Breaking News
Hanya ilustrasi (Foto : Dream)

JIKA TALAK HARUS JATUH

Oleh: dr. Henny Thalib

Hanya ilustrasi (Foto : Dream)

Buatmu yang kotor hati, kisahku bak membuka aib dan mampu membuatmu berkomentar keji. Untuk memahami situasi, ada kalanya hati seperti ini harus mengalami hal yang sama dulu.

Ketika sudah menggunakan baju yang sama, maka kamu baru akan memahami beratnya perjuangan kaum wanita yang mengalami KDRT.

Tetapi buat mereka yang berhati yang positif, banyak hikmah dari kisahku terutama untuk membantumu lebih mengenal inner child yang merusak kehidupan seseorang. Inner child datang dari pola asuh ayah ibu dan ketika seorang ibu tertekan jiwanya, maka pola yang sama akan berulang di masa depan oleh anaknya kepada cucunya. Pada akhirnya akan tumbuh generasi yang melihat kekerasan adalah hal biasa dan kelembutan adalah kelemahan.

Sosial media saat ini adalah gambaran psikologis masyarakat pada umumnya. Baik pendidikan rendah maupun tinggi, saya melihat pola yang sama. Rendahnya kemampuan beradab yang baik dan salah siapakah ini ya?

Semua itu berawal dari kekerasan dalam rumah tangga atau kita kenal dengang KDRT dan bentuk KDRT dapat berupa kata-kata, mulai dari kalimat sinis, merendahkan, menghakimi, bentakan hingga fisik. Coba perhatikan setiap status dan komentar anda sendiri serta para netizen.

Ahh.. Saya bercerita agar kaum wanita mampu memuliakan dirinya sesuai tuntunan Allah swt. Kaum wanita adalah calon atau bahkan seorang ibu yang menjadi madrasah utama anak-anaknya.

Jika seorang lelaki tak mampu memuliakan dirimu, maka perjuangkanlah kemuliaan itu oleh dirimu sendiri. Nasihat dari seorang Afrika, “mendidik wanita berarti sama halnya mendidik satu bangsa dan mendidik seorang lelaki hanyalah mendidik seorang manusia”.

Ketika kaum wanita diperlakukan dengan buruk oleh mertua, suami, ipar, atau siapapun dia dan tak ada kemampuan untuk membela dirinya, seringkali emosi tersebut dilampiaskan ke anak-anak.

Seorang ibu yang baik, dia akan berjuang jungkir balik untuk tidak melakukan hal itu. Karena dia sadar bahwa, kekerasan hanya menghasilkan bencana di masa depan.

Saya tak mampu menasihatimu. Saya hanya membuka pemikian bahwa sesungguhnya KDRT bisa dengan kata-kata maupun fisik dan dilakukan oleh siapapun. Buatku, tidak perlu bersabar dalam menghadapi lelaki atau kerabat yang memiliki pola KDRT secara verbal bentakan maupun pukulan fisik. Karena lelaki yang baik adalah lelaki yang berbuat baik pada istrinya.

Saya bercerita agar kaum wanita menyadari bahwa cerai bukan lah aib. Saya bercerita agar kaum wanita melihat bahwa ketika mengerjakan sesuatu dengan meluruskan niat karena Allah swt, ternyata pertolongannya begitu dekat. Bukankah kita diperintahkan untuk menjadikan kesabaran dan shalat sebagai penolong?

Namun sabar bukan berarti diam tak berbuat sesuatu. Rubahlah pola yang buruk itu, mulai dari dirimu dengan tidak melampiaskan emosi pada anak-anak. Dakwahi mereka yang menyakitimu jika kamu mampu dengan cara yang baik dan jika tidak mampu, mintalah bantuan ahli agama sebagai penengah yang mampu menasihati seluruh pihak.

Dan sebaik-baiknya nasihat adalah dari Allah swt. Menangislah dalam sujudmu, teriakkan semua kepedihanmu kepadaNya, dan kembali bersabar menunggu jawaban dari Nya. Lakukanlah istikharah, tanyakan kembali apakah lelaki itu dan keluarganya baik untuk keselamatan dunia akhiratmu dan anak-anak ke Allah swt. Tanyakan.. Mintalah.. Jika buruk, maka jauhkan dan jika baik, maka perbaikilah keadaan itu. Mintalah ketenangan bagi dirimu, suami, dan anak-anak untuk menjalani setiap ketentuan dan takdir dariNya.

Maka, biasakanlah dekat denganNya kala bahagia sehingga Dia semakin mudah ditemui kala kamu sedih. Bisa jadi doamu belum terjawab, karena niatmu yang kurang lurus. Bisa jadi doamu belum terjawab, karena sering lupa sama Dia saat bahagia dan hanya mendekat saat sulit.

Jika semua cara yang baik sudah dilakukan dan istikhrah pun tiada henti dilakukan namun tidak ada perubahan, maka selamatkanlah dirimu dan anak-anak dengan meluruskan niat karena Allah subhanahu wa ta’ala.

Aah.. Saya bercerita agar kaum wanita mampu memuliakan dirinya sesuai tuntunan Allah swt. Berada dalam pernikahan atau tidak, sungguh keduanya sama-sama bernilai ibadah ketika niat diluruskan. Dan sesungguhnya talak 1 – 2 bukanlah perceraian, melainkan memberi ruang untuk menenangkan diri bagi kedua pihak demi melihat akar masalah.

Bersabarlah dalam proses jika talak sudah jatuh. Karena setiap masalah tidak semudah membalikkan telapak tangan saat menyelesaikannya.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan urusanmu yang mencari jalan keselamatan di dunia dan akhirat.

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur