Breaking News
Satu aksi emak-emak memuntut pemilu jujur (Foto : Tribun)

Catatan Cinta Lansia (37)

Satu aksi emak-emak memuntut pemilu jujur (Foto : Tribun)

Indonesia Adalah Kita

 Oleh: Pipiet Senja

 Anno 22 Mei 2020

 Mengenang setahun silam

Bersama barisan emak-emak berdaster

Langkah ringkih mendadak tegap

Tubuh lansia seketika perkasa

Telah kurayu dokterku

Agar melepas infus di tanganku

Nanti petang janji kembali

Melanjutkan agenda transfusi

Seperti biasa.

 Bergabung bersama barisan emak-emak militan

Mendadak serasa tangguh langkahku

Begitu penuh semangat sosok-sosok di sekitarku.

 Spanduk bertebar

Bendera berkibar

Menuntut Keadilan

Kiranya Pilpres jangan curang

Kiranya KPU adil

Kiranya Bawaslu amanah.

 Dhuaaaar!

 Berita dari negeriku semakin ajaib, Kawan!

Coba simak lembar-lembar media

Begitu miris melukis tragedi anak negeri

Kalau bukan urusan kemiskinan

Niscaya tentang kelaparan.

 Sembako semakin tinggi

Barisan gepeng mengular panjang

Tidak di kota dan tidak di daerah

Sama menguar duka.

 

Luka menganga dan berdarah

Adakah engkau malu jadi anak Indonesia, wahai Kawan?

 Tidak, aku cinta Indonesia!

Bukan salah Pertiwi mengandung

Kolam susu mendadak sangar

Bising kodok ngorek kodok ngorek

Melipir hingga pelosok negeri.

 Lihatlah, saat hutan-hutan kebakaran

Hatta bukan urusannya

Lihatlah, saat Masjid Tolikara menyala

Pelaku mejeng selfian di Istana.

 Lihatlah, saat mahasiswa hendak demo

Suapan lezat santap siang

Membuat garda muda bungkam seribu Bahasa.

 

Demikianlah buah karya para pengkhianat bangsa

Hasil nyata petinggi tak punya nurani

Mereka yang hobi omong kosong

Berkoar kesana kemari.

 Dana ada tersedia

Tinggal harus; Kerja, kerja, kerja, preeeet!

 Sungguh benar memang banyak lahan kerja

Mendadak 10 juta seliweran

Namun bukan rakyat kita, Kawan!

 Mata-mata sipit si kuning dari Utara

Itulah sebagai balas jasa

Demi ratusan triliun yang belum pasti lunas

Meski dibayar oleh tujuh turunan.

 

Adakah engkau malu menjadi anak Indonesia, wahai Kawan?

Tidak, tidak malu sama sekali

Aku masih cinta Indonesia!

 Bukan salah Pertiwi mengandung

Kolam susu mendadak sangar

Bising kodok ngorek kodok ngorek

Melipir hingga pelosok negeri.

 Usah baca media penuh dusta, wahai Kawan!

Semua berita jungkir balik

Kemiskinan diubah kesejahteraan

Kelaparan dicatat kekenyangan

Kejujuran ditulis dusta

Kebenaran dibilang fitnah

Kezaliman disanjung puja.

 Bumi menjadi langit

Kaki dan kepala tak beda

Laksana dunia terbalik.

 Adakah engkau malu jadi anak Indonesia, wahai Kawan?

Tidak, sama sekali tidak malu, saudaraku sebangsa dan setanah air.

 Aku tetap cinta negeriku

Bumi khatulistiwa dari Sabang sampai Merauke

Meski lautan hanya bernyanyi

Lagu kodok ngorek senantiasa.

 Masih ada hujan semesta doa

Warisan para pejuang yang telah mengukir indah

Sejarah kemerdekaan

Mari, kita lekatkan segenap hati

Kembali lantang menyuarakan

Cinta kita untuk Indonesia.

 Bangga kita untuk Indonesia

Jiwa dan raga kita demi Indonesia

Darah dan nyawa kita demi Indonesia.

 Dengar, dengar, dengarlah!

NKRI harga mati

Mari kita lawan kezaliman

Tidak perlu mengundang asing aseng.

 Mari, kita lawan sendiri

Sebagaimana jejak langkah para pahlawan

 Jika bungkam kita mati

Maka bergeraklah

Sebab Indonesia adalah kita.

 Merdeka!

Allahu Akbar!

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur