Breaking News
Yusuf Mansur di depan jamaah TKW di Hong Kong (Foto : YouTube)

BALADA TKW DENGAN BISNIS YUSUF MANSUR (2)

Mimpi ‘Uang Bekerja Sendiri’ yang Buyar

Yusuf Mansur di depan jamaah TKW di Hong Kong (Foto : YouTube)

 

Waktu itu, awal tahun 2016, belum genap setahun Mawar (sebut saja begitu) melahirkan anak pertamanya. Dengan sangat berat, Mawar meninggalkan bayinya yang baru delapan bulan. Suaminya yang bekerja serabutan itu harus merelakan Melati terbang ke Hong Kong, menjadi TKW. Tujuanny satu, merubah nasib agar lebih baik.

Sama seperti TKW lain, Melati juga aktif dalam pengajian, tak terkecuali saat Yusuf Mansur diundang ke Hong Kong. Bedanya, saat pengajian bersama Yusuf Mansur, panitia memungut infak HK$ 60 untuk setiap orang.

Datang ke Hong Kong, Yusuf Mansur bukan mengisi pengajian semata melainkan dengan niatan mengumpulkan uang sedekah dan uang investasi jamaah TKW.

Kepada penulis yang menemuinya bersama suami dan dua anaknya di Karanganyar, Jumat (14/8) Mawar mengku berjumpa Yusuf Mansur lebih dari sekali di Hong Kong. “Setiap kesematan Pak (Yusuf) Mansur mengajak kami gabung dengan bisnis dia, yang katanya bisnis umat atau bisnis syariah,” kenang Mawar.

Mawar kemudian membeli dua paket investasi yang dijual Yusuf Mansur, yakni , VSI atau (Veritra Sentosa Internasiona) dan Condotel Moya Vidi. VSI adalah bisnis yang disebut sebagai penyedia jasa transaksi online untuk pembayaran listrik, pulsa telepon seluler tagihan PDAM, televisi berbayar, hingga zakat. Mawar membeli paket Platinum sebesaer Rp. 1.925.000. Selain untuk diri sendiri, Mawar juga membeli paket yang sama untuk suami dan dua saudaranya.

Malang bagi Mawar, VSI hanya bisa dipakai sekali saja, ketika untuk mengisi pulsa hand phone. Kala itu dia masih di Hong Kong. Tahun 2016 Mawar kembali ke Karanganyar, ternyata aplikasi VSI miliknya sudah tak bisa dipakai. Begitu pula dengan milik suami dan kedua saudaranya.

Mawar bukan hanya membeli VSI tapi juga membeli paket Investasi Condotel Moya Vidi di Yogyakarta. “Waktu itu Pak (Yusuf) Mansur tunjuki foto-foto hotel. Tapi gak tau itu hotel apa dan di mana. Hanya bilangnya ini hotel ummat, hotel Islami. Kami percaya aja,” begitu Mawar mengenang janji Yusuf Mansur kala itu. “Pak (Yusuf) Mansur sendiri yang bilang, setiap tahun diberikan 21 hari menginap gratis di hotel itu bersama keluarga. Kan, enak tho,” tambah Mawar.

Sedangkan tentang keuntungan dari hotel itu, menurut Mawar, akan dibagikan setiap tahun sejak membeli. “25 persen sih katanya. Gak tau gimana ngitungnya,” demikan Mawar. Untuk investasi Condotel Moya Vidi ini Mawar hanya membeli satu sertifikat seharga Rp. 2,7 juta.

Ada satu janji Yusuf Mansur yang masih jelas teringat dalam benak Mawar, yakni dengan bergabung dengan bisnis-bisnis ini, uang akan bekerja sendiri untuk kita. “Dengan tidur-tidur di rumah saja, uang dengan sendirinya bekerja untuk kita,” begitu Mawar meniru Yusuf Mansur.

Di mata Mawar, Yusuf Mansur adalah ustadz yang namanya terkenal. Karena itu sangat tidak mungkin   dia berbong. Sayang, kenyataannya berbeda dengan harapan Mawar. Hotel (condotel) yang dijanjikan tak pernah ada wujudnya. Keuntungan dan seribu janji yang di ucapkan Yusuf Mansur tak kunjung datang. Usaha yang sudah dicita-citakan sejak di Hong Kong sirna bersama janji Yusuf Mansur. Kini Mawar dan suaminya tak tahu ke mana mereka bisa meminta pertanggungjawaban Yusuf Mansur. “Uang itu mungkin terlalu sedikit bagi Pak (Yusuf) Mansur tapi itu sangat berarti bagi kami,” tutur Mawar sambil memelas memandang suaminya.

Nasib yang hampir sama juga dengan Mawar juga dialami Delima (bukan nama sebenarnya), TKW asal Madiun, Jawa Timur. Ditemui penulis di rumahnya di pedalaman Madiun, Sabtu (15/8) lalu, Delima juga mengaku lebih dari sekali bertemu Yusuf Mansur yang beberapa kali datang ke Hong Kong.

Juga karena tergiur dengan janji-janji, Delima membeli beberapa produk investasi, salah satunya adalah investasi hotel. Sayang, Delima lupa merinci investasi hotel macam apa yang dia ikuti.

Delima yang baru saja beberapa bulan pulang ke Madiun ini bertutur, ketika masih d Hong Kong, dia mendengar investasi Yusuf Mansur mulai diperkarakan orang. “Tapi kok, investasi kami taka da beritanya ya?” tanya Delima yang kemudian mulai mencari akses ke Yusuf Mansur.

Setelah akses di dapat, Delima pertanyakan nasib investasi dia dan kawan-kawan. Lagi-lagi, Yusuf Mansur menebar janji, bahwa investasi mereka akan dialihkan ke reksadana. “Gak jelas juga reksadana apa karena kami sendiri tak pernah mendapat bukti-bukti dana kami dialihkan ke reksadana itu,” begitu aku Delima.

Selain investasi hotel, Delima juga membeli paket investasi Tabung Tanah. Dalam ingatan Delima, Yusuf Mansur menjual investasi ini sebesar Rp. 2 juta/meter ditambah Rp. 400 ribu untuk macam-macam administrasinya.

Uang investasi itu oleh Delima ditransfer langsung ke rekening Yusuf Mansur dengan fasilitas Western Union. “Sayangnya bukti transfer itu belum saya temukan. Tapi saya mau bersaksi jika dimintakan bersaksi atas kasus ini,” tekad Delima.

Janji Yusuf Mansur, dana investasi itu dibelikan tanah di Jawa Timur yang kemudian di atasnya akan dibangun hotel syariah. Dari hotel itu akan dibagikan keuntungan setiap tahun ditambah kesempatan menginap secara gratis bersama keluarga. “Tapi lokasi persis tanah itu di mana dan hotelnya sudah dibangun atau belum itu gak jelas sampai sekarang,” keluh Delima.

Kepada Yusuf Mansur sebelum dikabarkan sakit penulis sampaikan pertanyaan lewat nomor WA pribadinya. Penulis bertanya begini : Terimakasih nih, antum sudah buka blokir nomor ana. Lama juga antum blokir nomor ana ya. Ini mau tanya, sekaligus klarifikasi atau tabayun. Ini memang penting untuk keperluan menulis. Begini, antum pernah “jualan” TABUNG TANAH kepada pekerja migran kita di Hong Kong antara tahun 2013-2015. Yg ana mau tanya, 1. bagaimana nasib dan kelanjutan program itu? 2. Sudah bebrapa banyak uang yang antum kumpulkan dalam program itu? 3. Di mana persisnya letak tanah yang antum maksud dalam program itu?

Pertanyaan penulis itu memang dijawab oleh Yusuf Mansur. Namun jawabannya malah mengajak penulis minum kopi. “Kapan ngupu-ngupi? Ditunggu waktunya untuk ngupi-ngupi,” begitu jawab Yusuf Mansur.

Masih dalam ingatan Delima, ajakan investasi Tabung Tanah itu terjadi saat kunjungan Yusuf Mansur ke Hong Kong di pada tahun 2016. Padahal, pada tahun sebelumnya Yusuf Mansur telah berjanji kepada seorang pengusaha nasional bahwa dia tidak akan melakukan upaya pengumpulan uang masyarakat secara illegal atas nama investasi, seperti yang belum lama terjadi.

Seperti diketahui, sebelum tahun 2015, investasi Patungan Usaha dan Patungan Asset Yusuf Mansur dihentikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang kemudian memintanya membereskan payung hukumnya. Atas dasar itu, pengusaha itu meminta Yusuf Mansur berhenti menghimpun dana masarakat. Janji Yusuf Mansur itu juga disaksikan penulis, dua orang ustadz dan Siti Maemunah istri Yusuf Mansur sendiri.

Delima dan banyak TKW di Hong Kong pernah bermimpi, pulang ke tanah air akan punya usaha sendiri, punya tabungan. Lalu mereka percayakan kepada Yusuf Mansur yang di mata mereka adalah seorang ustadz nan sholeh. Mereka bermimpi, “uang akan bekerja untuk diri mereka sendiri” seperti janji Yusuf Mansur. Sayang, di tangan Yusuf Mansur pula mimpi mereka buyar. (Bersambung)

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.