluarga namun pupus di tangan Yusuf Mansur.

Karena itu, Lady dan kawan-kawan mantan TKW di Hong Kong bertekad sudah menuntut Yusuf Mansur secara hukum. “Kami menuntut hak-hak kami dan meminta pertanggungjawaban Yusuf Mansur secara hukum,” demikian Lady.

 

 

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.